6

5.6K 493 36
                                    

Pagi, siang, sore, malaaam dimanapun kalian beradaa~

.
.

.
.

Nanda tengah menyuapi Aldebar yang sudah bisa dikatakan telah sembuh itu. Aldebar memaksa Nanda untuk menyuapinya.

"Na,"

"Apa?" Tanya Nanda masih setengah kesal.

"Suapi aku dengan mulut,"

"Hng?"

"Suapi aku lewat mulut mu?"

Plak

Setelah mengerti dengan maksud Aldebar tangannya dengan spontan menampar bibir Aldebar begitu saja.

"Ah maaf, Nana tidak sengaja." ucapnya dengan mengelus lembut bibir Aldebar yang baru saja ia tampar itu.

Aldebar membiarkannya, tapi ia pastikan setelah ini sesuatu akan terjadi karena sesuatu dibawahnya telah mengeras.

Apa itu? Sudah ku pastikan kalian mengetahui maksud Aldebar karena seperti nya pikiran kalian sangat woah.

"Na,"

"Eum?"

"Tolong kunci pintunya."

"Huh, kenapa?"

"Lakukan saja,"

Walaupun tak mengerti Nanda tetap melakukan nya, ia mengunci pintu itu sesuai dengan yang Aldebar katakan.

Ia kembali lagi untuk duduk disamping Aldebar tapi Aldebar menghentikan nya dan menyuruh Nanda untuk menduduki perut Aldebar.

Dengan tanpa perasaan curiga atau apapun tentu Nanda menurut karena walaupun perut Aldebar keras karena ototnya, Nanda sangat nyaman jika duduk ataupun berbaring diatasnya, sungguh entah kenapa.

Nanda telah menduduki perut Aldebar dengan senyuman yang mengembang.

"Mundur,"

"Hng?"

"Pantat mu mundurkan sedikit,"

Lagi dan lagi Nanda menurut ia menggeserkan pantatnya ke belakang hingga menyentuh sesuatu. Karena penasaran Nanda menoleh kebelakang hingga tak sengaja tangannya menyentuh benda keras itu.

Benda keras apa itu?

Nanda terbelalak, ketika ia akan beranjak dari tubuh Aldebar, Aldebar menahannya.

"M-mas,"

"Apa?"

"Na-nana ingin duduk di kursi saja,"

"Aku tidak mengizinkan,"

Nanda meneguk ludahnya kasar. Ia jadi kembali mengingat kejadian terkoyaknya lubang belakang nya beberapa hari yang lalu.

Sungguh, membayangkan itu wajahnya menjadi memerah dan sedikit ngeri.

"Mari kita lakukan sekali lagi disini,"

Nanda mendelik, "me-melakukan, apa?"

Tangan bajingan Aldebar entah sejak kapan sudah tak berinfus dan sekarang tangannya berada di belakang celana Nanda.

"M-mas,"

Lagi-lagi tangan bajingan Aldebar berulah, ia menarik dengan keras celana longgar Nanda hingga terpampanglah pantat sintal Nanda.

𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫?✓【ɴᴏᴍɪɴ】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang