SUDAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT PROSPEC MEDIA
Bagi Amarante Orva, Paris adalah segalanya. Tempat ia lahir, tumbuh, berkembang, melewati beberapa fase bersama keluarganya, hingga mandiri serta sukses menjadi editor sekelas penerbitan mayor Encre Roir...
Sampai kapan kau akan berdiam diri diperlakukan semena-mena seperti itu, Amarante?
—Asthon Vincent _____________________________________________
Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Avenue parc Jean Moulin, Montreuil sore ini tampak sepi. Salju menutupi sepanjang rumput hijau bukit dan jalanan di sana dengan pernak-pernik natal di berbagai sudut. Dari lembah yang tidak terlalu curam, Amarante bisa melihat rumah lantai dua bergaya futuristik. Khususnya bagian dinding lantai atas yang berbahan kaca berbingkai besi bercat cokelat yang lebih menjorok daripada lantai satu.
Banyak orang yang tampak seperti titik-titik kecil sedang berlalu lalang untuk menyiapkan acara pertunangan Manette setelah tahun baru. Itu berarti kurang seminggu lagi. Ibu dan kakak Amarante pasti ingin semuanya serbasempurna sehingga sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari.
Sedikit demi sedikit napas gadis itu kian memberat sejalan dengan langkahnya yang semakin mendekati rumah orang tuanya. Tiba di halaman, Amarante disambut dua truk kontainer berukuran sedang dengan orang-orang yang sibuk memindah-mindah boks.
Ia pun refleks merapatkan mantel dan meneruskan langkahnya. Melihat beberapa orang sedang menghias pohon-pohon gundul tersebut sedemikian rupa hingga menjadi bagus. Ada juga yang menanam bunga-bunga mawar yang bisa hidup dan tumbuh di musim dingin ini. Pintu rumah ibunya juga terbuka lebar supaya petugas-petugas yang berperan untuk mempercantik rumah tersebut bisa leluasa keluar-masuk.
Satu tarikan napas mengiringi Amarante melesak. Ia juga melihat orang-orang sibuk menata perabotan. Tampaknya, semuanya diganti baru. Lalu ia menggerakkan kaki lebih dalam dan mendapati ibunya sedang berkacak pinggang sambil memerintah salah satu pekerja untuk merapikan ruang keluarga.
“Mére .... Aku datang,” sapa gadis itu yang tanpa tedeng aling-aling langsung menghambur ke pelukan ibunya.
“Oh lá lá! Apa-apaan ini, Amarante? Kau mau membunuhku akibat jantungan dengan kebiasaanmu yang suka memelukku secara tiba-tiba itu?” Wanita paruh baya dengan gelungan rambut yang kian memutih serta dandanan modis mirip Manette itu melepaskan diri dari Amarante lalu mengomel, “Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk? Menyingkir dari sini.” Setelah mengibaskan tangan, ibunya pun kembali fokus memerintah pekerja untuk mengganti peralatan dapur.