DR||06

65 30 5
                                    

Ravella melepas perban yang tadi siang Chenle pasangkan. Ravella meringis melihat besarnya luka yang ia perbuat hanya karena berlari menggunakan heels.

Okay.. Mari kita ingat mengapa ia berlari menggunakan heels?

"oh, shit"

Benar, ia berlari karena berita kematian Ibunya. Cewek itu memejamkan mata dengan erat saat bayangan wajah wanita itu terlintas.

Bukan wajah tersenyum, bahagia, atau biasa. Tapi wajah wanita yang dulu suka menyiksanya dan John. Wanita itu memang bukan orang tua yang baik, tapi entah mengapa Ravella selalu merasa ia butuh pelukan dari wanita itu.

Ravella merebahkan tubuhnya pada kasur lalu menghela nafas gusar. "haaah.. Bangsat"

Ravella merutuki kebodohannya di depan Chenle waktu itu. Bisa bisanya ia menjadi gila. Seperti apa bentuk wajahnya di depan Chenle? Apa cowok itu akan mentertawakannya jika ingat?

"AAAAKKK" Ravella menendang nendang angin dengan kesal. Wajahnya memerah. Malu, ia sangat malu.

Drrrrttt
Drrrrttt

Ravella meraba saku celana pendeknya. Ah, sial. Baru juga dipikirkan, cowok ini sudah menelpon. Videocall pula.

Ravella duduk lalu merapikan penampilannya kemudian menjawab panggilan tersebut.

"woi, coba liat gua dapet apa"

Diseberang sana Chenle sedang memperlihatkan sebuah foto polaroid yang bergambar Ravella dan Chenle.

Cewek itu tersenyum, tapi sedetik kemudian senyumnya pudar. Benar, waktu itu ia menggunakan jepit yang Chenle berikan. Sekarang kemana jepit itu?

Melihat raut muka Ravella yang berubah dan memperhatikan foto dengan seksama, membuat Chenle menangkap satu hal.

"jepit rambutnya ada kok sama gua. Gosah dipikirin, bajunya juga fine fine aja. Lo mau fotonya? Kemaren gua minta sama Jaemin buat duplikat fotonya. Mau ga?"

Ravella kembali tersenyum kemudian mengangguk. "iya gue mau, gua minta maaf soal.."

"sshhh. Udah deh diem, sekarang gua mau kesana" kamera bergerak seiring dengan Chenle yang berdiri dan berjalan menuju lemari.

"HAH?! DAH MALAM GINI MO KEMANA?!"

Terdengar kekehan melengking khas Chenle. "woles aja kali, gua mo ke apart lu. Mo nginep, gua dah izin ama John kok"

"lah kok izin ama John anying? Kan yang punya apart, gua?"
"well, apart atas nama John. Right?"

Syaland.

Chenle memutuskan sambungan. Ravella memejamkan mata, apa yang cowok itu mau? Ngapain juga cowok itu tidur disini? seharusnya kan dia masih di rs?

"AIIHHHHH"

•••

Ravella memperhatikan Chenle yang duduk di sampingnya sembari mengunyah pizza yang dia beli saat datang tadi.

Pipi cowok itu terlihat lucu saat menggembung dengan mengunyah pizza. Mata cowok itu juga tetap fokus menatap tv yang menayangkan film aksi terbaru.

Ravella tanpa sadar menatap Chenle tanpa kedip dan berakhir dinotice oleh cowok itu.

"lo mau pizzanya? Ambil aja kali"

Ravella menggeleng. Lalu kembali menatap tv. Tiba tiba ia teringat sesuatu. "oh, fotonya mana?"

Chenle mengerjap lalu menunjuk jaketnya yang tergeletak dilantai dengan dagu. Ravella berdecak lalu mengambil jaket cowok itu dengan ogah ogahan dan mencari fotonya.

Dear Ravella || Chenle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang