🔅 Chapter 31 🔅

8.9K 917 870
                                    

        Joan, Rackham, dan Hardy melakukan reuni bersama. Mereka berkumpul kembali setelah berpisah selama beberapa hari. Kali ini tiga bahtera itu berlayar menuju wilayah selatan Kuba. Tidak sampai paling ujung selatan, setidaknya cukup jauh dari Havana.

         Jungkook memutuskan mengarungi samudra menuju kepulauan Archipiélago de Camagüey, masih berada di sekitaran Kuba. Karena bertujuan menghilangkan jejak. Jungkook sudah memperkirakan bahwa kapal-kapal Spanyol akan mengejar ke arah Utara, jadi Jungkook memilih melaut ke arah sebaliknya, yaitu Selatan, untuk mengecoh.

       Jika dipikir-pikir, kenapa juga prajurit-prajurit Spanyol begitu gigih mengejar Hawkins Jack?. Padahal jelas-jelas Jungkook beserta krunya tidak mencari masalah apa pun dengan negara itu. Justru mereka yang mencari gara-gara dengan menangkap kapal Hawkins Jack tanpa adanya sebab yang melatar belakangi.

       Tentu Jungkook berhak mengambil kapalnya, bagaimanapun Rackham dan kru kapalnya tidak melakukan kesalahan apa pun kepada Spanyol. Yah, meskipun Jungkook terpaksa merebut Rackham dengan cara seperti penyusup. Itu semua semata-mata karena Jungkook tidak mau terlibat dalam penawaran tak bermutu dari pemerintah Spanyol.

       "Apa yang kau lihat?" Suara lembut membuyarkan lamunan Jungkook. Sapphire biru menatap penuh keingintahuan. Penasaran apa yang dipikirkan laki-laki yang sedang berjalan di sampingnya itu.

       Hari ini kapal berlabuh di dekat dermaga, sangat dekat, karena kepulauan Archipiélago de Camagüey bebas dari koloni Spanyol maupun Inggris. Pulau itu masih murni milik penduduk setempat. Jungkook bersama awak kapalnya berencana singgah selama semalam, kemudian akan melanjutkan pelayaran menuju markas besar.

       Dan saat ini, Jungkook tengah mengelilingi pemukiman penduduk bersama dengan si Manis bermata biru. Ia sedang mengawasi pengangkutan kebutuhan kapal, seperti bahan makanan, barrel-barrel rum, air bersih, dan mungkin perlengkapan senjata.

      "Apa sih, yang kau lihat?" Jimin mengikuti arah pandangan Jungkook. Pasalnya kelereng emas terus terfokus pada deretan bangunan rumah-rumah sederhana. Mengabaikan Jimin yang mengajak berbicara sedari tadi.

      Jungkook menyudahi pengamatannya, ia kembali menatap manik biru. Bibirnya terkunci, diam mengamati Jimin lekat-lekat. Membuat yang diperhatikan jadi salah tingkah karena ditatap penuh minat oleh seorang pria dewasa.

      "Apa? Kau mau menjahiliku lagi?" Jimin bertanya ketus. Biasanya jika Jungkook sudah diam dan menatapnya dalam-dalam, itu pasti ada sesuatu yang akan direncanakannya.

      Jungkook tidak menjawab, alih-alih tangannya terangkat sambil melebarkan telunjuk dan ibu jari. Naik hingga menyentuh leher Jimin, mirip seperti orang yang akan melakukan pencekikan.

      "A-apa yang kau lakukan?!" Jimin menjauhkan kepalanya setelah kulit bersuhu hangat menyentuh lehernya. Terkejut dengan gerakan tiba-tiba.

      Jungkook, dengan wajah sedatar papan kayu, mendadak melingkarkan tangannya di leher Jimin tanpa sebab. Ruas jarinya membentuk jengkalan sempit seukuran leher Jimin. Kedua matanya menyipit, dan lidah menusuk-nusuk rongga mulut. Layaknya sedang menimbang-nimbang suatu hal.

      Setelah mendapatkan apa yang tersirat di kepalanya, Jungkook mengangguk singkat seakan sudah menemukan apa yang dibutuhkannya. Kemudian, ia beralih memberikan tatapan peringatan kepada Jimin. "Tunggu di sini, dan jangan pergi kemana pun. Kali ini aku benar-benar serius."

      "Tch! Iya, iya." Jimin mendengus sebal. Jungkook dan sifat otoriternya yang tidak pernah tuntas.

      Setelahnya Jungkook pergi memasuki salah satu rumah sederhana yang sudah diamatinya bermenit-menit lalu. Entahlah rumah apa itu, Jimin tidak tahu dan malas memikirkan tujuan misterius dari Jungkook.

🔅 Stealth 🔅 》KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang