"Melihat lipan darat gemuk itu membuatku lapar.."

Pernyataan itu membuat seluruh prajurit yang dia bawa saling bergidik ngeri. Pasalnya, tidak ada yang memandang lipan beracun itu sesuatu yang enak atau setidaknya, mereka tau makhluk itu tidak bisa di makan. Hanya iblis yang mungkin masih hidup setelah memakan monster itu.

"Hiyah!"

Slash!... Slash...

Para prajurit maju dan menghancurkan satu-persatu monster lemah terdekat. Adrien menoleh, mempercayakan bagian belakang pada mereka. Makhluk hitam yang selalu ada di dekatnya, mengumpulkan energi di ujung jari Adrien. "Dame Luka!"

Luka Couffaine yang memimpin para prajurit berteriak, "semua mundur!" Dan para prajurit itu berlari ke belakang tanpa menoleh. Membuka jalan para monster ke arah putra mahkota.

"Cataclysm!"

Boom!

Seluruh monster yang berjalan kearahnya atau yang kabur ke suatu tempat di depan hancur berkeping-keping. Prajurit yang ikut tiap taun atau setidaknya pernah ikut pembasmian sekali atau dua kali bersiul santai sedangkan pendatang baru bergidik ngeri. Monster-monster itu gugur satu persatu, mengeluarkan pecahan batu berbagai warna yang kini berserakkan di tanah gersang.

"Ayo panen kristal sihir!"

"Baik yang mulia!"

Para prajurit itu menyebar. Memunguti kristal sihir dan memasukkannya ke dalam kantong yang dibagikan ketika keluar dari istana. Kristal merah akan digunakan sebagai pemantik api, yang kuning bisa dijual ke toko alkemi, sisanya diberikan pada pangeran pertama Felix dan orang-orang kementrian sihir untuk diteliti.

Hutan Mangrove juga ditumbuhi buah kesemek liar berbagai rasa, beberapa buahnya mengkerut kering dengan cepat terkena dampak kerusakkan dari kekuatan makhluk astral, ikut berserakkan di tanah. Dame Luka memungut beberapa dan memasukkannya di kantong yang terpisah.

"Dame, untuk apa kesemek kering itu?" Seorang prajurit yang melihatnya bertanya karena penasaran.

"Kau tidak tau? Buah ini enak kalau bentuknya seperti ini. Saudariku di rumah mendapatkannya dari negeri timur dan memintaku membawanya lagi kali-kali dapat. Cobalah.."

Prajurit itu mengangkat helmnya dan memakan sepotong kesemek kering, mengunyahnya sebentar dan, "wah dame Luka memang hebat! Rasa asam dan manis bercampur lezat. Aku akan membawa beberapa juga untuk istriku di rumah!"

Kemudian prajurit itu memberitahu teman-temannya soal kesemek kering tersebut, beberapa diantaranya langsung ikut mengumpulkan. Diantaranya untuk diberikan pada adik atau anak-anak mereka. Hal itu sampai di telinga putra mahkota.

"Aku juga akan membawa beberapa untuk Marinette!" Lalu ikut memungut yang besar-besar.

Rombongan itu pulang-pergi melewati pinggiran wilayah duke Dupain menuju pusat kerajaan. Adrien memerintahkan pasukannya membawa pulang batu sihir ke istana lebih dulu dan istirahat, sementara dia pergi menuju kastil duke bersama dua ksatria.

Entah kenapa, aroma sedap keju bakar dan sesuatu yang membuatnya lapar tercium dari luar benteng besar itu. "Aku datang menemui tunanganku!" Adrien memperlihatkan lambang keluarga kerajaan dan pintu dibuka dengan cepat.

Kuda-kuda yang dipakai mereka pacu menuju halaman belakang untuk beristirahat. Tepat saat Adrien dan dua pengawalnya masuk bagian dalam halaman kastil, aroma pastry menguar semakin kuat.

"Marinette!"

Gadis dengan baju hangat dan celemek yang sedang membantu mengeluarkan seloyang croissant dari salah satu tungku menoleh. Sang putra mahkota membuka helmet berkuncung hijau miliknya, menampakkan rambut pirang spyke, mirip penampakkan Adrien dari Paris.

Under the Same UmbrellaWhere stories live. Discover now