Chapter 6

138 30 51
                                    

Selamat datang di chapter 6

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (hobi)

Thanks

Happy reading everyone

Hope you like it

❤️❤️❤️

______________________________________________

Cinta selalu bisa menjadi alasan terkuat manusia untuk memaafkan kesalahan orang lain

—Tyson Veronique
______________________________________________

—Tyson Veronique______________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia begitu cantik. Asthon Vincent bisa saja menghabisakan berjam-jam lamanya untuk memandangi Amarante. Memanjakan kedua manik hijau cemerlangnya dengan wajah tirus memesona, suara tegas feminin khas yang terkadang manja—seolah kemerduan itu membelai daun telinganya. Serta bulu mata lentik yang membingkai sepasang manik secerah langit.

Tidak berkedip, kedua netra Asthon masih menyita perhatian pada cara gadis itu menggerakkan kepala pelan supaya rambut keriwil-keriwil koral tersebut jatuh ke punggung. Juga tak pernah bosan dengan senyum yang melekuk di bibir penuh Amarante meski bukan ditujukan untuk dirinya. Bahkan ia menyukai cara gadis itu sesekali menggigit bibir bawah sebelum memulai obrolan.

Ada sesuatu dalam diri gadis itu yang membuat Asthon gemas. Yakni cara Amarante membentengi diri dengan sikap serta tutur kata logis, tetapi berusaha tidak menyinggung perasaannya—walau tadi sempat terjadi. Asthon merasa dirinya jatuh ke jurang sosok Amarante hingga ke dasar. Dan dengan senang hati ingin mendekam di sana, kendati besar kemungkinan bila gadis itu sudah memiliki kekasih.

Ayolah. Semua orang tidak bisa mengendalikan kapan, di mana dengan siapa, dan dalam keadaan seperti apa mereka akan jatuh cinta.

Jadi, jangan heran bila pria itu secara praktis tidak bisa berkonsentrasi pada apa yang diterangkan Amarante. Meskipun kepalanya mengangguk paham, tetapi ia tidak menciptakan kebohongan karena benar yang dikatakannya bila tadi malam ia sudah membaca novel Je Me Souviens sehingga sudah memiliki pendapat sendiri.

“Jadi, bagaimana menurutmu? Secara garis besar, apa kau sudah memiliki gambaran soal soundtrack-nya?” tanya gadis itu antusias. Kemudian memainkan sedotan dalam gelas karton merah berisi cola, sebelum menyesap minuman berkarbonasi tersebut.

Asthon menurunkan pandangan untuk berpikir sejenak, lalu memandang Amarante dan Tyson secara bergantian. “Salah satunya yang paling kunantikan, aku akan mencoba menggabungkan teknik vokal penyanyi seriosa dengan musik rock.”

EPOQUE à PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang