IMP | 38

52K 7K 3.7K
                                    

Baca pelan-pelan ya! 😡

Enjoy! ❤️

"Mama menyayangimu, Ethan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama menyayangimu, Ethan. Mama menyayangimu, Sheersha."

"Mereka juga menyayangimu, Mama."

Estelle tersentak kaget. Saat ia memutar kursinya, kedua matanya langsung membulat saat melihat Lucian berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan di dalam saku. Netra abu-abu muda milik suaminya itu menatapnya lurus.

Estelle berusaha mengabaikan perutnya yang tiba-tiba menegang dan bangkit. Perasaan Estelle langsung tidak enak saat mendengar langkah kaki Lucian yang menggema.

"Mama, hm?"

Lucian mengangkat tangannya, menyusuri wajah cantik Estelle yang menunduk. Ia mengangkat dagu Estelle, lalu menatap mata Estelle yang berkaca-kaca dengan begitu dalam.

Estelle menggelengkan kepalanya lemah, ia ketakutan. Lucian pasti marah karena dirinya lancang sekali barusan.

"T-tidak, aku ... a-aku tidak bermaksud—"

"Mama juga tidak buruk," potong Lucian. Ia menghapus air mata Estelle, lalu mengecup bibir gadis itu lembut.

"Kalau kau dipanggil Mama, berarti aku akan dipanggil Papa?"

Estelle tidak langsung menjawab. Beberapa saat kemudian, barulah ia mengangguk ragu, lalu menggeleng. "T-tidak, maaf, itu h-hanya omong kosongku saja. A-aku tidak punya hak menentukan."

Lucian menuntun Estelle untuk kembali duduk, lalu berjongkok hingga wajahnya sejajar dengan perut istrinya.

"Ethan, Sheersha. Saat kalian lahir nanti, kalian akan memanggilku Papa, dan Estelle Mama. Paham?"

Estelle merasa ada pergerakan dari anak-anaknya. Lalu, ia kembali merasakan sebuah tendangan yang langsung disusul dengan tendangan lain di sisi kiri perutnya. Ia menggigit bibirnya, berusaha untuk tidak meringis di depan Lucian.

"Mereka menendang lagi?"

"Iya," jawab Estelle.

Lucian kembali memusatkan perhatiannya pada perut Estelle. Ia mengusapnya, lalu menciumnya lembut. Tidak hanya satu kecupan, tetapi dua.

Estelle mencengkram kedua lengan kursi. "L-Lucian."

Lucian mendongak.

"Kau berjanji, kan, akan menyayangi mereka berdua?"

"Hm."

"Dua-duanya?"

Lucian mengangguk.

"Janji?" Estelle menyodorkan jari kelingkingnya.

Lucian berdecak, lalu menepis tangan Estelle pelan.

"Tidak perlu janji seperti itu. Kau bisa melihatnya sendiri nanti."

IMPRISONED ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang