16. WILONA KESAYANGAN MARVEL

Start from the beginning
                                    

"Maksud Lo? Mereka LDR-an?"

"Kamu ingat waktu kamu dan Marvel kejebak di lift Popstar? Cowok itu pingsan, kan? Dan kamu bilang dia juga anggap kamu sebagai Wilona. Kamu tau kenapa?"

Lovely menggeleng.

"Mungkin aku perlu ceritain semuanya, biar kamu gak terlalu jauh untuk ngejar Marvel," ujar Moza. "Wilona Alexandria, cewek sekelas yang mampu bikin Marvel terpikat. Dia cantik, dia baik, tapi karena sebuah kecelakaan, dia kehilangan semuanya."

Lovely meresapi setiap kata yang dikeluarkan oleh Moza, tidak mau sampai melupakan satu kalimat pun dari mulut gadis itu. "Kehilangan semuanya?"

"Karena kecelakaan itu, Wilona mengalami kebutaan. Dia gak bisa liat lagi, itu buat dia depresi bahkan hancur. Bersyukur Marvel tetap ada untuk dia dan buat dia punya semangat untuk tetap hidup, tapi beberapa Minggu setelah kecelakaannya, cewek itu malah meninggal terjebak di dalam lift Popstar. Sebabnya karena lift macet satu dalam dua puluh jam, dia kehilangan napas karena terlalu lama ada di situ."

Lovely menegang, tubuhnya terasa lemas. Jadi karena itu Marvel menganggapnya Wilona dan sampai pingsan saat lift Popstar bermasalah kemarin?

Sebenarnya saat Moza menyebut nama Wilona, dia merasa tidak suka juga merasa mempunyai saingan seperti yang dikatakan gadis di depannya. Namun setelah mengetahui bahwa Wilona mengalami kecelakaan dan membuatnya buta hingga meninggal di dalam lift, Lovely tiba-tiba prihatin. Apalagi jika membayangkan perasaan Marvel saat itu.

"Wilona sekolah di Popstar juga?" tanya Lovely yang dibalas anggukan oleh Moza. "Jadi dia sendiri yang terjebak di lift? Kenapa Marvel gak temenin dia?"

"Panjang ceritanya. Intinya di sini, kamu gak akan bisa gantiin Wilona. Udah banyak cewek yang deketin Marvel, tapi Marvel gak mau lirik mereka karena masih stay sama Wilo."

Lovely mengangguk paham, dirinya bisa mengerti itu. Hal paling sakit dan pahit ialah memang berbeda alam, pantas saja ketika dirinya mencari perhatian kepada Marvel, cowok itu bersikap biasa saja. Seperti tak ada daya tarik sama sekali dari dalam dirinya.

"Gue ngerti, kok. Gue paham perasaan Marvel," ujar Lovely.

"Baguslah kalau kamu lebih milih mundur."

Lovely mengernyit, perasaan ia tidak pernah mengatakan ingin mundur untuk mendekati Marvel.

"Gue gak bilang kalo gue mau mundur. Lagian, ngedeketin Marvel bukan berarti gue gak ngerti dia."

Lovely bangkit dari duduknya, lalu melangkah dan memegang knop pintu. Sebelum ia masuk ke dalam rumahnya, ia menoleh ke belakang, tepat di mana Moza masih duduk dengan mimik herannya.

"Denger ya, Moza. Dari cara Lo datang jauh-jauh ke sini dan bilang tentang Wilona dengan alasan kasian, itu gak akan buat gue percaya. Apa Lo ngelakuin ini ke semua orang yang suka sama Marvel? Kurang kerjaan banget hidup Lo."

Setelah mencibir, Lovely masuk ke dalam rumahnya, tanpa ada kalimat tambahan yang ia lontarkan kepada Moza. Ia sudah berpengalaman menghadapi orang-orang seperti gadis itu. Jadi dirinya tidak akan tertipu dengan mudahnya.

Lovely tau Moza datang ke rumahnya hanya untuk modus belaka, ingin membuat Lovely menjauh dari Marvel. Dari sanalah Moza bisa mendekati Marvel dengan tenang, mengurangi saingan itu penting.

***

Tiga puluh menit Marvel menunggu seorang gadis di depan rumahnya, sesekali ia melirik jam tangan terpakai di sebelah kanan. Rasa kesalnya muncul saat melihat seorang gadis yang memberikan ciuman jarak jauh dengan rambut yang masih tergulung dengan hair roller di balkon kamar. Sungguh, gadis itu mengunjungi kesabarannya.

BACA 100/2 SEBELAH!!Where stories live. Discover now