🐈‍⬛7🐈‍⬛

Zacznij od początku
                                    

"Katanya Marinette, maksudku, lady Marinette dan aku bertunangan sejak pertengahan musim gugur? Lalu kenapa keluarga kerajaan baru mengakuinya musim semi?"

"Maafkan aku, yang mulia!"

Nino yang tidak tau apapun menatap aneh dame Luka yang tiba-tiba menjatuhkan diri ke lantai sambil meminta maaf. Dia melihat ke arah sahabatnya yang meletakkan kedua tangannya di depan wajah, melihat seperti menahan kesal pada ketua kesatria istana putra mahkota yang bersikap berlebihan menurutnya.

"Luka, berdirilah.."

Adrien menghela nafas. "Ini tidak seperti kau benar-benar menjalin hubungan dengan lady Marinette, tunanganku itu, dan menyembunyikannya seperti katamu kan? Ya, ya.. aku percaya padamu. Karena itu tenanglah!"

"..."

"Ini tidak seperti aku akan membunuhmu hanya karena kau mantan dari tunanganku mentang-mentang aku ini putra mahkota, ya kan Nino?"

Hei, hei, aku tidak tau apapun jangan bawa-bawa namaku!

Nino melotot gugup kemudian tertawa canggung sambil menggaruk tengkuk tak gatal. Matanya mencari-cari sesuatu untuk merubah topik. Satu kesempatan dia berjanji untuk menginterogasi kejadian di desa Alfheim via Luka Couffaine, tentu saja setelah mereka berdua berhasil keluar dari hadapan putra mahkota tiran ini hidup-hidup.

"Haha... Ya, yang mulia.."

Adrien bangkit dari kursi, berjalan ke arah dua sahabatnya sambil memeriksa isi proposal. "Ah, kau juga bukannya jatuh cinta pada pandangan pertama pada Marinette, kan Nino?"

Glup!

Nino merasa menelan kristal sihir pemantik api yang didapat dari monster di hutan Mangrove. Panas, berat, menyakitkan. Tebakkan putra mahkota tepat sasaran menyudutkannya. Refleks dia mundur selangkah dan bergabung bersujud bersama dame Luka.

"Tolong ampuni aku, yang mulia!"

Dua maid di lorong bergidik mendengar teriakkan pilu marquiss Nino dari dalam ruang perpustakaan istana putra mahkota, berlari menjauh. Besok rumor tirani putra mahkota akan memburuk setelah ini.

"Demi pertemananku dengan anda yang mulia, mohon biarkan aku hidup setidaknya sampai hari Jum'at, tidak, sampai Sabtu saja yang mulia!"

Adrien mendesah, "Nino, Luka, apa aku terlihat sejahat itu pada temanku sendiri?"

Nino dan Luka semakin menunduk, diam-diam saling lirik dari samping. Keduanya merasa baru saja berhadapan dengan kecemburuan putra mahkota tiran yang memenggal dan menyiksa tahanan setiap sore adalah hal yang biasa. Oh, jangan lupakan para assassin yang kehilangan nyawa setiap malam, bahkan beberapa di masa lampau sampai tak bersisa sehelai rambut pun.

"Marinette itu tidak hanya cantik, tentu saja dia sangat cantik, dia juga imut, pintar, cerdik, baik hati, menggemaskan. Karena itu aku tidak heran kalau semua orang mencintai lady Marinette." Adrien menjelaskan, "oh ya, aku penasaran kenapa kau meminta pengampunan sampai lima hari ke depan. Apa ada sesuatu yang penting di hari Jum'at, Nino?"

Nino menjawab dari posisi menunduk, "sebenarnya, aku dan lady Alya de Ceisaer, kau tau yang mulia, lady yang waktu itu ikut datang ke istana bersama lady Marinette? Yah, kami berbicara berdua sambil berkeliling taman istana putra mahkota musim gugur waktu itu dan berakhir dengan janjian melihat tempat itu lagi di musim semi."

Dia menekankan beberapa kalimat agar Adrien percaya Nino tidak jatuh cinta pada Marinette sama sekali.

"Oh, aku tidak tau kalian sudah sampai tahap itu. Selamat Nino! Ah, dan aku menemukan ada dana aneh yang menggembung untuk penyediaan buah apel. Apa apel semahal itu dan untuk perayaan festival musim semi kita perlu memakai apel sebanyak ini?..."

Under the Same UmbrellaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz