SUDAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT PROSPEC MEDIA
Bagi Amarante Orva, Paris adalah segalanya. Tempat ia lahir, tumbuh, berkembang, melewati beberapa fase bersama keluarganya, hingga mandiri serta sukses menjadi editor sekelas penerbitan mayor Encre Roir...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
“Kau tahu sebenenarnya kau tidak harus membawanya ke binatu kilat. Tapi itu sungguh membantu. Bagaimanapun, terima kasih banyak, Asthon.” Kau adalah pahalawanku di cuaca yang buruk hari ini, tambah Amarante. Tidak berani mengeluarkannya secara verbal karena rikuh akibat kecobohannya.
“Tidak masalah,” jawab Asthon ringkas dan tetap fokus mengemudikan mobilnya menuju apartemen gadis itu.
Sewaktu sudah memarkir mobil di depan La Vué Consonance dan berniat mengambil payung lipat untuk melindungi diri dari hujan tadi siang, Asthon tidak sengaja melihat mantel putih gading yang bagian pundaknya sedikit basah tengah tergeletak di jok tengah. Rupanya, benda itu lupa dibawa pemiliknya.
Pria itu pun lantaran mengurungkan niat turun dan memilih membagi kabar tersebut lebih dulu pada Amarante. Juga bertanya soal bentuk dan warna mantel yang disukai gadis itu karena berencana membelikan lalu mengantarnya detik itu juga. Supaya Amarante tidak kedinginan—sekaligus modus, walau secara tepat Asthon bisa menebak bentuk penolakan gadis itu. Dengan alasan dalam Encre Roire penghangatnya cukup berfungsi sehingga tidak mungkin kedinginan. Iformasi tambahan, Amarante menyukai mantelnya yang itu lalu berencana mengambilnya kapan-kapan.
Rasa penasaran yang melambung tinggi membuat Asthon bertanya bagaimana cara Amarante pulang serta menyiapkan jawaban atas pertanyaannya sendiri ; seandainya Damien mengantar pulang Amarante, ia akan tetap menggunakan alibi mantel untuk merusak acara mereka.
Rupanya sangkaan Asthon meleset. Gadis itu memberitahunya akan pulang naik métro. Hal tersebut justru menambah kadar penasaran dan keheranan Asthon, sehingga memancing pikirannya untuk bertanya, “Apa Monsieur Abelanoadarapat atau semacamnya?”
“Aku tidak tahu. Sebaiknya kau tanya asistennya atau meneleponnya sendiri kalau ada perlu dengannya. Kau punya nomor teleponnya ‘kan?” Amarante bingung dengan perubahan topik yang secara tiba-tiba, tetapi menanggapi dengan baik dan logis.