PART - 15. PANTAI

6.5K 167 5
                                    

12 Maret 2022

PART - 15. PANTAI

Perasaan saya seperti sunset, yang hanya bisa memancarkan keindahan, tanpa bisa memiliki.

PENCET BINTANG DI SAMPING YA, TERIMAKASIH🍒

HAPPY READING 🌻

Selesai bayar dan juga minum es kelapa tadi. Zia akan pergi menemani Reyhan lagi sebelum salah satu lengannya di tahan oleh Tariq. Tubuhnya berbalik menatap teman dari suaminya itu.

Lengannya di gerakan agar terlepas dari genggaman Tariq. Matanya tertuju pada Tariq yang menahannya barusan.

"Ada apa?"

"Tadi itu siapa?"

"Bos gue, di tempat kerja. Dia kepala divisinya."

"Lo?"

"Udah ah, jangan mikir aneh-aneh. Gue gak ada apa-apa. Lagian gue udah nikah juga."

"Hati-hati aja Zi. Zafran itu orangnya cemburuan."

"Ya, ya. Ini gue mau nemenin bos gue dulu. Abis itu gue langsung balik."

"Hati-hati ya, Zi."

Zia mengangguk dan berlalu dari sana. Dia menyusul Reyhan yang lumayan jauh dari pandangannya, dan berlari kecil kesana.

"Lama sekali, saya mau jalan di pinggir pantai sana."

Tangan Reyhan menunjuk kearah pinggir pantai. Langkahnya mengikuti kemana Reyhan berjalan.

"Susah nih pakai rok mini."

"Ya, ya."

Mereka berjalan ke arah pinggir pantai. Air sudah mulai pasang. Zia berjalan agak jauh dari air agar kakinya tidak basah. Sepatunya di masukkan ke dalam tasnya tadi.

"Duduk sana aja Pak."

Zia menyarankan untuk duduk di tempat yang tepat. Di sana lebih sepi dari pada tempat yang lain. Karena banyak juga yang sedang menunggu senja sepertinya.

Setelah sampai mereka duduk di pinggir pantai. Zia memberi jarak ketika mereka duduk. Selain ini tempat yang di pilih tidak terlalu ramai, ini juga karena menjaga hal yang tidak di inginkan.

"Sudah lama saya tidak pergi ke pantai."

"Kenapa Pak?"

Tangan Zia yang sedang menahan tubuhnya terlepas ketika melihat bintang laut yang berada di dekat kakinya, karena terbawa air tadi.

"Tidak ada teman."

Melihat bintang laut itu terbalik, dan tidak bisa kembali lagi. Membuat Zia ingin memegangnya sebelum di tahan oleh Reyhan.

"Ngapain?"

"Tuh, kasihan. Terdampar sendirian. Mau aku tolong."

Perlahan satu tangannya menyentuh binatang itu. Lalu meletakkannya di atas telapak tangannya. Hingga merasa geli karena pergerakannya.

"Geli, ih. Tapi lucu ya, mukanya. Kayak ikan pari."

Bayangkan saja, mana ada bintang laut sama ikan pari sama. Sama jika di lihat dari mana saja juga tidak. Hanya mungkin wajahnya saja ya?

"Beda gitu, bisa banget nyamakan."

"Ini bisa di makan nggak ya?"

"Nggak lah, emang ada orang makan begitu?"

Meried With EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang