ninth

416 78 2
                                    

"Rik kertas nya masing-masing di fotokopi tiga lembar ya, harus bolak-balik"

"Udah lo kasih tau dirumah ngapain dikasih tau lagi, udah sono lanjut ngepel aja"

"Biar enggak lupa"

"Ck iya-iya"

"Kalo uangnya kurang pake duit lo dulu ya, nanti minta ganti Mami dirumah"

"Lo gila!? gue enggak mau ganti Mami, durhaka banget lo jadi anak!"

"UANG MAKSUDNYA, BUKAN MAMINYA!"

Tutt!

Riki menutup telepon nya secara sepihak, lalu menyerahkan beberapa lembar kertas kepada mas-mas fotocopy yang ada di depannya. Jaman sekarang sudah modern ya, dulu ketika hendak ingin membuat salinan dokumen, seseorang mesti menulis ulang atau menggunakan mesin tik. Namun, dengan adanya fotocopy, proses tersebut menjadi jauh lebih mudah dan efisien.

Saat ini, dimana Riki dengan rasa terpaksa pun pergi ke tukang fotocopy untuk menyalin berkas-berkas yang disuruh Lita yang Riki sendiri tidak tau itu berkas apa, tadi sempat ada cek-cok sedikit antara adik-kakak itu namun untungnya Riki mengalah dan menuruti perintah Lita

Ya beginilah derita menjadi anak bungsu, selalu saja jadi babu yang tak digaji

Riki berdiri menunggu sembari memainkan kunci motor nya "masih lama ya mas?"

"Tunggu sebentar ya"

Riki mengangguk "santai aja mas"

Riki menarik satu kursi plastik yang ada di sana lantas mendaratkan duduknya dengan nyaman, sembari menunggu mas-mas fotocopy nya selesai. Riki pun memilih memainkan kunci motor nya lagi, mau mengambil handphone yang tersimpan di saku jeans nya pun malas sekali rasanya

"Mas, saya mau fotokopi ya"

Ditengah kesibukannya memainkan kunci motor, terdengar suara yang tak asing di telinga Riki yang menarik seluruh atensinya. ketika ia menoleh dan melihat seseorang yang menarik perhatian nya, kalau dalam novel-novel mungkin saat ini matanya sudah keluar banyak emot love-love

"Mbak Renata?"

Begitu melihat Renata. Riki langsung beranjak berdiri dari duduknya seolah tengah menyambut kedatangan Renata dengan senyum yang sumringah

Renata agak terkejut tapi cepat-cepat ia langsung menormalkan air wajah kagetnya, untuk sekarang ia sudah terbiasa bertemu dengan Riki di manapun dan kapanpun, ia sudah tak mempermasalahkan Dewi keberuntungan yang tak mau menghampiri nya, toh juga pertemuan nya dengan Riki adalah sebuah kebetulan saja, mungkin Riki yang memang memiliki kepentingan yang sama dengan nya, begitu pikir Renata

Renata menoleh "kamu?"

"Mbak Renata mau fotokopi juga?"

Renata mengangguk "iya"

"Wah sama—"

"Mas sudah selesai nih, dua belas ribu lima ratus ya totalnya, tapi karena fotocopy ini lagi ada diskon jadi dua belas ribu aja!" potong mas-mas fotocopy itu sembari membawa kertas-kertas putih milik Riki

"Eh mas fotokopiin lagi ya, jangan lupa bolak-balik, udah hust-hust sana.."

"Ini kan udah saya fotokopiin mas" balas si mas-mas fotocopy, sudahlah panggil saja dia mas Cahyo, Cahyono Mahathir, anzaii

"Yaudah buat sekali lagi, makin banyak makin seneng liatnya" pinta Riki

"Enggak salah mas?"

"Ya enggak lah, gue disini raja lho mas harusnya lo turuti permintaan gue"

KINATA | nishimura rikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang