IMP | 12

47K 6.2K 860
                                    

Jangan lupa baca A/N di bawah, ya!

Enjoy! 🥰

"AAARGH!" '

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AAARGH!" '

"M-maafkan kami, Tu— AARGHH!"

"Ampun, Tuan! Ampun!"

"AARGH!"

"Tolong ampuni kami, Tuan..."

"PAANASS! PANAS! AMPUN, TUAN! AMPUN!"

Lucian mengangkat tangannya, membuat anak buahnya menjauhkan besi panas yang ia tempelkan di tubuh para penjaga itu, memasukkannya kembali ke dalam tungku api.

PRANG!

Lucian melempar gelas wine-nya ke dinding bata yang lembab, menimbulkan suara pecahan yang cukup nyaring. Ia melangkah mendekati kelima penjaga yang tubuh bagian atasnya sudah dipenuhi luka melepuh, menghantarkan rasa takut yang semakin menjadi dengan gema langkah sepatunya.

"Aku menggaji kalian bukan untuk membuat Estelle bebas," desis Lucian tepat di hadapan wajah salah seorang penjaga. Lalu, matanya mengedar, menatap keempat penjaga lainnya yang juga dalam kondisi yang sama. Kedua tangan dirantai ke atas, pakaian bagian atas yang telah dilucuti, wajah penuh sayatan, dan tubuh yang melepuh.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN SAAT ITU, HAH?! BODOH!" Lucian menampar penjaga di hadapannya.

"Am-ampuni kami, Tuan. Beri kami kesempatan..."

Lucian berdecih sinis. Ia mengulurkan tangannya ke belakang, meminta sebuah tongkat besi berduri pada anak buahnya, lalu menghantamkannya tepat di kepala kelima penjaga yang telah lalai.

Lucian membanting besi berduri yang telah dipenuhi daging dan darah itu ke lantai, lalu membersihkan tangannya dengan sapu tangan.

"Pastikan mereka tidak mati hari ini," perintahnya. Lalu, laki-laki itu melangkah keluar dari ruang bawah tanah, menemui Roger yang sejak tadi menunggu di depan.

"Bagaimana?" tanyanya dingin, membuat Roger menunduk.

"Nona Estelle masih belum ditemukan, Tuan. Pada saat Nona Estelle menghilang, kamera CCTV di seluruh kota mati secara serentak. Kami masih mencari tahu, Tuan."

Lucian menggeram rendah. Kedua tangannya terkepal marah. Berani-beraninya wanita tua itu membawa Estelle pergi darinya.

"Terus cari Estelle agar kepalamu selamat," ucap Lucian sebelum masuk ke dalam mobil. Roger menunduk hormat, lalu beralih ke mobil lain sambil berbicara lewat wireless earphone-nya setelah mobil yang dikendarai Lucian berlalu.

***

Estelle mengerjap-ngerjap pelan. Matanya terasa berat, kepalanya benar-benar pusing. Gadis itu meringis pelan, lalu mengedarkan pandangannya. Ia tampak bingung, otaknya masih belum bisa mencerna seratus persen apa yang terjadi padanya saat ini. Yang Estelle ketahui, dirinya berada di sebuah kamar bernuansa putih gading dengan perabotan kayu.

IMPRISONED ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang