11.Awal Pertemuan

18 13 3
                                    

Di hari sabtu malam yang terang, disinari bulan yang sedang menampakkan dirinya dan ditemani oleh beberapa bintang kawannya setiap malam.

Malam minggu yang menyesakkan, bagi Ayana.

Di malam minggu ini Ayana sedang diluar rumah, lebih tepatnya di cafe sendiri menunggu kedatangan seseorang.

Menyesakkan memang jika dicafe serame ini, kalian datang sendirian, dimalam minggu yang mayoritas di ramekan dengan sepasang kekasih yang sedang bermadu kasih.

Itu yang dirasakan Ayana, ia hanya sendirian menunggu seseorang yang entah datang atau tidak, seseorang ini kadang memang susah untuk diajak bertemu karna kesibukannya menjadi anak buah ayah Ayana.

Tapi ia yakin dia pasti datang, secuek-cueknya laki-laki pasti tak akan tega membiarkan anak majikannya ini menunggu dikeramaian kota Bandung, sendiri dan dimalam yang ramai akan manusia.

Ayana pun tak henti-hentinya melihat layar handphonenya beberapa kali, hanya sekedar mengecek balasan atau jam yang tertera di handphonenya.

"Mana ya? dia datang gak ya? apa dia lagi kerja? tapi masa belum beres sih, tugas dia kan cuman siang hari doang," Tanya Ayana pada dirinya sendiri, sembari melirik handphonenya.

Ayana terus saja bergumam sendiri, ia melihat jam yang tertera handphonenya untuk terakhir kalinya, yang menunjukkan pukul 09:25.

Ia benar-benar bete menunggunya sendirian, ia tak tau harus tetap menunggu atau memutuskan untuk pulang saja.

Namun ternyata seseorang yang Ayana tunggu akhirnya datang juga, seketika bete Ayana hilang begitu saja,malah sebaliknya Ayana merasa senang orang yang ditunggunya ini datang.

Tapi Ayana akan tetap memasang wajah betenya ini, agar orang yang ditunggu nya ini merasa bersalah.

Menurut Ayana dia adalah penjaga sekaligus pahlawannya Ayana, dia adalah salah satu anak buah ayah Ayana yang bernama Marshell Goerge Williams.

Laki-laki dengan postur tubuh tinggi, dengan ciri khasnya rambutnya yang berantakan,kulit yang hitam tapi tak merubah kesan manis diwajahnya yang terlihat garang dan kejam karna jarang sekali ia tersenyum.

Dia adalah anak buah ayah Ayana yang juga Ayana anggap sebagai teman dekatnya, yang tinggal jauh diBogor katanya, namun nyatanya Ayana tak tau apa-apa tentang Marshell, lelaki ini selalu berada didekatnya, bahkan disamping Ayana setiap saat.

Ayana tak peduli asal yang sebenarnya tentang anak buah ayahnya ini, mau jauh atau dekat sekalipun, Ayana tak begitu mempermasalahkan itu.

Hanya saja yang Ayana lihat dari sosok Marshell, anak buah juga teman dekatnya ini adalah dia yang selalu ada datang tepat waktu saat Ayana sedang merasa ketakutan dan dalam bahaya.

Dia yang Ayana pikir diawal adalah laki-laki yang sangat jutek, cuek, dan garang, lelaki yang pertama kali Ayana temui saat Ayana sedang bersepeda mengelilingi kebun teh.

Hari ini terhitung awal pertemuan Ayana dengan Marshell, pertemuan  yang benar-benar hanya berdua dan bebas dari tugas ayah Ayana.

"Kenapa?" Tanya Marshell singkat,tak ada basa-basi.

"Hah...enggak kok, aku cuman pengen ketemu aja sama kamu," Jawab Ayana to the point juga.

"Oh," Jawab Marshell singkat sembari membenarkan rambutnya yang berantakan karena memakai helm, tapi tetap saja rambutnya berantakan, tak berubah sama sekali.

Ayana pun mempersilahkan Marshell untuk duduk terlebih dahulu, karena rencananya Ayana akan mengungkapkan perasaan yang selama ini Ayana pendam.

Usia Ayana dan Marshell memang sedikit jauh, Marshell lebih tua 2 tahun dari Ayana, yang dimana Ayana berusia 16 tahun dan Marshell  18 tahun.

Tak apa jika pada akhirnya Marshell atau siapapun menganggapnya murahan, tapi setidaknya dia sudah jujur dengan perasaannya selama ini

Semua perhatian yang Marshell berikan kepada Ayana, Ayana anggap itu semua adalah cara Marshell untuk melindungi Ayana, yang dimana Ayana merasakan perhatian tersebut bukan hanya perhatian seorang anak buah kepada anak majikannya, tapi lebih dari itu pikir Ayana.

"Emm..aku pengen ngomong sama kamu, serius."

"Ngomong aja," Jawab Marshell datar dan masih singkat.

"Eumm..aku suka sama kamu, aku pengen hubungan kita ini nggak hanya sekedar anak buah ayah sama anak majikannya atau apapun itu."

"Walaupun aku tau, semua yang kamu lakuin itu tak terlepas dari tugas kamu untuk ayah, tapi karena itu juga aku tiba-tiba memiliki perasaan seperti ini," Jelas Ayana lantang.

Marshell hanya diam mendengarkan pernyataan Ayana, ia memahami perasaan Ayana saat ini, hanya saja berat untuknya mengungkapkan perasaanya kepada Ayana.

Marshell rasa ini bukan waktu yang tepat untuk dirinya menjawab perasaan Ayana, Marshell pun sebenarnya memang ada rasa juga pada Ayana, tapi hanya sedikit, dan ia pikir perasaannya ini hanya sebuah rasa untuk menghargai kebaikan keluarga Ayana padanya.

Suasana diantara Ayana dan Marshell tiba-tiba hening, yang dimana ditempat Ayana dan Marshell berada ini semua rame dan dipenuhi beberapa pengunjung caffe beragam.

Tapi berbeda dengan mereka berdua, terutama Ayana, ditempat rame itu Ayana merasa lingkungan disekitarnya tiba-tiba hening seakan tidak ada siapapun disekitarnya.

Ayana jadi menyesal mengungkapkan perasaannya tadi, Ayana jadi serba salah dengan suasana yang sedang terjadi.

Suasana jadi canggung, dari keduanya tak ada yang berbicara lagi, begitu juga dengan Ayana, setelah mengungkapkan perasaanya Ayana hanya diam memikirkan semua perkataannya.

Marshell pun segera mengambil helmetnya yang tersimpan dan segera mengenakannya, sebelumnya Marshell melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 10:50.

"Malem, ayo pulang," Jawab Marshell sembari memasang kan helmet pada Ayana lembut dan pelan.

                                  ***

Bulan yang menyala terang tiba-tiba menghilang tertutup awan hitam dilangit, menyusul juga bintang-bintang yang satu persatu hilang juga mengikuti jejak bulan dilangit.

Malam yang indah dan terang itu menghilang, langit menghitam yang disusul dengan bunyi gluduk yang keras, diikuti dengan air yang tiba-tiba turun lebat dari lagit yang hitam.

Dan dengan terpaksa mereka pun menepi di halte bus terdekat, di halte itu hanya ada tiga pasang kekasih yang sama-sama sedang menepi menunggu hujan reda.

Ayana duduk dan Ayana melihat disisi kirinya, seorang pria berdiri yang merupakan salah satu dari 3 pasangan itu memeluk pasangannya mesra, memasukkan tubuh kecil pasanganya kedalam jaket lelaki itu, menyembunyikan pasangannya agar tidak kedinginan.

Sedangkan Marshell, ia pun melihat salah satu perempuan yang duduk disisi kanan nya, ia melihat perempuan ini mengangkat salah satu tangan pasangannya, dan lalu meniupkan udara hangat dari dalam tubuhnya pada tangan pasangannya, dan mereka melakukan itu berkali-kali bergantian.

Dan secara bersamaan, Ayana maupun Marshell memalingkan kepalanya saling berhadapan satu sama lain, mereka saling memandang,  kedua manik mata mereka bertemu, saling mengungkapkan kekagumannya.

Suara gluduk yang menghentakkan telinga kedua manusia itu, menyadarkan mereka berdua dari lamunan mereka masing-masing.

24 Jam (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang