13. Keluarga Uzumaki tuh, gini..

1.3K 136 8
                                    

10 tahun kemudian...

"Gua ragu sih, si Bolt dibolehin om Naruto" ucap seorang bocah berusia 14 tahun, laki-laki dengan kulit putih tampak sedang berdiskusi dengan kedua teman lainnya.

"Kita enggak ada yang tau di ijinin atau enggak kalau kita sendiri belum coba, Mit" ucap pria dengan tubuh agak lebih tinggi diantara keduanya.

"Tapi lu pada kan tau sendiri, bapaknya bolt galaknya ngalah-ngalahin suami yang suka kdrt" ucap seorang pria dengan nama Kawaki itu, Mitsuki bahkan menyetujuinya.

Namun Kagura masih yakin bahwa Boruto pasti diizinkan ayahnya, lagi pula mereka hanya bermain bukan melakukan hal-hal aneh yang merugikan orang.

"Tapi buktinya bapaknya Bolt enggak pernah kdrt kan? Lagian emang lu pada tau kdrt apaan?!" tanya Kagura kesal, mereka memang anak-anak dengan otak berlebih, saking berlebihnya bikin Kagura bisa nepuk jidat berkali-kali.

"Yaudah, kita coba aja dulu" ajak Kawaki yang lalu membuat Mitsuki akhirnya ikut aja, toh kalau pun Naruto ngamuk dia bakalan jadi orang pertama yang lari duluan.

Sesampainya dirumah mewah berlantai dua itu, ketiganya masih bimbang untuk langsung menekan bel, atau langsung siap-siap untuk lari dari amukan Naruto. Apalagi kalau memang yang mereka lihat pertama kali itu Naruto, bisa modyar udah.

"Assalamualaikum, cogan dateng nih. Bolot eh maksud gua bolt bukain pintu dong" teriak Mitsuki agak takut.

Namun mereka lega, karena yang terlihat dari balik pintu besar itu adalah Hinata, sosok yang dianggap malaikat untuk ketiga orang itu. Karena Hinata yang paling baik menurut mereka.

"Kenapa Mit? Tumben, biasanya langsung masuk" ucap Hinata dengan nada yang sangat lembut membuat hati siapapun tenang untuk berada disekitarnya.

"Kita dateng buat jem-eh om Nar, apa kabar om" saat ingin menjelaskan, Kawaki malah dikagetkan akan sosok yang sangat mirip dengan temannya itu.

"Ngapain remahan khonguan kaya kalian dateng kesini?!" ucap Naruto dengan ketus berbanding terbalik nada bicaranya seperti sang istri.

"Sayang, kamu enggak boleh kaya gitu dong! Bentar yah Mit, tante panggilin Bolt dulu" namun penggerakkan Hinata berhenti karena Boruto sudah ada dibelakangnya.

Pria dengan senyum khas seperti sang ayah itu datang bersama adiknya yang masih berusia 10 tahun dan tengah menikmati roti isi buatan sang ibu.

"Nyawa lu pada emang butuh dikasih apresiasi, keren sih bisa dateng tanpa takut sama Daddy gua" ucap Boruto sambil bertepuk tangan melihat kehebatan teman-temannya itu, padahal dalam hati mereka.

'Enggak takut mata lu soak!' batin ketiganya kesal.

"Yaudah kalau gitu Bolt pamit dulu yah Mom, Dad. Ada urusan soalnya" ucapnya sebelum mencium tangan kedua orang tuanya beserta mencium pipi Himawari.

Namun saat ingin mendekat kearah Mitsuki, tangan Boruto ditahan lebih dulu oleh sang Ayah.

"Kamu mau kemana?" Boruto tentu gelagapan, karena dia lupa menyiapkan alasan untuk menjawab pertanyaan Ayahnya yang satu ini.

"Hehe, mau jalan-jalan doang kok Dad" ujarnya sambil nyengir.

"Mau jalan-jalan atau lomba balap karung di rw?" tanya Naruto dengan nada nyindir.

"Daddy tau aja, kaya dukun. Iyah, Bolt diajak kemaren sama Babehnya Mimit buat ikutan lomba, hadiahnya lumayan bisa bawa pulang monyet Dad" ingin rasanya Kagura menjitak kepala Boruto itu, kok bisa gobloknya ngalah-ngalahin orang goblok.

'Perasaan Babeh gua janjiin hadiah kolor doang deh, mahal amat ampe monyet yang jadi hadiahnya. Babeh gua kan miskin' Batin mimit heran.

"Enggak usah ikutan yang begitu, percaya kok sama bapaknya mimit. Dia sama anaknya aja sebelas duabelas dalam hal ngibul, kamu lagian enggak bakal bisa bawa pulang monyet, duit dari mana dia? Udah kaya dia, masih kayaan daddy" Hinata mencubit pinggang milik Naruto karena mendengar ucapan sombong darinya.

"Enggak boleh gitu" tegur Hinata, yang ditegur hanya mencibir saja.

"Lagian, si orochimaru bisa-bisanya nipu anak aku, enggak bisa diginiin sayang. Dia bayar utang garem sama kamu aja susah malah mau kasih hadiah monyet ke orang lagi, anak Naruto loh yang dijanjiin. Enggak bisa tuh aku diginiin" ucapnya sok dramatis.

Melihat tingkah dari ayah sahabatnya itu membuat Mitsuki ngeri sendiri.

'Ini yang katanya kelakuan ngalah-ngalahin suami yang suka kdrt? Etdah gua malah ngeliatnya kaya laki yang enggak ada harga dirinya' batin Mimit.

"Udah! Pulang kalian, Bolt enggak akan ikut lomba begituan," Naruto pun berbalik memandang anak pertamanya itu. "Kamu juga jangan percayaan sama babehnya mimit Bolt, udah kamu mending balapan sama daddy aja diteras rumah, hadiahnya daddy kasih jalan-jalan ke Australi" janji ayah anak dua ini.

"Beneran yah?" pertanyaan Boruto didapat anggukan sang ayah, "Yaudah lu bertiga pulang dah, bilangin sama babeh lu mit kalau gua udah kagak tergiur sama monyetnya dia" Naruto pun langsung merangkul Hinata untuk masuk, lalu disusul Boruto yang menggandeng tangan Himawari yang sedari tadi gadis itu hanya diam dan menikmati obrolan.

"Padahal tuh yah, gua tadi pengin bilang kalau lombanya itu bukan balap karung" ujar Kawaki.

"Hooh, perasaan babeh mimit bilangnya lomba masukin paku ke botol deh" tambah Kagura yang melirik mitsuki.

Mitsuki yang mendapat tatapan itupun balik menatap sengit, "Apa?! Babeh gua malah janjiin kancut yah! Bukan monyet" dengan kesal, mitsuki meninggalkan rumah Bolt dengan menghentakkan kaki.

"Lu ngerasa enggak sih, kalau keluarga bolt ajaib semua kecuali adeknya sih, itupun mungkin belum keliatan anehnya" Kawaki mengangguk saja.

'Lebih aneh dari orang aneh' batin kawaki.

________________________

Cuman mau ingetin aja, kalau ini cuman special part doang. Nanti bab selanjutnya tetep pas Hima belum lahir yah gaes, soalnya Sasuke sama Sakura belum official.

Okeh, bye sampe ketemu di bab selanjutnya💚

My Lecturer, is my Husband?! [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang