sixth

512 105 4
                                    

16.42

Sinar matahari memancar dengan kehangatan yang begitu menyengat saat siang hari tiba. Langit biru cerah tanpa awan, memancarkan kehangatan yang intens ke semesta. Udara yang berhembus terasa kering dan panas, seolah-olah matahari sendiri turun ke permukaan bumi untuk menyapa setiap makhluk hidup.

Di jalanan, pantulan sinar matahari membuat aspal terlihat berkilauan. Pohon-pohon bergoyang pelan oleh angin panas yang berhembus, daun-daunnya bergemerincing seperti menyanyikan lagu panasnya siang hari. Meskipun panas yang menyengat, alam tetap indah dengan warna-warna yang terpancar di bawah sinar matahari yang terang. Siang hari yang panas ini memberikan tantangan namun juga keindahan tersendiri bagi setiap makhluk yang mengalaminya.

Hari ini setelah mata kuliahnya selesai, tepat pukul setengah dua siang Lita langsung mengajak Renata untuk singgah di rumahnya, sekedar beristirahat sejenak sambil mengobrol santai, toh juga kalau pulang ke kost-kostan pun Renata sama saja istirahat, jadinya sama saja kan?

Setelah dipersilahkan si pemilik rumah untuk masuk, lantas kaki jenjang milik Renata menjuntai masuk ke dalam melewati sudut ruang rumah besar milik Lita, melihat-lihat beberapa koleksi gelas dan piring milik Umma nya Lita di dalam lemari kaca bening, lalu ada beberapa deret foto keluarga, foto masa kecilnya Lita dan kedua saudara laki-laki nya yang terpasang di dinding lalu di atas nakas meja lemari juga

"Enggak biasanya sepi banget rumah lo, Mami sama bang Lintang kemana?"

"Enggak tau tuh, orang rumah main nyelonong pergi aja enggak ngabarin gue"

"Pantas aja lo ngajak gue kesini"

Lita tersenyum kecil "salah satunya sih itu, tapi ada Jayendra kok, nohhh!"

Sampai di ruang tamu, Lita langsung menunjuk ke arah Jayendra yang tengah duduk dengan kaki di angkat sembari mengunyah keripik singkong yang ada di dalam toples, ternyata pemuda segleng itu sudah nyolong star duluan bahkan ketika Lita dan Renata sudah sampai di hadapannya, laki-laki itu terlihat enggan untuk menoleh alih-alih fokusnya lebih tertarik pada game di layar handphone nya

"Katanya lagi sakit kepala, kok udah terbang sampe sini?" celetuk Renata, ia mengambil duduk di sebelah Jayendra

Jay melirik sedikit ke arah Renata "sakit kepala gue langsung hilang waktu Lita telepon sambil teriak-teriak nyuruh kesini, padahal niat sebelum nya mau leha-leha dirumah karena enggak ada kelas"

"Kepedean banget ya lo, yang nelpon lo tuh anak durjana itu, sengaja memang bikin darah tinggi gue naik!" sahut Lita kelewat kesal, wajahnya melengos malas

"Anak durjana siapa?" tanya Renata

"Itu lho adiknya si Lita"

Renata mengerutkan keningnya hingga membentuk sebuah gelombang, dia melongo kaget "adik? maksudnya apa?"

"Iya, adiknya Lita, jangan kaget gitu dong, muka lo kayak orang yang dikasih uang kaget di tv itu" Jayendra memasukkan keripik singkong di mulut Renata yang setengah terbuka, mengingat gadis itu jika melongo pasti akan dimasuki lalat hijau

"Emangnya kapan Mami lo brojol" Renata menoleh ke arah Lita sembari mengunyah keripik singkong nya, melihat Lita yang masih setia berdiri dipijakan nya

"Brojol? Mami gue belum punya suami baru, masih setia sama mendiang Papi"

"Hhhh.." Renata menghela nafas "katanya lo cuma punya abang, kok tiba-tiba udah ada adik, anak baru dipungut kah??"

KINATA | nishimura rikiWhere stories live. Discover now