Thanku Al - 3

6.2K 363 34
                                    

Seminggu hidup bersama sebagai suami istri tidak begitu buruk bagi Al, baginya ini sebuah tantangan hidup baru yang cukup menyenangkan.

Seperti saat ini, Al baru saja selesai mandi sementara Andin sudah siap dengan blouse warna hitam dan juga celana panjang hitam, mau kemana ia sepagi ini ?

"Bisa antar saya ?"

"Kemana ?"

"Nanti saya kasih tau,"

Mereka pun memasuki mobil, Al sudah seperti supir saja dimana Andin lebih memilih duduk di belakang daripada di samping suaminya.

"Boleh saya panggil kamu dengan nama saja ?" Tanya Al hati-hati. Terlihat dari kaca Andin hanya mengangguk setuju tanpa menjawab apapun.

"Jadi kita mau kemana ?" Tanya Al lagi.

"Makam Rendy." Jawab Andin cepat.

Sampailah mereka di makam Rendy, Andin langsung meluruhkan diri di pusara orang yang sangat ia cintai setelah orang tuanya, air matanya jatuh tak beraturan.

Al melihat betapa besarnya cinta Andin untuk Rendy, apa mungkin ia bisa menggantikan posisi Rendy di hati Andin? Istrinya.

Entah sejak kapan, yang pasti ada sedikit rasa kurang suka saat Andin masih saja menangisi Rendy dan tidak menganggapnya sebagai suami.

Andin tidak pernah sedikitpun menganggapnya ada, tidak pernah menyiapkan apapun keperluannya dari pakaian sampai makanan.

"Aku cinta kamu selamanya," Andin memeluk nisan Rendy tanpa memperdulikan bajunya yang kotor terkena tanah.

"Kita pulang yuk," Ajak Al.

"Kamu sendiri aja, saya masih mau di sini."

Al memutuskan untuk menunggu Andin di mobil. Tidak mungkin ia meninggalkan istrinya sendirian di sini.

"Aku mau ikut kamu aja Ren!"

"Aku mau mati aja!" Racau Andin tak karuan.

"Aku ngga mau nikah sama Al, aku ngga cinta sama dia!" Sangat jelas di telinga Al semua yang keluar dari mulut Andin, ia tau dan harusnya biasa saja saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut istrinya, tapi entah mengapa kali ini rasanya sudah berbeda.

Al memejamkan matanya, menyandarkan badannya di pintu mobil, berharap ia bisa melewati semuanya dengan baik.

Sudah satu jam tapi Andin belum juga kembali, ia masih setia memeluk nisan itu. Akhirnya Al menghampirinya lagi.

"Pulang yuk, kasian Pak Rendy di tangisin terus, biarkan dia tenang di sana kalau memang kamu sayang sama dia." Ucap Al tersenyum berharap Andin akan luluh.

Benar saja, wanita itu langsung bangkit dan berjalan menuju mobil.

Seperti biasa, sepanjang perjalanan tidak ada obrolan dari keduanya, sampai akhirnya mereka sampai.

Saat Andin membersihkan tubuhnya, Al sengaja membuat secangkir coklat panas untuk Andin berharap wanita itu bisa sedikit lebih rilex setelah menangis cukup lama.

Suara langkah kaki Andin yang menuruni anak tangga membuat Al segera menghampirinya dan menyodorkan secangkir coklat panas yang sudah ia buat.

"Ini, biar lebih rilex." Ucap Al, tentu saja dengan senyum tulusnya.

"Ngga capek senyum terus ?" Sindir Andin. Al hanya menggeleng masih dengan senyumnya.

"Makasih coklatnya,"

"Sama-sama," lagi-lagi Al tersenyum, kali ini tanpa sadar Andin ikut senyum bersama suaminya.

*****

"Rendy! Rendy jangan tinggalin aku!"

Thanku, Al [ ON GOING ]Where stories live. Discover now