[50]First Date

466 62 5
                                    

OH MY CHAPTER 50 KYAA!
Happy reading!

◌●●◌

Luna menatap sendu pada sosok pria didepannya yang sedari tadi menekuk wajah tampannya, ia tak tau harus melakukan apa untuk Eris. Kekasihnya terus diam tak mau mengubris semua ucapannya. Bahkan anggukkan mau pun gelengan kepala tidak ada.

"Ayolah bang, jangan murung, menang atau kalah itu udah biasa dalam pertandingan. Lo juga belum makan kan?"

Kelima jari tangan Luna menelungsup masuk kedalam rambut Eris, menyusuri helaian rambut hitam Eris, dan mengelusnya lembut. Berharap pria itu membangkitkan lagi semangatnya semenjak dua hari yang lalu, teamnya  harus pulang dengan kekalahan di grandfinal.

Sudah satu jam lamanya mereka berdua di posisi ini, di sebuah sofa. Eris menyenderkan kepalanya pada pundak kekasihnya, sedangkan Luna yang mulai merasakan pegal tak mampu mengusirnya. Ia juga ikut bersedih, kekalahan memang selalu menyakitkan.

Sudah satu minggu mereka berdua menjalin hubungan. Karena pertandingan Eris pula, keduanya bahkan belum pernah berkencan layaknya pasangan kekasih.

Benar juga, kencan.

"Bang, bang, bang, bang!"

"Hng?"

Luna mendelik pelan, kedua tangannya menangkup wajah Eris supaya menatapnya. "Jalan yuk, kek orang-orang, pacaran."

Eris mengerjapkan matanya bingung, lalu terlihat berfikir. Benar juga, ia baru sadar bahwa mereka berdua belum pernah menghabiskan waktu berdua setelah berpacaran. Oh betapa bodohnya dia malah terpuruk karena kekalahan yang menimpa teamnya dalam waktu lama, bahkan teman-temannya saja sudah kembali bersemangat.

Kecuali dirinya.

"Mau gak?" tanya Luna mencubit pipi Eris pelan, lelaki itu memegang tangan Luna yang masih berada di pipi kirinya. Eris memejamkan matanya.

"Kamu ngomong kaya gitu ngeblush dikit kek,"

"Lah emang kenapa?"

"Engga."

"Hayu jalan ihh bang!" geramnya saat Eris memejamkan matanya nyaman, telapak tangan Luna ia geser hingga berada didepan bibirnya. Mengecupnya lembut.

Cup

"Bukan jalan,"

Luna tersentak berusaha menormalkan ekspresinya yang tegang, "Terus apa?"

"Kencan."

Pipi Luna berubah menjadi merah merona, kenapa hanya hal sederhana seperti itu lansung membuatnya senang bukan kepalang. Luna berdeham pelan, dan mengangguk.

"Iya, ke-kencan."

"Bukannya kita lagi kencan, hm?"

"Maksud gue--"

"Aku." potong Eris cepat.

"Maksud aku, keluar gitu nonton bioskop, makan, main ke time zone. Gu--aku tau, kamu pasti tau maksudnya." Luna bahkan masih belum terbiasa dan canggung saat menggunakan kosakata 'aku-kamu'. Ini sangat asing baginya.

Kosan Kanjeng MamihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang