Skaya yang diam sejak tadi segera mengucapkan terima kasih dan duduk di samping brankar kembarannya. Tadi saat ada Verana, dia tidak berani mendekat. Bundanya agak berperilaku aneh, tidak tenang seperti biasa.

“Kak, lo kenapa bisa kecelakaan?” tanyanya penasaran. Kemarin sore tiba-tiba dia dihubungi oleh nomor Skara. Dia kira itu benar-benar kembarannya, namun siapa tahu dia malah mendengar suara asing yang mengatakan pemilik ponsel mengalami kecelakaan bersama seorang wanita.

“Skay, sebenernya gue sembunyiin sesuatu dari lo.” Skara menatap Skaya dengan raut gelisah. “Bunda lagi frustrasi karena Papa masuk penjara. Jadi waktu gue pulang, Bunda ngajak pergi. Tapi rem mobil malah blong dan akhirnya seperti yang lo tau, kecelakaan.”

“Bentar, Papa masuk penjara?” Skaya membelalakkan matanya tak percaya. “Kenapa? Kok gue gak tau? Sejak kapan?”

Skara tersenyum masam. “Udah beberapa minggu yang lalu. Papa kena kasus pelecehan anak di bawah umur. Gue udah usahain biar Papa keluar, tapi pengacara anak itu malah lebih kuat.”

Gadis itu terdiam. Sepertinya dia pernah mendengar masalah ini beberapa hari yang lalu. Tapi di mana? “Jadi berapa tahun buat Papa bebas?”

“Gue gak denger,” balas laki-laki itu. Melihat penampilan kasual adiknya, alisnya terangkat. “Lo gak ke sekolah?”

“Gue izin. Kak, lo udah terlalu banyak minta izin di sekolah. Pagi tadi gue minta izin buat lo, wali kelas lo malah ngomelin gue.” Skaya mencebikkan bibir.

Skara terkekeh. Memikirkan sesuatu, dia menadahkan tangannya. “Ponsel gue di lo? Minta.”

“Buat apa?”

“Chat temen sekamar gue.”

Memikirkannya sejenak, akhirnya Skaya mengangguk dan memberikan ponsel laki-laki itu. Dalam diam menatap kakaknya, dia merasa Skara tidak tertekan sama sekali atas masalah yang terjadi dalam keluarga mereka. Atau apa mungkin cuma perasaannya saja?

Pintu bangsal terketuk sejenak sebelum terbuka. Sagara masuk, melihat sepasang kembaran tersebut sebelum melangkah mendekat.

“Big Bos, lo udah bantu gue ambilin baju Kakak?” tanya Skaya langsung.

“Hem.” Sembari mengulurkan tas kepada gadis itu, Sagara mengerutkan kening menatap Skara. “Skara.”

Mendengar namanya dipanggil, Skara mendongak dengan raut polos. “Hah?”

“Lo gak inget Nenek lo di rumah?” Terlihat Skara tertegun. Sebelum dia membuka mulut untuk membalas, Sagara kembali berbicara. “Nenek lo pingsan sejak malam tadi di kursi roda. Gue udah bawa ke rumah sakit ini, tapi Nenek lo ternyata terkena stroke?”

“Nenek stroke?” Mata Skaya kembali membola. Hari ini dia telah menerima kabar buruk berurutan secara tak terduga.

Skara sontak mengusap kepalanya. “Bener, karena kecelakaan gue lupa Nenek. Nenek baik-baik aja kan?”

“Mungkin.”

“Makasih,” ujar Skara sungguh-sungguh.

Sagara tidak menjawab. Menatap Skaya yang melamun, dia memegang wajahnya yang masih memerah. “Muka lo kenapa? Kayak bekas tangan.”

“Oh, tadi gue gak sengaja nimpuk muka sendiri,” alibi Skaya lalu memaksa senyuman ketika ditatap lekat oleh laki-laki itu.

Sagara berdecak lalu mengelus pipinya. Sembari berbicara dengan Skaya, matanya mau tak mau kembali melirik Skara. Laki-laki itu sedang duduk menatap kosong ke depan dengan senyuman kecil.

Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang tidak beres dari perilaku Skara.

***

“TIDAK! JANGAN PEGANG SAYA!” pekikan itu menggema di bangsal tersebut. “JANGAN JAUHKAN SAYA DARI ANAK SAYA!”

“Ibu, tenang. Kami hanya ingin membawa Ibu ke tempat yang lebih baik,” ujar salah satu petugas lembut.

Verana menggeleng-geleng. “KALIAN PENIPU! SAYA TIDAK GILA, KENAPA KALIAN INGIN MENANGKAP SAYA?”

“Kami tidak menangkap Ibu. Tolong tenang.”

“KAMU KIRA SAYA BODOH, HAH?! SAYA TAU KALIAN PETUGAS RUMAH SAKIT JIWA. SAYA MASIH SEHAT DAN NORMAL! JADI SILAKAN PERGI!” raung wanita itu sembari melempar barang-barang di atas nakas.

Para petugas saling menatap lalu salah satu maju dan tanpa disadari Verana, segera menyuntikkan obat penenang. Ketika wanita itu tak sadarkan diri, mereka bergegas membawanya keluar dari bangsal.

Mata Skaya memerah melihat semua itu. Dia sejak tadi berdiri di koridor, mengintip dari jendela kemudian melirik kembarannya yang duduk di kursi roda. “Kak, gue rasa Bunda emang baik-baik aja.”

“Bunda gak baik. Lo gak liat Bunda gak kekontrol gitu. Dan waktu kecelakaan itu, gue rasa emang Bunda sengaja.”

Skaya mengulum bibirnya rapat. Dia tidak bisa terus membantah. Sejak kemarin Verana bersikukuh datang ke bangsal Skara sambil menangis dan memeluknya terus menerus. Jika seseorang mendekatinya, dia akan mengambil sikap defensif. Tidak kuat menghadapi Verana terus menerus, Skara mengundang psikolog untuk mendiagnosis keanehan Verana lalu dapat diketahui bahwa wanita itu menjadi gila karena beban pikirannya.

Skara menepuk tangan Skaya.  “Sebelumnya, Bunda juga udah persiapin Nenek masuk ke panti jompo.”

“Apa?!”

“Awalnya gue mau batalin setelah Bunda jadi gini. Tapi lo tau sendiri, gue sekarang cacat. Gue sama lo juga harus sekolah. Siapa yang bakal rawat Nenek?” tanya Skara masuk akal.

“Kan bisa sewa pe—”

“Gak. Gue gak percaya sama pengasuh. Kita gak bisa pulang buat periksa Nenek. Gimana kalo terjadi apa-apa?”

Argumen Skara membuat Skaya menelan kembali sarannya. Semua yang dikatakan kakaknya nampaknya benar.

Skaya mendorong kursi roda Skara melewati koridor demi koridor. Mengembuskan napas lelah, gadis itu menggumam, “Sekarang cuma ada kita berdua, Kak.”

Mata Skara tiba-tiba berbinar. Hanya ada mereka berdua. Kalimat itu membuatnya seketika merasa senang. Menjebak Verana memasuki rumah sakit jiwa dan Nenek Naya ke panti jompo tampaknya merupakan keputusan yang benar. Selama kembarannya bisa bahagia tanpa tekanan mereka, Skara tidak segan melakukan apa pun untuknya.

TBC

August 17, 2021.

Dirgahayu ke-76 Indonesiaku! 🇲🇨🎉

Updatenya malem-malem biar asik. Ah ya, grup Skaya lagi open member loh. Caranya follow IG : skayaandthebigboss terus lihat rules selanjutnya di sana.

Gimana kalo kita buat lomba 17-san. Kalo keseluruhan vote cerita Skaya & The Big Boss tembus 1M, aku bakal bikin sequel cerita ini. Tema yang sama, rasa yang berbeda. Fyi, aku bukan tipe orang yang suka bikin sequel sih :)

Jadi tolong para siders puluhan ribu di setiap part, berbaik hatilah kembali ke part 1 untuk vote hingga part ini :)

Jarimu gak akan secapek jariku yang mengetik setiap part.

10K votes + 10K komen untuk next part!

Skaya & the Big Boss ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora