🔅 Chapter 7 🔅

9K 1K 679
                                    

 warning: some trigger content!
- Thunder and sea storm gif, mention of sexual harrasement -

🔅

      Debur ombak yang menghantam kayu memutus kegelapan lelap dari jalan cerita suatu mimpi. Angin-angin laut berhembus dan menyusupi bulu mata untuk mengganggu motorik membuka kelopak mata. Pada akhirnya selapis pelindung jelaga terbuka sayu dan kembali bersibobrok dengan langit-langit berkayu yang terasa familiar dalam ingatan.

        Jimin mengerjap usai mencoba membuka kedua matanya. Panas pada masing-masing mata segera menyentak penuh kesadarannya. Pun basah di ujung mata menjadi pertanda bahwa ia kembali bermimpi buruk tentang masa lalunya.

        Bola sapphirenya mengedar untuk menelisik atap kayu cokelat yang pernah dilihatnya. Sedikit mengerenyit ketika ingatan berangsur-angsur menyerbu kepala. Atap kayu cokelat dari salah satu ruangan kapal. Atap yang menyapa pandangannya saat pertama kali terbangun dari ketidaksadarannya beberapa hari yang lalu.

        Atap kabin kapten kapal.

        Serta merta kenyataan menimpa kepala Jimin. Semua ingatan kabur malam lalu mengenai esahan kesakitan dari bibirnya akibat serangan demam. Kepanikan Ogra, keributan awak kapal dan, dan ....

        Jungkook, dengan seluruh sorot kekhawatirannya untuk Jimin.

        Entah itu hanya fatamorgana yang diciptakan oleh angan Jimin atau dalam buramnya pandangan, ia memang menyaksikan kapten kapal bergelagat cemas. Walaupun sangat tipis, tetapi Jimin yang setengah sadar bisa membedakan raut gelisah dan raut biasa.

        "Demam sialan ini pasti mengacaukan pikiranku." Gumamnya. Menolak seluruh asumsi yang tercipta dan kembali mengutuk bagaimana dirinya bisa terbaring pada ranjang berselimut hitam lembut milik laki-laki terkejam, menurutnya, di kapal ini.

        Jangan bertanya bagaimana Jimin tidak bereaksi histeris seperti melompat dari kasur, berteriak, ataupun turun dari kasur dan mencari-cari senjata pelindung diri. Karena pening yang bersarang di kepalanya sungguh luar biasa tidak terkalahkan. Bahkan untuk merubah posisi, Jimin perlu meringis kesakitan.

        "Mengapa aku bisa kembali pada kamar terkutuk ini?" Keluhnya dengan hati nelangsa.

        Masih diingatnya Ogra berlari panik sambil membopong tubuhnya. Jimin tentu merasa berterimakasih pada Ogra, hanya saja dari seluruh tempat di kapal ini, mengapa harus kabin kapten kapal? Mengapa harus di tempat laki-laki yang paling Jimin hindari?

        Jimin mencoba bangun dari baringannya. Kedua tangannya menopang sekuat tenaga agar dirinya tidak jatuh ke atas bantal dengan guncangan yang akan menambah sakit kepalanya.

        "Akh! Shh ...." Tangan kanan Jimin terangkat cepat memegangi kepalanya yang berdenyut luar biasa. Matanya sekilas menangkap sebuah kursi kosong di samping ranjang, tepat dimana ia terbaring semula. Seolah kursi itu ada di sana setelah usai digunakan seseorang untuk duduk menjaganya semalam suntuk.

        "Itu pasti Ogra." Simpul Jimin cepat-cepat. Menghentikan semua pertimbangan kuat yang mengarah pada kemungkinan lelaki kejam seperti Jungkook akan rela menunggui Jimin melewati demam. "Iya, pasti Ogra." Ucapnya berulang untuk mengenyahkan alasan lainnya.

Cklek!

        Pintu dari salah satu ruangan di dalam kabin terbuka, menampilkan sosok pemilik kabin sebenarnya.

        Kapten Hawkins Jack, Jungkook, berdiri di ambang pintu sambil mengancingkan celana dan mengencangkan sabuk usai mengosongkan kantung kemih. Kepalanya terangkat dan langsung menubruk manik biru.

🔅 Stealth 🔅 》KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang