Estelle masih mematung di tempatnya. Gadis itu menunduk, bahunya bergetar hebat. Ketika itu juga, Elias, Eleanor, dan Bibi Mary panik.

"Estelle, ada apa?" tanya Elias. Ia tersentak saat tiba-tiba Estelle memeluknya begitu erat, lalu menangis di dadanya. Tak hanya Elias, Bibi Mary dan Eleanor pun sama terkejutnya. Selama ini, Estelle selalu menghindari kontak fisik secara langsung dengan kakak tertuanya itu.

"Nona, ada yang salah?" tanya Bibi Mary. Estelle menggeleng, masih menangis keras. Gadis itu bahkan sampai kesulitan bernapas karena terlalu erat memeluk Elias.

"Estelle, katakan. Ada apa?" Elias menepuk-nepuk punggung Estelle pelan. "Oke, tidak apa-apa menangis dulu."

Setelah tiga menit, Estelle mulai tenang. Gadis itu melepaskan pelukannya pada Elias, lalu langsung melangkah mundur. "Maaf," cicitnya sembari menunduk.

"Tidak masalah. Kenapa kau menangis?" tanya Elias. Estelle mengangkat kepalanya, lalu menatap dekorasi itu. Matanya kembali berkaca-kaca saat melihat namanya berada di sana, tepat di sebelah nama Eleanor.

"Itu benar untukku juga?" tanyanya sembari menunjuk kue yang berhiaskan huruf 'E' di atasnya. Tidak hanya satu, tetapi ada dua di sana. Satu berwarna putih, dan satu lagi berwarna kuning, warna kesukaan Estelle.

"Iya, ini untukmu juga," sahut Eleanor. "Ada apa? Kau tidak menyukainya?"

Bibir Estelle kembali bergetar. Gadis itu menggeleng pelan. "Aku sangat suka," jawab gadis itu. "Terima kasih."

"Lalu kenapa kau menangis?" tanya Elias, masih penasaran. Estelle kembali menundukkan kepalanya, meremas-remas ujung piyama yang dikenakannya.

"Aku hanya terlalu senang," jawab Estelle. "Ini pertama kalinya ada yang memberiku kejutan ulang tahun. Biasanya, hanya Alicia dan Mommy Michelle yang membawakanku sebuah cupcake di tengah malam. Mereka harus sembunyi-sembunyi agar Lucian tidak marah."

"Mereka punya uang sebanyak itu, tetapi kau tidak pernah mendapatkan kejutan ulang tahun?!" Estelle mengangguk.

"Hadiah juga tidak?" Estelle menggeleng.

"Kata Lucian tidak penting. Mungkin karena aku tidak pantas mendapatkannya. Tapi hari ini ... aku ... tidak tahu, aku sangat senang." Estelle mulai kembali menangis. Eleanor pun langsung memeluk Estelle, membiarkan kembarannya menangis.

"Ayo, kita buka hadiahnya," ajak Eleanor. Estelle mengikuti langkah kaki kembarannya itu, mendekati dua kotak kado yang telah disiapkan di samping masing-masing kue. Yang satu bertuliskan 'untuk Eleanor', dan satunya lagi 'untuk Estella'.

Kedua gadis itu mulai membuka hadiah mereka masing-masing. Eleanor bersorak girang saat menemukan sebuah laptop baru. Saat Estelle membuka hadiahnya, gadis itu terkesiap saat mendapatkan hadiah yang sama, sebuah laptop baru.

"Ini untukku?" tanya Estelle.

"Iya, itu untukmu," jawab Elias. "Nanti, akan kuajari kau cara memakainya. Tapi tidak ada media sosial tidak apa-apa, ya? Cukup berisiko."

Estelle mengangguk. Senyum gadis itu mengembang. Ia memeluk laptop-nya dengan sangat hati-hati. Benda itu ... adalah barang elektronik pertamanya. Hadiah ulang tahun pertamanya.

"Ayo berfoto! Tahun ini, kita bisa merayakan ulang tahun berempat!" ajak Eleanor. Elias segera menghampiri kameranya yang sudah terpasang di tripod, lalu menekan timer.

"Setelah ini kembalilah tidur, biar aku yang membersihkan semuanya. Besok pagi, Tuan Muda akan mengajak kalian jalan-jalan."

Eleanor dan Estelle kompak menoleh ke arah Elias. "Benarkah?"

IMPRISONED ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang