IMP | 15

46K 6.1K 889
                                    

Prediksinya sih bakal up besok, tapi karena hari ini ngga up Toxic, jadi up ini ajayah hehe

Enjoy!! ❤️

Estelle menatap pantulan dirinya di cermin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Estelle menatap pantulan dirinya di cermin. Kaus lengan pendek yang tampak kebesaran, celana jeans setengah paha, dan training shoes. Seumur hidupnya, Estelle bahkan tak pernah tahu bahwa benda-benda itu ada.

"Bagaimana? Kau menyukainya?" tanya Eleanor. Estelle mengangguk ragu, membuat Eleanor tertawa.

"Kau akan terbiasa. Ini jauh lebih nyaman daripada dress bermotif bunga atau baju berbahan satin yang biasa kau gunakan. Percaya padaku."

"Iya," jawab Estelle sambil mengangguk lucu. Tak jauh berbeda dengan Estelle, Eleanor pun mengenakan pakaian yang serupa, hanya berbeda warna dan gambar kausnya saja.

Dulu, saat ia masih tinggal bersama Lucian, laki-laki itu selalu memberinya dress berwarna cerah, juga flat shoes dengan pita yang tampak begitu manis. Estelle nyaman-nyaman saja sebenarnya, karena sejak kecil ia sudah terbiasa dengan pakaian seperti itu.

Hari ini, untuk pertama kalinya, Estelle mencoba mengenakan pakaian seperti orang pada umumnya. Kaus, celana panjang, sepatu training. Tak hanya itu, Eleanor juga sudah mempersiapkan pakaian lain seperti sweater, jaket jeans, dan sebagainya.

"Ayo kita datangi Elias dan Bibi Mary. Aku yakin mereka akan terharu. Bibi Mary pasti menangis." Eleanor cekikikan sendiri. Ia menarik tangan Estelle pelan, mengajak gadis itu pergi ke ruangan tempat Elias bekerja.

"Astaga!" Bibi Mary membeku saat melihat anak asuhnya. "Nona-nona ...."

Eleanor tertawa. "Benar, kan?" bisiknya saat melihat mata Bibi Mary mulai berkaca-kaca. Estelle ikut tertawa kecil, meski tangannya tak berhenti meremas-remas ujung kaus yang ia kenakan.

"Ini salah satu impianmu, kan, Bi?" tanya Eleanor. Bibi Mary mengangguk terharu. Sejak dulu, ia ingin sekali melihat Eleanor dan Estelle mengenakan pakaian yang serupa, seperti saudara kembar pada umumnya. Setelah enam belas tahun, akhirnya keinginannya pun terwujud.

"Shit!"

Elias yang baru keluar dari ruangannya, langsung mengumpat begitu melihat kedua adik kembarnya. Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar, berusaha menyembunyikan senyum haru yang mendesak kedua sudut bibirnya untuk terangkat.

"Bagaimana?" Eleanor merangkul Estelle dengan bangga.

"Ini terdengar menjijikkan, tapi ... aku sudah membayangkan hal ini sejak belasan tahun yang lalu," tutur Elias penuh kejujuran. "Kalian masih punya banyak stok baju kembar? Kalau tidak, akan kubelikan lebih banyak."

"Tadinya ada banyak. Tapi karena kau ingin membelikan lagi, maka aku akan bilang sedikit," jawab Eleanor, membuat Elias mendengus. Ia kembali ke dalam ruangannya, lalu keluar dengan membawa tablet hitam untuk diserahkan pada Eleanor dan Estelle.

IMPRISONED ✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now