Chapter 43 : Pada Akhirnya

2.3K 229 240
                                    

Boboiboy milik Monsta hanya meminjam karakternya saja.

Alur cerita murni dari author

Rate : T 15+

Genre : action, superhero family sibling friend sad angst.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, hanya karangan Semata.

==

Lima atau mungkin kurang dari itu, kapal angkasa berhamburan bak kawanan burung melesat pergi setelah komando mereka tak lagi bisa memimpin pertarungan, tubuh penuh darah itu dibawa masuk ke dalam kapal angkasa terakhir sebelum mereka benar-benar pergi.

Langit yang beberapa jam lalu sangat berawan dan gelap perlahan mulai terbuka kembali oleh penguasa siang, cerah dan indah ketika langit biru kini mewarnai akhir dari pertarungan kali ini.

Tidak ada satupun dari mereka yang bergeming, masih terbayang bagaimana Retakka tanpa sebab jelas menusuk Ejojo dari belakang, pertarungan akhir yang memberikan kemenangan yang sepertinya mencurigakan.

"Kita menang?" tanya Thorn memecah keheningan.

"Sepertinya," jawab Solar tidak yakin.

"Tapi bukankah Retakka sudah mati, bahkan Ejojo juga sekarat, artinya kita menang!" girang Blaze.

Mereka saling bertatapan satu sama lain dan akhirnya menghela nafas lega, semua sudah selesai sekarang, Retakka mati artinya masalah sudah selesai.

"Akhirnya aku bisa bersantai dengan tenang," girang Ice.

"Ochobot, jika Retakka masuk ke dalam benda ini dia tidak akan mungkin keluarkan?" tanya Halilintar.

Ochobot mengangguk. setelah dia mengantar tok Kasa pulang, Fang menghubunginya dan menyuruhnya untuk pergi ke Tapops mengambil benda yang sama saat peristiwa satu tahun lalu, tidak perlu meminta bantuan Tapops karena pada akhirnya akan terjadi perselisihan untuk saat ini.

Gempa menghela nafas lega, dirinya melihat ke arah kakak keduanya yang berada disadarannya, terlihat lelah, bahkan perlu bantuan Gempa, untuk sekedar bersandar, sementara Taufan, melihat semuanya dengan mata yang terasa berat, "Kita menang kak Taufan, dia tidak akan menggangu kita lagi," lirih Gempa.

Taufan, membalas tatapan bahagia Gempa, melihat itu membuat Taufan, ikut tersenyum rasanya tidak pas dimoment ini dirinya merasa lemah.

"Aku berharap itu benar," lirih Taufan.

"Apa maksud kak Taufan?" tanya Gempa bingung, Taufan menggeleng rasanya kemungkinan itu sangat kecil untuk terjadi.

"Dek, kakak sangat mengantuk, sudah lama tidak tertidur pulas," rengek Taufan.

"Nanti ya kak, kita ke rumah sakit dulu buat cek kondisi kita," balas Gempa sedikit tersenyum ketika Taufan memanggilnya adek.

"Ahh kumohon," bujuk Taufan.

"Sabar ya kak."

Taufan, menatap Gempa dengan mata yang berusaha membuka, rasanya seperti terkena obat bius saja, berusaha untuk membuka mata saja terasa sulit.

Rasanya samar ketika telinganya berdengung membuat pendengarannya kini menjadi samar, apakah ada yang sedang bermain kendang di kepalanya.

==

Semuanya mulai membereskan segala kerusakan yang berjarak 100 meter dari bukit tempat mereka bertarung, Halilintar menatap Taufan yang masih berusaha membuka matanya, namun sepertinya rasa kantuk itu benar-benar sudah menguasainya, perlahan manik itu menutup dan terlelap, sepertinya anak itu benar-benar kelelahan. Halilintar, membiarkan Taufan tertidur lebih awal.

🌪Garis Tanpa Batas🌪Where stories live. Discover now