ten

420 74 0
                                    

Sudah tiga minggu berlalu, hampir satu bulan ya. Saat terakhir kalinya Riki bertemu dengan Renata di tukang fotocopy kala itu, dan setelah nya tidak ada pertemuan tidak disengaja lagi antara keduanya, mungkin karena Renata yang akhir-akhir ini tengah sibuk mengejar skripsi nya dan juga Riki yang fokus dengan kelulusan sekolah nya

Tetapi beberapa kali tak berjumpa, Riki selalu mengirim sebuah pesan dengan modus belaka nya, tak hanya itu ia pun mengirim Renata hadiah-hadiah kecil dan sekotak bekal yang dititipkan lewat Lita

Berkat niat semangat nya yang bertekad akan rajin belajar dan tidak absen pada akhirnya tahun ini Riki dinyatakan lulus, teringat kembali setahun yang lalu ketika Riki tidak naik kelas dan membuat Lita marah besar membuat nyali Riki ciut untuk melawannya, untungnya saja tahun ini Riki lulus karena lelah juga menjadi orang bodoh

"Lit, Lita!!"

"Gue masih bisa denger enggak usah teriak-teriak juga bocah!"

"Lo kan kalau tidur kayak orang mati"

"Gue tonjok mulut lo"

"Kalo bisa, dasar kambing conge!"

Riki berdiri di bingkai pintu kamar Lita sembari menyandar kan pundaknya, melihat Lita yang masih bergulat dengan selimutnya padahal sudah jam setengah delapan siang, gadis macam apa dia ini

"Hari ini lo dateng kan di wisuda gue?"

"Dateng" balas Lita dengan suara seraknya

"Sama mbak Renata kan?"

Lita menarik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya hingga sebatas leher, menampakkan wajah bantal nya dengan mata yang masih sayu-sayu mengantuk. Memandang Riki yang kini sudah rapi mengenakan kemeja putih yang dibalut dengan jas hitam, parfum yang ia pakai saja begitu semerbak masuk ke dalam kamar Lita, semangat banget kelihatannya 

"Enggak, sama bang Lintang" Lita menutup kembali seluruh tubuhnya dengan selimut lalu bergerak membelakangi Riki yang masih diam berada di pijakan nya

"Lho kok gitu?!"

"Ya emang begitu, bang Lintang lho ambil cuti dua hari, hargai dia yang rela nyebrang laut buat dateng ke wisuda lo" balas Lita

"Tapi mbak Renata lo ajak kan?"

"Kenapa nyibukin Renata sih? dia juga punya urusan.. jangan bikin dia risih karena lo deketin mulu. Dia udah punya pacar! inget lo masih kecil jangan jadi pebinor!"

Riki mendecak sebal, jujur saja malas sekali rasanya mendengar ucapan Lita barusan, lagian juga siapa yang mau menjadi pebinor? Tetapi kalau diberi kesempatan sih mana bisa Riki menolak karena sejatinya kisah adalah sebelum janur kuning melengkung kan masih bisa ditikung dari tengah. Walaupun nyatanya Renata memasang tembok yang begitu tinggi

Bukan beda keyakinan ya.

"Siapa pacarnya?" tanya Riki sok tak tau

"Noh si Haidar"

"Ouh"

"Selama ini lo enggak tau? sering ketemu juga, mereka berdua juga sering umbar keromantisan nya di depan lo"

"Ya enggak tau, gue kira si Haidar itu babunya mbak Renata karena selalu ngikutin mbak Renata kemana pergi"

Lita tidak merespon yang membuat Riki mendelik kesal ke arahnya "lo buruan siap-siap sana Lita bentar lagi mau on the way nihh, cepetan dasar gadis malas!"

Lita berdecak kesal di dalam selimut nya "iya-iya, keluar sana dari kamar gue"

.
.
.

Riki berjalan menuruni anak tangga satu persatu sembari memainkan handphone, menggulirkan jemari lentiknya di papan keyboard handphonenya memberi sebuah pesan untuk seseorang. Sehingga sampai tak sadar di anak tangga terakhir ia hampir menabrak Lintang yang membawa minuman, untungnya tidak sampai tumpah

KINATA | nishimura rikiWhere stories live. Discover now