[ DBW-7: Gejolak ]

94 44 314
                                    

Happy Reading guys

-

-

-

Rea

Suara kicau burung terdengar merdu di telinga ku. Aku membuka mata perlahan dan mendapati mentari telah terbit dari balik tirai putih. Perasaan ku sudah baik-baik saja sekarang, aku bangun dari tempat tidur ku dan bersiap-siap meskipun sebenarnya aku belum di perbolehkan untuk sekolah.

Rasanya akan lebih damai bila aku beraktivitas di luar rumah. Aku segera mandi dengan cepat dan berpakaian agar tidak telat sampai ke sekolah.

"Hei, hati-hati. Sini ayah bantu" Ujar Ayah ketika melihat ku kesusahan turun dari tangga.

Ayah menuntun ku dengan kedua tangan nya. Pria ini begitu memperhatikan setiap langkah kaki ku yang tertatih. Aku tersenyum kecil karena sekarang ayah nampak seperti sedang mengajari aku cara nya berjalan.

"Dulu ayah, ngajarin Rea jalan kaya gini ya?"

"Iya Rea. Dulu kaki kecil Rea sangat aktif bergerak, sampai-sampai ayah kesulitan karena Rea sering terjatuh juga" Sorot mata ayah memudar seakan menerawang ke masa lalu

Dengan hati-hati ayah menuntun langkah ku hingga ke meja makan. Ayah juga yang menarik kursi agar aku mudah untuk duduk.

"Rea mau roti atau mau ayah buatin sarapan yang lain?" Tanya Ayah

"Rea mau roti"

Pria di hadapan ku dengan sigap mengoleskan selai coklat ke permukaan roti tawar lalu meletakkan nya ke atas piring ku.

"Makan yang banyak ya anak ayah"

Aku mengangguk. Roti tawar di hadapan ku seolah meronta minta di lahap dengan cepat.

"Bunda di mana ayah?" Tanya ku di sela-sela makan

Ayah berdeham kecil raut wajah nya langsung berubah datar "Bunda mu tadi pagi berangkat ke Jakarta. Butik nya buka dua cabang baru di sana"

"Jakarta?" Tanya ku memastikan

"Iya Rea. Ayah heran sama bunda mu itu, selalu mementingkan pekerjaan dari pada keluarga"

Aku tertegun. Bibir ku memilih untuk bungkam karena tak mau membuat bunda semakin di pojokan oleh ayah.

"Omong-omong Rea yakin mau sekolah hari ini?"

"Hm, iya ayah. Rea takut kalau ketinggalan pelajaran kan bentar lagi udah mau kenaikan kelas. Jadi Rea harus rajin-rajin berangkat sekolah" kilah ku.

Sebenarnya kaki ku masih belum bisa di ajak berkompromi. Nyeri masih ku rasa ketika berjalan. Tapi lebih baik aku sekolah dan bertemu dengan teman-teman ku di banding harus kesepian di rumah yang besar ini.

***

Setelah sarapan, ayah menawarkan diri untuk mengantar aku ke sekolah. Hitung-hitung irit ongkos aku menerima tawaran Ayah dengan senang hati. Lagi pula sudah lama ayah tidak mengantarkan aku berangkat ke sekolah.

Mobil sedan hitam milik ayah masuk ke dalam gerbang sekolah ku. Pria itu langsung menuntun ku untuk masuk kedalam lingkungan sekolah dan berniat mengantarkan diri ku hingga ke dalam kelas.

"Pagi Rea" Sapa Gilang dengan senyum yang merekah di bibir nya

"Pagi" Balas ku sambil berlalu melewati Gilang.

Dari jauh aku bisa melihat Galih sedang berlari ke arah ku dan Ayah.

"Pagi om, pagi Rea" Sapa Galih dengan sopan.

Distance between WINDU [Hiatus]Where stories live. Discover now