D U A P U L U H T U J U H

Start from the beginning
                                    

"Selamat ulang tahun, kesayangan Mommy." ujar Raina, kecupan singkat ia berikan pada kening putranya.

"Sehat selalu, kesayangan Bunda."

"Panjang umur buat putra Ayah yang menggemaskan ini."

"Selalu Bahagia, selalu ceria dan semoga semakin manja. Papa menyukai hal itu."

Raffa tidak membalas ucapan orangtuanya, tangannya semakin melingkar dengan erat dileher Pram. isakannya masih terus terdengar, liquid bening juga masih terus mengalir di kedua pipinya.

"Happy born day, Adek!" Ucap Rico.

"Selamat mengulang tanggal yang sama, adek!" ucap Rere, tangan kirinya menghapus liquid bening yang masih mengalir dari kedua netra Raffa.

"Selamat ulang tahun adeknya abang."

"Raffa adek kita juga ya!" sewot Raven setelah mendengar ucapan Revan.

"Apa sih!"

"Keluar!" titah Arnold, netranya menatap tajam kedua putranya.

Raven dan juga Revan meringis melihat tatapan Arnold, keduanya langsung berdiri tegak tanpa bergerak sedikitpun.

"Dek, udah, ya." ucap Rasya lembut agar Raffa menghentikan isakannya.

Raffa mengangkat kepalanya yang semula menyender di bahu tegap Pram, kedua netranya masih terus mengeluarkan liquid bening. tatapannya menatap sendu kearah mereka semua, dengan perlahan kepalanya menggeleng.

"Kenapa? adek nggak ulang tahun hari ini?" tanya Revan.

"Maaf--

"Nah, kan! salah Rasya nih," cecar Raven.

"Emang bener kok, adek sendiri yang bilang."

"Tapi kok adek bilang--

"Laffa nggak bilang apa-apa kok, bang. Laffa kan belum selesai bicala,"

Kini semua orang sudah duduk di sofa yang ada ada di kamar tersebut, Raffa duduk di pangkuan Pram yang ada di samping Raina. tiga kue yang dibawa Raina, Raels dan juga Rere sudah ada di atas meja, lilinnya juga belum dinyalakan karena Raffa masih enggan untuk menanggapi ucapan selamat dari mereka.

"Tanggalnya bener, kan, dek?" tanya Regan.

"Benel, tapi Laffa maunya besok, bukan sekalang."

"Iya, besok adek ulangtahun lagi. tiup lilinnya dulu, gih."

Raffa langsung menatap tiga kue yang ada di atas meja setelah mendengar perkataan Rere, tawa riangnya terdengar begitu netranya menangkap wajahnya yang berada di kue tersebut.

"Kok wajah tampan Laffa ada di sana," tunjuknya pada kue yang ada di tengah.

Pram terkekeh mendengar ucapan Raffa, tangannya mengusap dengan sayang rambut hitam Raffa.

"Kakak yang beli dong," sahut Rere bangga.

"Jan didengerin, dek, Rere suka ngarang."

"Diem, Van!"

"Ayo sayang, tiup lilinnya dulu."

Raffa mengangguk mendengar ucapan Raina, ia bangkit dari pangkuan Pram. berdiri tepat di dekat meja yang sudah tersedia tiga kue dan juga lilin yang sudah menyala di atasnya.

"Make a wish dulu sayang."

"Iya, bunda."

Raffa mulai terpejam dengan harapan yang sudah ia rapalkan dalam hati, harapan sederhana namun begitu bermakna. hingga tanpa sadar tetesan liquid bening mengalir dari netranya yang terpejam.

ARRAFFA | Selesai |Where stories live. Discover now