Thanku, Al (25)

3.8K 548 105
                                    

     Aldebaran memasukkan ponselnya ke dalam saku tanpa berniat membalas pesan Andin. Bukannya Andin bilang ia hanya sampai sore? Kenapa sampai semalam ini?

"Kenapa kamu bikin aku khawatir sih ndin."

Sementara itu di tempat lain...

     Andin sesekali tertawa kecil mendengar candaan teman-temannya termasuk Adrian --teman barunya. Ia sudah memesan taxi online, mungkin 15 menit lagi sampai. Badannya sudah sangat lelah karna seharian melakukan pemotretan. Ia mengusap perutnya, tersenyum mengingat bahwa ia sedang mengandung buah cintanya dengan Aldebaran.

"Ndin, gue mau beli sate di depan, lo mau sekalian ?"

"Makasih cha, tapi gue lagi ngga pengen makan sate." Tolak Andin halus.

"Oke, gue ke depan dulu ya."

     Tersisa Andin dan Adrian, mereka saling bertukar cerita dengan pengalaman masing-masing selama menjadi model.

"Terus abis itu di marahin dong ?"

"Engga juga, 'orang ganteng mah bebas' gitu kata mereka." Jawab Adrian membuat Andin tertawa.

"Ndin.." Suara itu.

     Andin menoleh dan mendapati suaminya sudah ada di belakangnya. Ia begitu senang menyambut kedatangan Aldebaran ia bangkit dan..

"Aaww!" Ringisnya saat lengannya tidak sengaja menabrak siku meja.

"Pelan-pelan ndin, nanti kalau jatuh gimana ?" Aldebaran berusaha menahan emosinya, sebenarnya ia sedikit tidak suka melihat Andin tertawa dengan pria lain, apalagi melihat cara pria itu menatap istrinya. Sebagai sesama pria, ia bisa merasakan bahwa pria itu tertarik pada istrinya.

"Mas.." Andin menghampiri Aldebaran. Adrian mengerutkan keningnya, siapa dia?

"Oh iya, kenalin mas ini Adrian, tadi aku pemotretan sama dia, dan Adrian ini Mas Al, suami aku." Adrian tersenyum dan mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Aldebaran.

"Sudah malam, saya permisi." Ucap Aldebaran. Andin menatap suaminya bingung, kenapa Al begitu dingin pada Adrian.

"Duluan ya," pamit Andin, Adrian mengangguk.

*****

"Maaf mas aku ngga sempat ngabarin kamu, tadi hp ku lowbate."

     Aldebaran terdiam, ia sedang mengontrol emosinya, ia tidak mau meluapkannya pada Andin. Ia harus bisa tahan.

"Mas ?" Cicit Andin pelan, ia sadar betul raut wajah suaminya sangat berbeda.

"Iya ngga papa," Jawabnya masih berusaha menatap fokus pada jalanan.

"Yang tadi itu teman lama kamu ?"

"Yang mana ?"

"Yang kamu ketawa bareng sama dia," Andin melirik Al sekilas

"Oh dia, aku baru kenal tadi mas." Jawab Andin hati-hati.

"Orangnya supel ya ?"

"Iya mas jadi gampang nyambung gitu kalau ngobrol." Ucap Andin semangat.  Hal itu membuat Aldebaran kali ini diam, ia tidak bertanya lagi.

     Andin merutuki dirinya yang keceplosan barusan, bisa-bisanya ia menjawab dengan semangat perihal Adrian.

     Keduanya sampai di rumah, Andin langsung membersihkan diri sementara Aldebaran membuka laptopnya. Selesai mandi Andin menghampiri Aldebaran yang terlihat serius dengan laptopnya. Ia menyandarkan kepalanya pada bahu Aldebaran.

    Aldebaran bergeming, Andin tidak menyerah. Ia mengusap punggung suaminya lembut, tangan lainnya menyelusup ke perut suaminya memeluknya dari samping.

"Mas.." bisik Andin

"Hmmm.."

"Lagi ngerjain apa sih sampai aku di cuekin," Aldebaran menoleh, ia merangkul Andin, memeluknya lalu mengecup pelipis Andin beberapa kali.

"Aku ngga tau harus bersikap gimana.. saat kamu pulang telat ngga sesuai apa yang kamu ucapin, aku berusaha ngerti mungkin ada kendala atau apa, saat aku jemput kamu ternyata kamu lagi ketawa happy sama teman priamu.."

"Itu aku beneran baru selesai, dan baru ngobrol sebentar."

"Baru sebentar ya ?" Aldebaran melepas pelukannya perlahan, ia merebahkan tubuhnya kemudian terpejam.

"Kamu marah mas ?"

"Engga."

"Bohong!" Andin meremas pelan lengan Aldebaran.

"Aku kan udah lama ngga kumpul sama teman-teman aku mas, wajar kan aku ngobrol sampai ketawa gitu.. emang salah ya ?"

"Tidur.." Andin menyerah, ia membiarkan suaminya terlelap. Ia kecewa mengapa suaminya seolah tidak percaya padanya.

*****

     Aldebaran terbangun lebih dulu dari Andin. Andin tidur menghadapnya sementara ia terlentang tidak mendekap Andin seperti biasanya.

"Mas cinta kamu."

Cup!

     Andin sedikit menggeliat saat Aldebaran mendaratkan kecupannya. Namun ia tidak terjaga, mungkin ia begitu lelah kemarin hingga tidurnya sangat nyenyak.

     Setelah hampir 30 menit Aldebaran  akhirnya selesai mandi, ia bersiap ke kantor hari ini. Kemana Andin? Bukannya tadi ia belum bangun. Ia memutuskan untuk turun, ia yakin Andin pasti sedang di dapur, menyiapkan sarapan untuknya seperti biasa.

"Aku kesel ma,"

"Aku bete karna mas Al cuekin aku, dia tuh cuma salah paham."

"Udah, aku udah jelasin tapi jawabnya dingin."

"Tadi pagi aja dia bangun duluan ga bangunin aku."

"Rendy dulu ngga kaya gini, dia selalu ngertiin aku, dia ngga pernah salah paham sana teman laki-laki aku, dia bebasin aku buat berteman sama siapa aja, ngga membatasi aku dalam berkarir juga."

"Iya aku tau dulu itu kita belum nikah, tapikan setidaknya aku tau sifat dia yang sangat pengertian ma.."

"Iyaa ma, Andin tau.."

"Waalaikumsalam." Andin menutup telfonnya, mama Rossa malah membela Aldebaran. Katanya wajar Al begitu.

"Aku memang bukan pak Rendy ndin." Suara itu membuat jantung Andin berhenti seketika.

"Aku minta maaf untuk kejadian semalam,"

"Mas, aku ngga bermaksud bandingin kamu sama Rendy." Andin menatap Aldebaran dengan harap-harap cemas.

"Aku minta maaf untuk ketidaksempurnaanku selama jadi suami kamu."

     Andin menggeleng, satu titik bening lolos begitu saja.

"Jangan nangis,"

"Aku berangkat dulu ya," Aldebaran mengusap bahu Andin lembut membuat air mata istrinya itu semakin deras.

"Daddy berangkat dulu ya nak, jaga mommy." Aldebaran mengelus perut Andin sebentar. Andin menumpukkan tangannya di atas tangan suaminya itu.

     Dadanya terasa begitu sesak, kali ini ia bertindak bodoh lagi, bisa-bisanya ia berkata seperti itu pada mamanya sampai terdengar oleh Aldebaran. Ia tidak bisa melihat Aldebaran tersenyum begitu manis padanya setelah luka yang barusaja ia berikan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam.." Selepas kepergian Aldebaran, tubuh Andin meluruh di lantai, lututnya lemas.

To be continue...

Kalian gercep² banget, makasih ya yang udah setia sama cerita ini❤️
Ngga mau bikin target lagi ah, jadi berasa punya hutang hihi
Jangan lupa selalu vote dan komen sesuai cerita

    

Thanku, Al [ ON GOING ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora