[41]Seblak

403 64 5
                                    

Holla!
Happy reading!!

◌●●

Eris mengedarkan pandangannya pada ruangan yang gelap, hanya ada cahaya yang tersorot padanya membuat matanya agak sakit karena cahaya itu begitu terang.

"So, lo suka sama Luna?"

Pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan seseorang untuk Eris membuatnya menaikkan alis, sudah ia duga pasti Lano yang memberitaunya. Matanya lansung melirik tajam Lano yang duduk diujung sofa dengan bersedekap dada, saat ditatap oleh Eris, walaupun gelap tapi samar-samar Eris bisa melihat Lano yang memasang senyuman manisnya membuat Eris ingin sekali mengumpat padanya.

Eris menghela nafas dan matanya kembali melihat pada seseorang dihadapannya.

"Kalo iya kenapa? Masalah?" tanyanya dengan nada menantang.

"EH?! BENERAN?! ANJIR GUE CUMAN ASAL NANYA LOH!"

Eris menaikkan alis sebelah karena orang dihadapannya berteriak tak percaya dan jingkrak-jingkrak tertawa keras.

"Heee? Beneran? Padahal asal nanya si Bakti," Eris menolehkan kepala kearah Sharga yang berjalan dan duduk disebelahnya dengan cangkir teh ditangannya.

Kini, kerutan didahi Eris tercipta. Apa maksudnya?

"Ih! Ih! Ih! Anjir muahhahahahaha jujur sendiri anaknya, cieeeeeee!" sorakan Tora terdengar sangat kencang seketika membuat pipi Eris memerah, Eris lansung melihat Lano dengan tatapan bingung.

Lano yang sadar hanya manaikkan bahu, "Bukan gue yang bilang, lo yang bilang bang." ujarnya santai.

"Hooo so-soan ngegarem ternyata." bahkan Reyhan pun tertarik untuk ikut menggoda Eris.

Karena malu, Eris menghempaskan tangannya pada senter yang  dipegang oleh Tora dan cahayanya tersorot didepan wajahnya, "Bangs*t! Terus ngapain nanya-nanya gak jelas pake acara gelap-gelapan ha?! Nyalain lampunya!" umpatnya kesal sekaligus malu, apakah kini ia menjadi bodoh dan mudah untuk ditipu?

Ctak!

"Taraaa~" ucap Tora sambil merentangkan tangannya saat ruang tamu kossan mereka yang tadinya gelap gulita kembali cerah benderang.

"Yakan tadinya gue sama si Tora mau so-soan introgasi kek di flim-film, eh taunya sebuah kejujuran terungkap, pffttt---"

Eris mendengus kesal dan menutup kepalanya memakai sarung yang tadinya ia lingkarkan dibahu, doi baru selesai sholat isya dimasjid bareng yang lain, termasuk Lano.

"Emmm malu dia." lanjut Bakti kembali menggoda.

"Bac*t, diem deh."

"Boleh jadi inspirasi chapter selanjutnya nih." lanjutnya lansung memasang kacamatanya dan membuka laptop, author yang sangat berambisi dan semangat. Ada inspirasi lansung diketik.

"Eh, tapi gimana lo tau Lano?" celetuk Sharga tiba-tiba kepo.

Lano menoleh dan mengedipkan matanya sebelah kearah Eris yang sekarang sudah menatapnya tajam seakan-akan melarangnya untuk memberitau begaimana Lano bisa tau. Itu kejadian yang sangat memalukan untuk Eris.

Menyatakan perasaan pada orang yang salah, bukan cewek lain, bukan juga cowok lain, ini kembarannya, saudaranya, kakaknya. Sungguh, Eris tak pernah terpikirkan akan mendapatkan hal memalukan ini dalam hidupnya.

"Jadikan tadi siang tuh---AAAA! Anjir sarung siapa ini?!"

Lano mengumpat dan menarik kain sarung yang tiba-tiba terlempar kearah wajahnya, sedangkan Eris mengeratkan rahangnya menahan amarah dan rasa malu.

Kosan Kanjeng MamihWhere stories live. Discover now