6.Persiapan Berkemah

58 54 18
                                    

Hari sabtu yang indah nan cerah,burung-burung berkicauan, terbang kesana kemari mencari tempat singgah untuk sekedar menepi atau tinggal.

Ini adalah hal yang Ayana tunggu-tunggu dari serangkaian acara MOS, ia menyukai hal-hal yang berhubungan dengan alam, dimana sekolahnya ini mengadakan kegiatan berkemah.

Hari inilah yang seharusnya Ayana inginkan, namun karna satu hal yang akhirnya membuatnya jadi ragu dan tidak bersemangat. Hari ini adalah hari terberat bagi Ayana, Ayana terus melihat kertas gulungan yang sedang dipegangnya.

Ayana terus membayangkan beberapa kilatan kejadian kemarin, dimana kejadian yang jauh dari ekpetasinya dan doa-doa yang diucapkannya terjadi begitu sangat cepat.

"Siapa sih yang buat surat perintah aneh ini, keterlaluan banget deh! Ini dah melenceng dari sebuah permainan." Kesal Ayana sembari membuang gulungan kertas sembarang.

Ayana pov

Aku mengemasi beberapa keperluan kemping, lalu tiba-tiba aku kembali teringat lagi dengan perintah aneh kemarin.

Aku bingung harus ngomong apa nanti,bgak mungkinkan kalo aku tiba-tiba menyatakan perasaanku pada kak David, sedangkan aku sendiri pun sama sekali gak ada perasaan apapun sama kak David.

Walaupun ini hanya sebuah permainan, tapi menurutku ini semua menyangkut sebuah perasaan seseorang, tidak boleh dipermainkan.

Sebenarnya apa sih yang dipikirkan si penulis surat aneh ini, karna secara gak langsung dia seperti sedang menjodohkanku.

Apa jangan-jangan Thalia yang nulis ini? dia kan sering memuji dan memuja kak David.

Tapi malangnya malah aku yang ambil kertas ini,coba aku tanya deh nanti.

Author pov

Kriing...kriing

Ayana mendengar bunyi tersebut,lekas ia pun melihat ke jendela,ternyata bunyi itu berasal dari sepeda Thalia.

Ayanapun membuka jendela kamarnya, berteriak memberitahukan Thalia yang tak jauh berada dibawah lantai rooftof kamarnya.

"Thaliaa...masuk dulu siniii! aku lagi nyiapin barang-barang aku dulu," Sahut Ayana lewat jendela kamarnya.

Thalia hanya menjawab "oke" Saja,Thalia pun langsung menstandarkan sepeda ontelnya dihalaman rumah Ayana dan langsung masuk kedalam rumah Ayana.

Dihalaman rumah Ayana selalu ramai setiap paginya, karena aktivitas para pembantu keluarganya dan lagipula pintu utama selalu terbuka, jadi Thalia tinggal masuk saja ,toh bunda Ayana pun sudah kenal dengan thalia sebelumnya.

Karna memang Thalia adalah tetangga baru Ayana di komplek perumahannya saat ini, rumah nya agak jauh lagi dari rumah gede Ayana

Saat akan masuk kedalam rumah,Thalia melihat Ratih atau bunda Ayana sedang berjalan kehadapannya,Thalia pun langsung menyapa dan memberi hormat kepadanya.

"Assalamualaikum tante, tante gimana sehat?...Ayana nya teh ada dikamarnya kan?...tadi teh Thalia udah ngomong sama Ayana, terus katanya teh suruh langsung masuk aja...tapi aku teh gak tau kamarnya Ayana teh yang mana tante...mau tanya ini mah...dimana kamarnya ya?" Sapa Thalia sopan.

"Waalaikumsalam,ehh Thalia...sehat lah, sehat sekali malahan, ibu kamu gimana sehat juga kan?" Tanya bunda Ayana.
"Oh kamarnya Ayana tuh ada di sebelah kanan dari tangga...kamu tinggal naik tangga terus belok kanan,nah itu kamarnya Ayana, kamu langsung ketuk aja atau panggil aja Ayana nya yah...tante lagi bikin bekal dulu buat Ayana di dapur."lanjut bunda Ayana.

"Ooh si ibu mah ya gitu we tante...kadang sehat kalo dikasih jatah lebih sama si bapa, malahan mah lebih sehat kayanya mah, kadang juga rada sakit karna suka rudet mikirin cicilan arisan...biasa itu mah" Curhat Thalia.

Thalia percaya dengan Ratih, karna menurutnya Ratih itu beda dengan sebagian ibu-ibu tentangga dikompleknya ini, yang sering ngegosip kesana kemari.

Yang Thalia lihat dari Ratih itu adalah penampilannya yang tidak pernah banyak gaya dan selalu terlihat sederhana sekali didepan orang lain, yang dimana kalo dilihat dari isi rumahnya semua sangat mewah,berdeda dengan ibunya dirumah.

"Kalo gitu aku teh kekamarnya Ayana dulu atuh ya tante, makasih udah dikasih tau...jugaaa..udah dengerin curhatnya Thalia tadi." Lanjut Thalia lagi berpamitan dengan sesopan mungkin.

"Iyah...iyah, aduh sama-sama, gapapa santai aja, tante sering kok diajak curhat sama temen-temen Ayana juga waktu smp, kalo gituh tante mau kedapur dulu ya, takut gosong, lagi masak soalnya," Jawab kembali bunda Ayana dan segera pergi dari hadapan Thalia, karna sedang memasak didapur.

Thalia pun hanya bisa menunjukkan deretan gigi nya, ia merasa bersalah karena mendengarkanya curhat Ratih lupa akan kegiatannya.

Tak butuh waktu lama Thalia pun sudah berada didalam kamar Ayana,sebelumnya memang Thalia sudah mengetuk pintu kamar Ayana, hanya saja Ayana tidak mendengarkannya,karenanya Thalia pun tidak bisa sabar lagi lalu ia langsung memasuki kamar Ayana saat itu juga.

Ayana bercerita semua kegundah gelisahanya pada Thalia, tentang perintah dari kertas permainan anehnya kemarin, tapi Thalia tak merespon semua curhatan Ayana sama sekali, dia malah asik menonton salah satu film di laptop Ayana.

"Kamu dari tadi dengerin aku cerita atau enggak sih?" Tanya Ayana.

"Engga...," Jawab Thalia asal dan tak mengalihkan penglihatanya sama sekali pada film yang sedang ditontonya.

"Terus dari tadi aku ngomong sendiri dong!" Kesal Ayana pada Thalia yang tak menghiraukannya.

Ayana pun langsung menutup laptop yang sedang Thalia gunakan, dan langsung menyimpannya pada meja belajarnya.

Namun tiba-tiba Thalia pun merasa kesal sekaligus kaget, Ayana membawa laptopnya.

"Ihh Ayana aku teh belum selesai nontonnya tau, itu lagi episode yang rame-ramenya iih! pinjem lagi lah." Kesal Thalia balik menegur Ayana.

"Nonton aja terus sana!!...aku mau berangkat sekarang, 30 menit lagi jam 10, kita naik sepeda kesekolah,sedangkan jam 10 kita harus udah ada disekolah tau!!...kalo kamu terus nonton aku bakal telat!" Jawab Ayana tak kalah kesal dengan Thalia dan menjawab dengan nada ketus.

Tiba-tiba

Tokkk...tokktokkk...

Ratih masuk kedalam kamar Ayana dan ia melihat Ayana juga Thalia hanya duduk-duduk saja, ia sedikit mendengar sebelumnya saat akan masuk kamar Ayana, pembicaraan  Ayana  yang  ketus pada Thalia.

"Loh kok kalian malah duduk-duduk aja, sebentar lagi jam 10 loh, masih belum siap?" Tanya bunda Ayana.

"Oh iyah...ini bekal kamu Ayana,sekalian bunda buatin juga buat Thalia nih...dimakan ya!" Lanjutnya.Bunda Ayana memberikan satu kantung bekal untuk Ayana dan Thalia.

"Udah siap kok bun...ini kita mau berangkat...bunda ini banyak banget bun, pasti ini berat bawanya, udah lah gak usah, toh disana pasti dikasih makan juga kok." Protes Ayana kepada bundanya.

Ratih memang sangat overprotektif terhadap Ayana, karna ia takut jika Ayana anak satu-satunya meninggalkannya lagi, ia pikir cukup sekali saja ia pernah merasakan kehilangan anaknya karena keteledoran dan kurang akan memperhatikan anaknya.

"Gak Ayana, udah bawa aja, gimana kalo disana kamu gak kebagian makananya?...udah bawa...Thalia,itu udah tante siapin untuk kamu juga ya, kalian makan berdua oke!" Ucap Ratih memaksa Thalia dan Ayana.

"Tolong tegur Ayana kalo gak makan masakannya tante yah Thalia!" Bisik Ratih pada Thalia yang berada di sisinya.

"Pasti pisan atuh itu mah tante." Thalia balas berbisik.

"Kalian ngomongin aku yah?..hem...pake bisik-bisik segala, ngomongin apa?" Tanya Ayana dengan suara ketusnya lagi.

"Adalaahh...ya kan Thalia," Jawab Ratih sembari tersenyum penuh arti pada Thalia, Thalia pun menjawab dengan senyumannya juga.

"Ya udah, bye...Ayana berangkat." Ayana kembali kesal dan bete, namun meskipun begitu Ayana tak lupa memberi salam kepada Ratih,tapi masih dengan nada dan tingkah ketusnya.

Selamat Membaca Next Chapter

24 Jam (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang