Mereka hanya mendidik Aldebar dengan keras sehingga menjadikan anak sulungnya itu tangguh dan berani melindungi adik kecilnya, Nanda.

"Tante ngga boleh sedih terus, ya? Nanda dan kak Debar pasti kembali lagi."

Tiffany mengelus surai Chanhe dengan lembut.

"Iya tante tau, tapi pasti membutuhkan proses yang sangat lama."

"Kenapa?"

Tiffany mengulas senyum.

"Aldebar adalah tipe orang yang gigih, dia akan melakukan apapun untuk sesuatu yang sudah menjadi miliknya. Sama seperti Nanda, Aldebar sudah menganggap Nanda adalah miliknya sejak lama."

"Bahkan Tante dan Paman Siwon tidak bisa melawan Aldebar jika sudah menyangkut tentang Nanda."

"Kenapa begitu?"

Tiffany diam sejenak.

"Karena Aldebar sangat-sangat mencintai adiknya."

Chanhe terlihat begitu terkejut. Maksudnya, jika dilihat dari perlakuan Aldebar pada Nanda sepertinya memang terlihat begitu, tapi Tiffany? Saat Tiffany, selaku sang ibu keduanya yang mengatakan seperti itu sungguh sangat mengejutkan.

Jadi, selama ini kedua orang tuanya tau jika Aldebar? Ah, sungguh rumit.

"Chanhe terkejut ya?"

Chanhe hanya mengangguk canggung.

"Tante sudah menyadari itu sejak sangat lama, saat Aldebar dan Nanda masih berada dibangku junior high school."

"Tapi Tante diam saja saat itu, tapi semakin lama Aldebar semakin sulit dikendalikan."

"Bahkan saat kami mencoba memisahkan Aldebar dan dan Nanda dengan membawa si bungsu ke Inggris, Aldebar dengan nekatnya menyusul kami ke Inggris dan membawa Nanda pulang secara paksa."

Chanhe kembali tercengang. Astaga, Aldebar.

"La-lalu, Tante?"

Tiffany mengedikan bahunya.

"Kami semua tidak tau apa yang akan selanjutnya kita lakukan, apalagi saat ini Aldebar membawa Nanda entah kemana."

"Tapi— kenapa kak Debar membawa Nanda kabur?" Tanya Chanhe hati-hati. Ya, karena selama ini ia sangat dibuat bingung pasalnya tak ada yang mau memberitahu nya tentang kedua anak adam itu.

Pada akhirnya Tiffany menceritakan detailnya, membuat Chanhe lagi-lagi tak tau harus bereaksi seperti apa.

"Jadi, kak Debar...."

"Ya, begitulah Aldebar."

"Tapi Tante, sepertinya kalian semua juga sangat memperhatikan paman Jaehyun. Paman Jaehyun itu siapa?"

...


"Na!"

Nanda memberengut kesal.

"Pantat Nana masih sakit!"

"Tidak ada hubungannya pantat dengan memasak."

Nanda menatap sang kakak dengan tajam.

Dia berkata jika memasak tak ada hubungannya dengan lubang pantatnya yang masih sangat merah dan berkedut. Santai sekali, ingin sekali Nanda menendang bibir tersangka itu.

"Intinya Nana tidak mau memasak! Nana ingin tidur,"

Saat baru saja ia ingin kembali merebahkan tubuhnya, tangan Aldebar sudah menyangga kepalanya dan kembali mendudukkan Nanda seperti semula.

Nanda menendang kakinya ke udara karena kesal beberapa kali.

"Aku lapar, cepatlah."

"Aaa, mas Debar, Nana tidak mauuu!" Rengeknya dengan menggulingkan tubuhnya kesana-kemari karena kesal.

Aldebar terkekeh kecil melihat itu. Sangat lucu dan menggemaskan, pikirnya.

"Seperti itu hingga hitungan ketiga, aku akan menambah ronde selanjutnya."

Baru saja Aldebar akan mulai menghitung, tubuh Nanda sudah terdiam seperti patung dengan posisi tengkurap.

Aldebar fokus pada bongkahan pantat yang terlihat membiru itu.

Ups, tentu saja bisa terlihat karena posisi mereka masih telanjang sepenuhnya, mereka habis melakukan sebuah adegan yang ekstrim. Tentu saja ekstim, terlihat dari pantat hingga paha dan punggung Nanda yang membiru.

Karena siapa? Tentu saja manusia setengah serigala, Aldebar.

"Sudah siap ku masuki kembali?" Ucapnya santai dengan tangan yang kembali ringan menepuk pantat membiru sang adik hingga menjerit.

"Mas Debar sakit!"

"Memasak atau ku hajar lagi lubang mu?"

Dengan menghentak kesal dan kembali mengguncang tubuhnya kesal, Nanda pun beranjak dari ranjang besar itu dengan tertatih masih dengan tubuh telanjangnya.

Entah sejak kapan, Nanda kini sudah tak ada rasa malu bertelanjang dihadapan Aldebar. Mungkin karena terlalu sering, ekhem.

"Apa aku sangat kejam?"

Aldebar mengedikan bahunya, beranjak dari sana dengan senyum kemenangan.

Oh tentu, ia menyuruh Nanda ke dapur untuk memasak karena ia lapar? Big no, kalian salah besar, bukan memasak karena lapar.

Tapi memasak untuk ke dapur. Di dapur untuk?

Seratus untuk kalian.

B.e.r.c.i.n.t.a

Untuk apa?

Oh, jelas bercinta. Karena Aldebar adalah maniak bercinta dengan adik tercinta.

...

"Aku mengetahui sesuatu. Trik Aldebar, aku tau itu."

"Bagaimana?"

"Kita akan melakukan nya besok. Jadi bersiaplah,"

"Malam ini kita merancang rencana bersama, aku menjamin walaupun tidak langsung berhasil tapi cara ini satu-satunya yang terbaik, untuk menjebak Aldebar."

To be continued



Wadooh wadoh wadoooh, gatau lagi ini gaje+garing pake banget, maap ya huhu.

Yang suka mohon vote komennya.

Ayo dong kasih reaksi kalian disini, curhat kek, tentang book ini kek, apa kek gitu, ahhaha.


Oke,
See you next chap!


©vvusr_
14 September 2021

𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫?✓【ɴᴏᴍɪɴ】Where stories live. Discover now