TUJUH

30 1 0
                                    

Back to story ATLAN!


Reading...

Bel pulang telah berbunyi dari lima belas menit yang lalu, tapi gadis cantik dengan tas berwarna biru langit itu masih saja setia duduk di halte bus dekat sekolahnya. Menunggu jemputan-nya datang.

Berkali-kali ia berdecak, karna terlalu lama menunggu jemputan yang tak kunjung datang.

"Ck, lama banget, sih. Bang satya! Kalo gini caranya gue bisa di marahin sama Mamah kalo dia pulang makanan belum siap," decak Tisya sambil menengok ke kanan dan ke kiri.

Ia memilin seragam Atlan yang kotor yang sedang ia pegang dengan raut wajah cemas. "Apa gue chat  lagi aja ya?" monolognya.

Lalu ia membuka Hp nya dan ternyata ...

"Yah, Hp-nya lowbet," Tisya mendesah kesal kala Hp nya mati karna kehabisan batrai.

Tiba-tiba ada motor yang menghampirinya di halte, Tisya bingung. Siapa orang itu?

"Hay, Tis. Apa kabar?" tanya orang itu saat sudah turun dari motor ninja-nya.

"San-sandi," ucap Tisya ia melangkah mundur dikala Sandi maju mendekatinya.

"Kayanya kamu baik, aku kangen banget Tis, sama kamu," ucap Sandi.

"Gue gak kangen sama lo!" sentak Tisya kala tangannya di genggam oleh Sandi.

"Santai dong, akukan cuma pengen gandeng tangan kamu. Aku gak ada niatan buat nyelakain kamu Tis!" ucap Sandi.

"Gue gak perduli!" ucap Tisya lalu ia berlari ke arah gerbang sekolahnya. Namun, tangannya di cekal oleh Sandi.

"Mau ke mana, sih? Mau kabur?" tanya Sandi.

"Lepasin gue San!" sentak Tisya.

Namun, Sandi malah mempererat cekalan tangannya hingga Tisya kesakitan.

"San, sakit! Lepasin ih!" teriak Tisya  meronta minta di lepaskan.

"Enak banget lo biang lepasain, kalo gue lepaain lo bakal kabur!" ucap Sandi.

"San lep--" baru Tisya ingin berontak lagi untuk di lepaskan. Namun, ucapannya terpotong oleh seseorang yang ada di belakangnya.

"Lepasin dia!"

"Lo gak usah ikut campur urusan gue!" ucap Sandi.

"Pengennya sih gitu, males ikut campur sama urusan orang lain. Tapi, cewek yang tangannya lagi lo pegang itu cewek gue. Jadi, gue harus ikut campur dalam urusan lo kali ini!" tegas Atlan. Ya, orang yang memotong ucapan Tisya itu Atlan.

Niatnya Atlan ingin pergi ke markas, di saat sampai depan gerbang ia melihat Tisya yang sedang di ganggu oleh Sandi. Awalnya sih Atlan masa bodoamatan tapi ketika ia berpikir ada dewi fortuna yang melintas di kepalanya sehingga ia mau menolong Tisya. 'Kalo tu cewek gue gak tolong, bisa-bisa besok gue gak pake seragam. Ntar gue di hukum sama si botak!' pikirnya.

Tisya bengong mendengar ucapan Atlan. Ia tidak lagi sedang bermimpi kan? Apa tadi katanya? Cewek gue? Beneran?

"Oh, jadi dia cewek lo," ucap Sandi.

"Iya, dia cewek gue." ucap Atlan.

"Selamet Tlan, lo dapet sampah bekas dari wakil Avanter!" ucap Sandi lalu tertawa sinis. "Lo macarin dia," Sandi menunjuk Tisya. "sama aja lo ngibarin bendera perang ke Avanter Tlan, mulai sekarang Geng lo sama Avanter gak ada yang namanya kerja sama. Kita musuh!" ucap Sandi lalu menepuk bahu Atlan dua kali dan pergi berlalu begitu saja.

ATLAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang