Part 17

1.9K 87 3
                                    

Part 17

Rehan menoleh ke arah halaman rumah Sinta, saat ada mobil yang baru masuk di sana. Rehan yang tidak tahu siapa pemiliknya, tentu saja merasa penasaran, ia bahkan menunggu seseorang itu turun dari mobilnya. Namun apa yang Rehan lihat di beberapa detik berikutnya, adalah hal yang tidak pernah ia duga.

Jonathan, koleganya yang bekerja sama dengan perusahaannya itu baru saja turun dari mobil yang terparkir di halaman rumah Sinta. Melihat semua itu, tentu saja Rehan mulai paham dengan situasinya. Sepertinya Sinta tidak datang menemuinya karena wanita itu sedang menghubungi Jonathan, yang dia akui sebagai calon suaminya.

Rehan bersyukur Jonathan datang, dengan begitu ia akan segera tahu hubungan seperti apa yang sebenarnya sedang Sinta dan Jonathan jalani sekarang. Apa kedatangannya untuk meminta maaf dan memperjuangkan Sinta sudah benar-benar pupus karena lelaki itu. Kalau memang iya, apa sebaiknya ia harus menyerah.

"Selamat pagi, Pak." Jonathan menyunggingkan senyumnya sembari menyapa ke arah Rehan yang tampak tidak menyukai kehadirannya.

"Jo, kamu sudah datang?" Tiba-tiba Sinta berada di belakang Rehan lalu berjalan melewatinya dan langsung memeluk Jonathan begitu saja.

"Terima kasih sudah datang cepat," bisiknya lirih lalu melepas pelukannya sembari tersenyum bahagia. Sedangkan Jonathan yang sempat terkejut dengan pelukan Sinta, tentu saja berusaha mengimbanginya dengan senyum yang sama.

"Iya, Sayang." Jonathan mengusap rambut Sinta dengan kelembutan, lalu menatap Rehan yang tampak marah melihat Sinta memeluknya dan bahkan dibelai rambutnya.

"Apa kalian benar-benar pasangan?" tanya Rehan geram, ia hanya tidak bisa percaya dengan kedekatan mereka yang kurang masuk akal.

"Tentu saja, Pak. Kami bahkan akan menikah secepatnya, iya kan, Sayang?" Jonathan kembali tersenyum ke arah Sinta yang mengangguk mengiyakan.

"Saya enggak percaya, Anda pasti bohong kan? Mana mungkin kalian bisa dekat secepat ini?"

"Sebenarnya kami kenal sudah lama, tapi saat itu saya tidak berani mendekati Sinta karena saya tahu dia sudah menikah. Tidak lama, saya mendengar kabar kalau kalian sudah bercerai, lalu apa lagi yang harus saya tunggu? Saya menemui Sinta dan menyatakan perasaan saya, kami menjalani hubungan ini begitu saja, apa ada yang salah?"

"Lalu kenapa di acara pernikahan saya, kalian datang terpisah? Anda lebih dulu datang, sedangkan Sinta malah baru datang setengah jam berikutnya." Rehan memicingkan matanya seolah tak akan membiarkan mereka berpura-pura di hadapannya, dan hal itu berhasil karena ternyata sekarang Jonathan terdiam, berbeda dengan Sinta yang gelisah tak tenang.

"Karena itu lah hari di mana saya tahu kalau ternyata Sinta sudah bercerai, saya tidak suka menyia-nyiakan kesempatan, saya mendekati Sinta setelah pernikahan Anda."

"Apa? Itu artinya kalian dekat dan memutuskan menikah hanya dalam waktu beberapa hari?"

"Iya, memangnya kenapa?" Jonathan menjawab tenang, yang tentu saja tidak bisa Rehan terima begitu saja. Kini tatapannya jatuh pada Sinta yang berusaha terlihat tenang, walau sebenarnya hati dan jantungnya dibuat tak karuan dengan perdebatan yang Jonathan dan Rehan lakukan.

"Sinta, apa kamu benar-benar serius menerima lelaki yang baru dekat denganmu? Dia bisa saja cuma memanfaatkan perasaan kamu, seharusnya kamu jangan mudah menerimanya!" Rehan berujar serius ke arah Sinta yang sempat menghindari tatapannya.

"Aku serius, Re. Menurutku Jonathan adalah lelaki baik yang bisa menerima kekuranganku, dia enggak memojokkanku meskipun dia tahu aku enggak mau punya anak. Kamu melihatnya sendiri kan, bagaimana dia membelaku di hadapan Mamamu? Berbeda dengan kamu yang cuma bisa diam melihat aku direndahkan." Sinta menjawab lugas, ia ingin memperjelas alasannya kenapa tidak mau kembali dengan Rehan.

Second mate (TAMAT)Where stories live. Discover now