eighth

486 106 23
                                    

sambil dengerin lagu masih hatiku, ngena banget..

.
.
.

Sesuai dengan janji Haidar sebelumnya, malam ini dengan semangat yang membara Haidar mengajak Renata berkencan untuk menghabiskan sisa weekend nya, bukan ke restoran mahal atau pun nangkring di warung pecel lele nya mbak Wiyah. Melainkan ke pasar malam, Renata sendiri pun fine-fine saja di ajak ke pasar malam, tidak ada salahnya juga, toh dulu waktu masih kecil Renata sering berkunjung ke pasar malam bersama keluarga nya

"Bagus banget wahananya, sayang banget kalo enggak nyoba" ujar Renata

"Nanti dulu ah, kita cari makan dulu yuk di stan sana, aku denger kamu pengin jagung bakar manis pedas?" Haidar mengambil tangan Renata untuk ia genggam, takut saja nanti manusia nya mendadak menghilang dan tiba-tiba sudah naik kora-kora

"Kalau makan dulu pasti nanti pas naik wahana bakal muntah-muntah"

"Ah masih rame, cari makan aja dulu" Haidar tanpa memberi komando langsung menarik Renata ke arah deretan stan

"Eh jangan tarik-tarik dong, emangnya aku sapi?" Renata memberontak

Karena tenaga Haidar lebih kuat dari pada Renata, sang puan pun lebih memilih menurut saja ditarik-tarik seperti hewan pemakan rumput hijau itu

Setelah membeli dua buah jagung bakar manis pedas dan beragam aneka makanan lainnya, Renata dan Haidar pun mengambil duduk di bangku panjang yang tersedia di sana, menikmati pemandangan pasar malam dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus penuh irama, apalagi lampu-lampu berwarna-warni menyala, menciptakan suasana magis di sepanjang lorong-lorong yang dipenuhi dengan penjual yang begitu bersemangat malam hari ini

"Kamu seneng?"

"Seneng kok, aku jadi keinget dulu waktu kecil sering ke pasar malam bareng keluargaku" Renata tersenyum tipis

"Enggak jadi seneng dong" tanya Haidar

"Kenapa gitu?"

Haidar menatap Renata "karena kamu pasti kangen dengan umma sama ayah"

"Ya namanya juga anak pasti ada rasa rindu waktu berjauhan sama keluarga, pengin ketemu tapi jauh" balas Renata, seakan-akan rasa sedih yang tadi datang kini hilang setelah mengigit jagung bakar nya

"Masih ada aku" Haidar mengusap pundak kecil milik Renata seolah menenangkan

Padahal mah modus belaka buat ngelap tangan nya yang penuh minyak jagung bakar, tapi Haidar enggak gitu kok

"Coba geh kamu liat bintang di atas langit, pada berkilauan semua" jari telunjuk milik Haidar terulur menunjuk ke atas langit yang menampakkan kerlipan bintang dan satu bola ubi terang yang menemani nya

"Cantik ya?"

"Cantikan kamu"

"Haidar, kalau semisalnya aku ngambil satu bintang yang ada di atas langit itu terus aku kasih sama kamu, terus kamu mau enggak jagain bintang itu sampai bersinar indah lagi di malam hari?" tanya Renata tiba-tiba

Haidar menangkup dagunya seolah berpikir "bintang enggak selalu bersinar di malam hari, jadi aku pengin jadi angin aja yang selalu berhembus kapan aja, enggak peduli mau itu ada hujan ataupun gledek"

"Huh kok angin?"

Haidar membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Renata "inti dari keseluruhannya aku pengin jadi angin yang selalu ada buat kamu walaupun banyak rintangan di depan dan ada dedaunan yang berisik. Dalam riuh gemuruhnya angin tetap memeluk erat rahasia-rahasia romantis alam semesta"

"Romantis banget sih kalau enggak ada kita, gemes liatnya!!" seru seseorang dari arah depan, ketika Renata dan Haidar menoleh ke asal suara itu, dengan sekejap mata tercampakan lah kebahagiaan mereka

KINATA | nishimura rikiWhere stories live. Discover now