4

7.3K 613 77
                                    

Selamat malaam kalian!

Sebelum tidur ada baiknya baca yang sedap-sedap!
Semoga sukak!

.
.

.
.

"ALDEBAR!"

"Debar!"

"Mohon maaf, telingaku masih berfungsi dengan baik, nyonya. Untuk apa berteriak seperti orang gila?"

Tiffany sudah akan menjambak surai anak sulungnya ketika suara lembut dan indah milik anak tersayang nya menyapa gendang telinga.

"Mamiiiih!" Nanda berlarian dari arah dapur menuju ruang keluarga.

"Woa! Anak Mamih tersayang! Mamih merindukan Nanda~"

Dan akhirnya anak dan ibu itu berpelukan erat seperti Teletubbies.

Aldebar memutar bola mata jengah memandang itu.

"Hey bung! Kau tidak iri melihat mereka? Haruskah kita berpelukan juga?"

Aldebar mengedikkan bahunya merasa geli dengan sang ayah dan lantas beranjak dari sana sebelum ia mual.

Ingat. Mamih dan Papi nya itu adalah musuh Aldebar. Karena apa? Karena mereka akan selalu merebut Nanda darinya dan senang sekali membuat Aldebar kesal dengan melarang Aldebar ada diantara mereka jika Nanda sedang bermain bersama keduanya.

Aldebar tidak cemburu dengan Nanda, ia hanya cemburu jika orang tuanya itu terlalu dekat dengan Nanda. Nanda hanya miliknya!

Jadi siapa yang salah?

"Sial sekali para tua bangka itu!"

Aldebar tersenyum miring.

"Cih, anak kesayangan nya sudah ku miliki."

"Aldebar!"

Aldebar menggeram kesal. Baru saja akan membuka pintu kamar nya, si tua bangka itu pasti akan berulah lagi. Sial.

"Aku tidak akan menurut! Kalian diamlah saja, jangan menggangguku."

"Kemari atau Nanda akan kami bawa ke LA bersama minggu depan!"

"Tua bangka sialan!"

Dengan kesal ia kembali turun dan menatap tajam orang tuanya itu dengan Nanda diantara mereka.

"Ancaman ku selalu manjur bukan?" Siwon menaik-turunkan alisnya.

"Diamlah."

"Belikan Mamih siomay!"

"Tidak."

"Nana juga ingin siomay, mas." Ucap Nanda dengan senyuman yang begitu manis.

"Aku hanya akan membelikan Nana,"

Ia berbalik dan sudah akan melangkah untuk membelikan apa yang diinginkan adik kesayangannya itu tapi,

"Ingat apa yang Papi katakan tadi, anak tersayang keseratus? Ancaman ku tidak pernah main-main kau tau 'kan?"

"Sial, ya!"

Ketiganya tertawa begitu puas.

"Belikan Mamih pembalut selangkangan juga, Aldebar! Ingat kata-kata Papi, ya?!"

Aldebar menutup dengan kasar pintu yang tingginya dua meter itu.

Jika saja ancaman orang tua mereka hanya ancaman belaka, Aldebar tak minat sama sekali untuk menurut!

𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫?✓【ɴᴏᴍɪɴ】Where stories live. Discover now