REVANIA-18

246 18 1
                                    

VOTE DAN KOMEN!!
WAJIB!!

HAPPY READING 💘
BANYAK TYPO

*****

Sudah satu Minggu Revan sakit, Panas yang tak menurun membuatnya harus di rawat di rumah, seharusnya ia di rawat di rumah sakit, namun Revan menolak nya.

Windy sudah Frustasi dengan Revan, ia seperti mayat hidup. Makan tak mau, semua tak mau. Ia hanya diam dan juga tak banyak gerak.

Tak jauh beda dengan Vani, seminggu ini ia juga lebih sering mengurung diri di kamar. Tapi ia tetep bersekolah, meskipun dengan mata sembab, dan wajah yang lesuh.

Semua bertanya, ada apa dengan Vani dan Revan? entahlah, mereka sebenar nya saling membutuhkan, biasalah ego.

"Rev? Makan dulu yuk," Ucap Windy, ia mendatangi Revan yang terus menatap langit langit kamar nya dengan pandangan kosong.

Windy menghembuskan nafasnya. "Rev! Mau sampai kan kamu begini? Seharusnya kamu itu semangat, minta maaf sama Vani! Jangan malah kayak gini!" Kata Windy sedikit kesal. Yah memang Revan menceritakan semua nya.

Revan sedikit merenung, benar juga, seharus nya ia semangat, bukan malah sakit sakitan kayak gini.

Revan bangkit dari tidurnya, melepaskan jarum infus yang ada di punggung tangannya. Revan sedikit meringis, namun bodo amat intinya bisa terlepas. Karena Revan menariknya sedikit kasar, punggung tangan Revan sedikit berdarah.

Windy hanya geleng-geleng kepala, melihat sifat anaknya. "Kamu kalau mau ketemu Vani, harus sehat dulu! Nih makan dulu. Kerumah Vania nya nanti kalau panasnya udah turun,"

Revan mengangguk pasrah "Iya bund."

Windy bangkit dari duduk nya, ia keluar dari kamar Revan. Membiarkan Revan sendiri di kamar nya yang sibuk dengan bubur, yang Windy bawakan tadi.

*****

"Van?"

Vani menoleh ke arah Oliv, alis nya Ter angkat menandakan ia menjawab 'Apa'. "Lo jangan kayak gini, turunin ego dulu, Lo dengerin dulu penjelasan Revan," Jeda Oliv. "Sebenernya gue juga kesel sama Revan dan Lont, tapi menurut gue, bukan Revan yang mulai," Kata Oliv, sebenernya ia juga sedikit ragu sama semua nya.

"Gak ada yang gak mungkin Liv, gue liat sendiri pake kepala mata gue!!" Ketus Vani. Akhir akhir ini mood nya sedang tak bagus, maka dari itu Ia ini gampang sekali terpancing emosi.

"Terserah Lo dah Van!"

"Sett Ade apa nih?" Tanya Jojo, yang entah datang dari mana, bersama Beni, dan Rian.

"Kepo!"

"Santai Van, Lo ngegas Mulu kalo ngomong," Timpal Beni.

Vani hanya mendelik tajam, tak lama matanya ber air, dan hidung nya memerah. Entah kenapa ia sangat cengeng sekarang.

Sekuat tenaga, Vani menahan agar air matanya tak jatuh, tapi usaha nya sia sia, air matanya teetap saja turun.

"Hiks..hiks.."

"Lah Van, Lo ngapa nangis?" Tanya Oliv.

"Wayoluh Beni, anak orang nangis!!" Ledek Rian, dengan bertepuk tangan menyoraki Beni, seperti anak SD.

"Ha ha ha Beni, anak orang nangis!!" Jojo ikut menyoraki Beni.

Beni yang gelagapan itupun langsung menoleh ke arah Vani. "Eh Van, gue berjanda sumpah!" Kata Beni, sambil pice membuat huruf 'V' dengan jari telunjuk dan tengah.

"Lo punya janda berapa emang nya Ben?" Pertanyaan bodoh dari Oliv.

Vani yang tadi menangis, mendadak tertawa terpingkal pingkal. Semua yang tadi tertawa menjadi diam, menatap Vani datar yang masih memegang perutnya, karna capek tertawa.

"Kenapa?"

"Lo ngapa sih Van. Sumpah gue stres sama Lo! Tadi nangis, tadi jutek, sekarang ketawa," Jeda Beni "Nanti apa lagi??!" Tanya Beni kelewat Ngegas.

"Apa Lo? Mau ribut? Ayo sini sini!" Tantang Vani.

"Hehe bercanda,"

"HAHAHAHAHAH" Lantas mereka tertawa, absrud sekali mereka.

*****

Maaf ges gak bisa sempurna
Ama juga nulis sekalian belajar
dari novel" sama cerita yang lain
cerita ini gak ada unsur plagiat yah!

vote dan komen

see you next time

REVANIA ( END )Where stories live. Discover now