"Sir Alec akan tinggal di kastil duke Dupain, untuk orang-orang yang tidak setuju aku kekasih Marinette tidak boleh ikut ke Alfheim."

Alec memisahkan diri dari barisan. Beberapa ada yang sepemikiran memilih diam.

"Ngomong-ngomong duke, ducchess, lady Marinette, aku dan seluruh pasukanku datang untuk mengantar dekrit kerajaan dan surat pengesahan wilayah baru yang ditandatangani oleh ayahku, raja Gabriel, untuk didengar oleh seluruh warga desa Alfheim." Adrien menunjuk seorang pegawai negri yang membawa berkas-berkas tersebut dengan isyarat, "tentu saja sekalian, tujuan utamaku berburu."

***

Ducchess Sabine Dupain Cheng melambaikan saputangan biru muda pada arak-arakkan yang beriringan berangkat meninggalkan kastil menuju hutan wilayah utara dari permukiman padat warga. Mereka mengambil jalan luas yang biasa dilalui karafan pedagang, lalu berbelok masuk ke wilayah hutan.

Sekelompok kupu-kupu putih menyambut kedatangan mereka semua. Para pria dewasa bergantian membuka jalan di depan sesuai arahan lady Marinette yang memegang peta. Mereka mengandalkan kompas magnet buatan sang lady, yang lebih akurat dari kompas matahari yang dijual di pasar, namun sesekali remaja laki-laki dalam kelompok memanjat pohon untuk melihat apakah mereka berputar-putar atau tidak.

Lima jam perjalanan kaki dengan tiga kali istirahat, rombongan itu tidak mengalami kesulitan selain membuat jalan kereta baru dan petunjuk arah. Para bandit di jalan utama yang telah dilalui beberapa jam yang lalu ternyata sudah diamankan prajurit kerajaan pengawal putra mahkota. Namun semakin jauh mereka masuk ke dalam hutan, semakin pekat dan tebal pepohonan di sana.

"Kita sudah sampai, semuanya.. tapi.."

Marinette hanya melihat sulur dan jalar setebal paha manusia menghalangi jalan mereka. Pepohonan dengan diameter luar biasa tebal dan dedaunan pekat menutupi langit membuat tempat itu agak gelap. Hanya ada kera dan burung-burung yang memekik dan berkicau bersahutan. "Dilihat dari kondisinya, semua benih yang kita bawa akan tumbuh tak biasa di tempat ini.."

Putra mahkota maju mengomando, "periksa apakah ada celah sulur pendek yang bisa kita lewati!"

Dua kuda dengan prajurit maju ke dua arah memeriksa keadaan. Salah satu yang pergi ke arah kiri kembali dengan cepat, "di sebelah sana berakhir sebuah tebing curam dari atas, tidak bisa dilewati. Yang mulia." Lapornya.

Yang satunya lagi berangkat agak lama, kemudian kembali dengan wajah sumringah. "Sebelah sini yang mulia, ada lubang besar yang biasa dilewati hewan menuju ke dalam!"

Semua orang bersorak.

Lubang yang dimaksud seperti gerbang masuk seukuran tinggi anak-anak remaja. Orang dewasa dan para kuda harus menunduk agar bisa masuk. Di dalam, ternyata tidak semua tempat ditumbuhi rumput liar. Ada berbagai macam jamur bahkan batu fosil bercahaya di tengah-tengah wilayah yang menyebar sedikit-sedikit di berbagai tempat.

"Aku tau kalian lelah, tapi kita harus menemukan sumber air dan tempat terbuka untuk merakit rumah. Yang masih kuat ayo menyebar temukan sungai, danau, atau mata air yang bisa kita pakai!" Marinette mulai membagi tugas. "Kalau kuda meminumnya berarti airnya bagus!"

"Baik lady Marinette!"

Anak-anak yang paling sigap berlarian menyebar tanpa lelah. Duke Tom Dupain duduk diatas batu dekat akar pohon dan tertidur lelap. Kudanya makan rumput liar dekat-dekat situ perlahan mengikuti salah satu anak yang menemukan sungai kecil.

Para remaja mengeluarkan papan dan tali yang telah dirangkai sesuai arahan lady Marinette membentuk bentangan tangga. Memanjat salah satu pohon dan mengikatnya dengan kuat. Orang-orang dewasa membagi tugas sesuai arahan, pria menebang pohon besar di tengah dan wanita mengumpulkan sulur besar di sekitar untuk membuat tali. Para prajurit kerajaan memburu hewan apapun yang sekiranya berbahaya dan akan mendekat.

Under the Same UmbrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang