Chapter 5

166 33 63
                                    

Selamat datang di chapter 5

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (hobi)

Thanks

Happy reading everyone

Hope you like it

❤️❤️❤️

______________________________________________

Kadang gila bisa diartikan bagus

Contohnya, mungkin saja dia bisa membuatmu tergila-gila

—Margot Lizet
_____________________________________________

Chirilla Blaize baru saja tiba di lantai tiga dan berjalan melewati deretan kubikel sebelum mendapati Amarante meletakkan kepala di meja dengan rambut menjuntai menutupi wajah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chirilla Blaize baru saja tiba di lantai tiga dan berjalan melewati deretan kubikel sebelum mendapati Amarante meletakkan kepala di meja dengan rambut menjuntai menutupi wajah. Ia meletakkan tas di meja kerja kubikelnya sebentar lalu mendekat dan menepuk punggung sahabatnya.

“Ada apa lagi denganmu? Ini masih pagi, Am.”

“Rasanya aku mau tidur saja, Chirilla,” jawab Amarante. Suara gadis itu berdengung, putus asa dan tanpa harapan.

Bagaimana tidak? Damien telah menyuapnya dengan makan malam dan memberinya wejangan, menyanjung-nyanjungnya dengan kalimat ‘betapa besar jasa Amarante karena sudah mau berbaik hati setuju membantu Tyson untuk berdiskusi dengan pihak La Vie Consanance.’

Gadis itu memang menyadari bila Damien menaruh hati padanya sejak lama. Di samping alasan tidak ingin menjalin hubungan dengan rekan sekantor karena keprofesionalan yang dipertaruhkan, justru karena sikap Damien—yang baru Amarante sadari tadi malam—yang terlampau lebih itulah yang membuatnya merasa tidak nyaman.

“Pimpinan divisi kita menyukaimu. Kurasa tidur seharian tanpa bekerja pun, tidak masalah. Dia tidak akan memarahi atau memecatmu,” komentar Chirilla santai, kini sudah duduk di kursi kerjanya usai mengambil cermin untuk mengecek dandanannya.

“Itu menurutmu dan Margot. Tapi kenapa aku merasa justru sebaliknya? Dia sedang menyesatkanku.”

Gerakan Chirilla merapikan gincu warna bibir mengilatnya kontan berhenti. Dengan sebelah alis terangkat, ia menoleh Amarante. “Menjerumuskanmu? Apa dia menyuruhmu ikut aliran sesat?”

“Bukan begitu.”

“Lalu?” tuntut Chirilla yang sudah melanjutkan acara membenahi dandanan.

“Ada apa lagi dengan anak gadis satu ini?” tanya Margot yang baru saja tiba di kubikel lalu meletakkan tas dan memandang kedua sahabatnya.

Rekan-rekan kerja lain yang berdatangan dengan jeda-jeda tertentu sudah menempati kubikel masing-masing. Tidak sedikit juga yang mengobrol dengan rekan yang kubikelnya bersebelahan.

EPOQUE à PARISWhere stories live. Discover now