1

9.4K 778 54
                                    

Biasakan vote sebelum baca!
Dan tinggalkan komen untuk absen.

Dibawah ada konten sensitif, jadi harap skip jika don't like.

.
.

.
.

Nanda adalah primadona di sekolah. Adik dari Aldebar itu sangat amat diminati para lelaki padahal sang adik berjenis kelamin laki-laki.

Wajar saja, wajahnya bak seorang putri dari khayangan. Sangat cantik melebihi seorang perempuan, bahkan para gadis akan berpikir dua kali untuk menyukai Nanda karena mereka tentu kalah cantik.

Aldebar, sang kakak harus ekstra ketat menjaga adiknya. Posesif dan larangan banyak Nanda dapati dari Aldebar.

Bahkan hanya memiliki seorang teman saja tidak boleh kecuali satu, Renjun. Sang kakak memang menyebalkan.

Umur mereka terpaut tepat satu tahun. Aldebar berada di kelas tingkat akhir sedangkan Nanda berada di tingkat dua.

"Nana mau pergi ke pesta Renjun, mas!"

"Sekali tidak, tetap tidak."

Nanda memberengut sebal. Pokoknya dengan cara apapun dia harus bisa ikut pergi ke pesta ulang tahun Renjun, karena hanya dialah satu-satunya teman yang sang kakak izinkaan ada dilingkup sekolah bersamanya.

Renjun memang sudah membicarakan untuk tidak memaksa jika Aldebar melarang. Tapi, bukan Nanda namanya jika menurut begitu saja.

Nanda adalah seorang yang keras kepala, jika dilarang maka dengan tekad yang besar dia akan melanggar larangan itu apapun yang terjadi.

Sang kakak mengunci pintu kamarnya dan lagi kamarnya berada dilantai dua. Sial sekali bukan?

Papi dan Mamih nya sedang dalam perjalanan bisnis.

"Woah! Nana pintar!" Ucapnya girang saat matanya menangkap seonggok mattress foam di bawah kolong ranjangnya.

Dia baru ingat sering menggunakan benda itu saat bermain video game bersama Renjun untuk melandasi pantatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dia baru ingat sering menggunakan benda itu saat bermain video game bersama Renjun untuk melandasi pantatnya.

Dengan segera ia menariknya dan menggotongnya menuju balkon kamar. Cukup susah, karena ukurannya tak main-main.

"Ugh, berat sekali." Keluhnya.

Cih, salah sendiri tidak menurut.

Saat sudah berada dibalkon dengan kasur busa yang ia bawa dengan payah, ia sedikit mengangkat benda itu agar naik pada pagar besi balkonnya.

Setelah selesai ia luncurkan benda itu hingga menimbulkan suara yang cukup keras ke bawah.

Karena panik takut sang kakak mendengar suara gaduh dari kamarnya, ia pun segera membawa tas nya dan dengan segenap nyawa yang ia punya hanya satu, ia melompat dari lantai dua.

𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫?✓【ɴᴏᴍɪɴ】Where stories live. Discover now