🔅 Chapter 35 🔅

Mulai dari awal
                                    

       "Aku akan merasa bahagia, ayah." Tangisan Jungkook berangsur-angsur mereda, ia membayangkan dirinya menjadi kursi yang ditinggalkan dalam kegelapan, lalu mendapatkan cahaya dari sebongkah berlian."Aku menjadi berharga."

       Senyum memulas di sudut-sudut bibir kapten Chaiden. "Sekarang kursi itu berada di dalam hatimu, dan sedang menunggu cahayanya."

       Jungkook mendengarkan Chaiden dengan seksama. Mirip seperti anak anjing yang menurut. Baginya Chaiden adalah orang yang paling berjasa di dalam hidupnya. Chaiden telah membuka tangannya dan menerima Jungkook yang dipenuhi duri.

      "Suatu hari nanti akan ada seseorang yang menempati kursi itu, di sini." Telunjuk Chaiden mengarah pada pertengahan dada Jungkook. "Dan ketika kau menemukan orang itu, ayah yakin mimpi burukmu tidak lagi berani mendekat."

       Chaiden menepuk kedua pundak Jungkook. "Jadilah pria yang tangguh, dan jangan buat ibumu sedih di atas langit. Kau harus tetap hidup, sampai seseorang yang ditakdirkan menjadi berlianmu tiba."

       Lantas ia memutar tubuh Jungkook untuk menghadap kapal utama milik Hawkins Jack, si cantik 'Joan'. "Kau tidak perlu membungkam mulut mereka dengan kekerasan, melainkan dengan kemampuanmu." Ia menunjukkan dimana Jungkook harus memperbaiki dirinya, dan belajar untuk mengendalikan sifat buruknya.

       "Berjanjilah kepadaku sebagai seorang pelaut sejati, bahwa kau akan menjadi kapten terhebat."

       Jungkook mengangguk mantap. "Aku berjanji, ayah."

🔅🔅🔅🔅🔅🔅🔅

        Helaan napas yang kesekian kali terhembus dari labium merah. Wajah masam dengan bibir mencebik jengkel menghadap dirinya sendiri dari bayangan cermin. Kesal dengan ruam keunguan yang menyebar di beberapa titik lehernya. Kepalanya pening memikirkan cara untuk bisa menutupinya.

        "Percuma kau terus memelototinya, manis." Vokal frekuensi berat berceletuk dari salah satu sudut kabin. Ia adalah pelaku utama yang menciptakan bercak-bercak cinta di kulit pemuda Oswald.

        "Ini semua karena ulahmu!" Sapphire biru memicing dari pantulan cermin. Kesal, kesal, dan kesal memenuhi benaknya. Kalau seperti ini, semua orang akan memperhatikannya.

        "Ini juga karena ulahmu." Jungkook tidak mau kalah. Ia yang sedang bertelanjang dada, memutar punggungnya dan menunjukan baret-baret kemerahan yang dihasilkan dari kuku-kuku Jimin.

        Semalam mereka benar-benar menyelesaikan pergumulan hingga pagi terbit. Jungkook memenuhi hampir seluruh jengkal kulit Jimin dengan gigitan dan tanda cinta. Begitupun sebaliknya, Jimin mencetak cakaran-cakaran kuku di sepanjang punggung Jungkook.

       "It looks good on you." Jungkook mengamati bulatan-bulatan ungu di leher Jimin. Kedua tangannya sibuk membuka kancing pakaian di tangannya untuk dikenakannya.

Chup!

       Jungkook merunduk dan menyematkan kecupan singkat di tulang selangka si Manis, tepat di sebelah liontin pemberiannya.

       "Kau ingin aku menambahnya?"

       Jimin terkesiap. Hampir saja tangannya memukul kepala Jungkook. "Tidak, terimakasih!" Kemudian memutar tungkai kakinya. Satu kakinya terangkat-

       "Shhh...aduh..." Dan ringisan lolos dari bibirnya.

        Tangan kanan Jimin turun mengusap pertengahan bokongnya. Perih dan nyeri menjadi satu. Analnya berdenyut-denyut ketika kakinya berjalan. Ia harus terpincang-pincang dengan esahan untuk bisa berpindah tempat.

🔅 Stealth 🔅 》KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang