PART - 04. MANJA [21+]

53.3K 510 2
                                    

PART - 04. MANJA 21+


JANGAN LUPA PENCET BINTANG YA, TERIMAKASIH

HAPPY READING 🌻

Mari bangkitan gairah yang terpendam dalam diri kalian selama ini, selamat halu... Jangan di pendam🌻

Mature konten 21+

Hari sudah semakin malam. Waktu juga sudah subuh. Zia terbangun karena tubuhnya terasa berat. Dengan perlahan, dia membuka matanya untuk menyesuaikan ruang yang temaram. Dia juga sedikit bergerak gelisah.

"Jangan gerak."

Mendengar suara barusan, Zia yang sedikit kaget langsung menoleh pada Zafran yang memeluk tubuhnya barusan. Jika sedang manja ya, seperti ini kelakuannya.

"Hm, udah pulang?"

"Hm."

Zafran semakin mempererat pelukannya di tubuh Zia. Posisinya Zafran berbaring di samping perut Zia.

"Kenapa?"

Tangannya terangkat untuk mengusap kepala Zafran. Rambut yang hitam legam, sesuai dengan wajahnya, yang berwarna kuning langsat. Merasa nyaman di posisi begini, dan semakin menenggelamkan kepalanya lagi menyeruak.

"Udah makan? Mau makan, nggak? Kalau mau aku siapin dulu. Tapi bangun dulu ya."

Zafran bangun dari posisinya, menatap Zia sekilas lalu mengecup singkat. Posisinya berubah, jadi berada di ceruk leher Zia sekarang. Zafran menghirup dalam-dalam aroma tubuh Zia dengan hidungnya

"Kenapa sih? Kamu sakit, apa gimana?"

Duh, kalo lagi perhatian gini suka pengen lengket. Jarang bisa pake aku-kamu begini.

"Ngak mau."

"Kok gak mau sih? Bangun dulu deh. Geli, tau."

Akhirnya Zafran bangun namun cemberut. Wajahnya berjarak dekat dengan Zia. Tangannya masih di poisisi memeluk kaya tadi.

"Apa sih, aku mau bangun. Kamu minggir dulu deh."

"Ah, nggak mau. Aku capek. Pengen di manjain."

Suara serak Zafran memang terdengar lelah. Ia menarik tubuh Zafran agar berbaring lagi di dadanya sekarang. Bukan di leher lagi. Zia dengan telaten mengelus rambut Zafran. Merasa nyaman dengan elusan, dia semakin menyamankan posisi, senyaman mungkin.

"Kamu gak ganti baju dulu? Baju kamu kotor sayang, kalo di bawa tidur. Ganti dulu sana."

Merasakan gelengan di dadanya. Zia hanya mampu mendengus saja. Kalo lagi manja ya gini. Kalo jiwa musuh kambuh, pasti udah di tonjok suaminya ini. Cuman karena kasian, cape begini. Mana tega, juga kan?

Tangannya yang semula berada di samping Zia naik keatas. Meraba, yang biasa dia raba kalo mau tidur. Udah kebiasaan awal nikah. Awalnya juga dia kesel, terus di tonjok. Sekarang udah biasa aja. Kalo gak diturutin, suka merengek-rengek dia.

"Pengen."

"Ih, gak bisa. Aku pake baju tidur begini."

"Aaa, pengen. Kan bisa di buka."

Mulai merengek lagi kan. Padahal lagi capek tuh. Tapi masih suka merengek aja.

"Udah subuh. Tidur aja. Kamu capek kan? Istirahat aja."

"Sambil istirahat."

"Kemarin malam udah kan? Masih sakit juga tau."

"Terus, aku mau pokoknya. Buka."

Meried With EnemyWhere stories live. Discover now