Tamu tak Diundang

26 15 17
                                    

Tok .... tok .... tok!

Bruk!
Brak!

Pryang!

Saat Zaina sedang berada di bawah alam mimpi di kaget kan oleh suara yang entah datang dari mana.

"Assalamualaikum ya ahli neraka!" teriak Zaina yang terbangun dari tidurnya.

Dan suara gaduh itu masih saja terdengar di luar kamar, dengan langkah pelan Zaina berjalan keluar kamar. Dan begitu terkejutnya dia saat tahu bahwa ada tamu yang tidak diundang masuk ke dalam rumah om Danu.

"Aaaargh, maling!" teriak Zaina kencang sambil melemparkan beberapa barang yang ada di sekitarnya, dan merapal doa ayat kursi juga.

"Om Danu, Om, ada maling, Om!"

Zaina sangat panik karena ada seseorang memakai topeng masuk ke dalam rumah om Danu. Apalagi beliau kayaknya sudah ada di sekolah, jadi tidak tahu kalau rumahnya kemalingan.

Karena panik dia yang awalnya lemas menjadi kuat hingga sanggup mengangkat kursi makan dan berniat untuk melemparnya ke wajah si maling.

"Heh, heh, mau ngapain kamu? Katanya sakit kok masih kuat angkat kursi makan, kamu ini manusia atau Hulk?" tanya orang tersebut yang menyamakan Zaina dengan salah satu pahlawan di film Marvel, yang sangat identik dengan badan besar dan seluruh tubuhnya berwarna hijau.

"Heh, enak banget tuh mulut kalau ngomong. Sebenarnya lo siapa sih? Seenak jidat ngomong gue Hulk, mata lo katarak apa begimana, sampai enggak bisa bedain mana Hulk sama cewek cakep!" Teriak Zaina kepada orang bertopeng itu. Hatinya takut kalau orang itu akan memperkosanya.

Orang itu tidak menjawab pertanyaan dari Zaina, karena dengan perlahan dia membuka topeng hitam yang dia kenakan. Hingga terlihatlah wajah yang sangat Zaina kenal.

"Lo? Ngapain disini? Gue tanya ngapain disini, jangan-jangan lo mau memperkosa gue, iya?" tanya Zaina dengan panik.

"Tolong-tolong ada yang mau memperkosa saya ... hmmph..." Mulut Zaina langsung pak Radhit tutup menggunakan tangan, dia tidak mau kalau para tetangga akan berkerumun karena teriakan Zaina yang mengatakan bahwa dia akan memperkosa Zaina.

"Tuh mulut belum pernah kemasukan air satu galon ya gini, seenak jidat kalau ngomong!" Ucap pak Radhit kesal dengan sikap Zaina yang menurutnya kekanak-kanakan.

"Abisnya lo masuk ke rumah orang diem-diem kayak maling, pakai topeng lagi. Oh, iya, lo kenapa ngatain gue Hulk? Emangnya gue seburuk itu dimata, lo?" tanya Zaina yang kembali mengungkit kejadian tadi. Tampaknya Zaina masih belum puas dengan kejadian tadi.

"Awalnya saya pikir kamu Hulk karena tadi memakai topeng, tapi setelah saya buka ternyata memang benar Hulk." Jawab pak Radhit dengan santai, sambil merapikan bajunya yang sedikit kusut.

"Sembarangan, emangnya gue keliatan ijo-ijo kayak lumut? Orang gue itu cantik, putih, bersih, belum ternoda." Ujar Zaina sambil membereskan barang-barang yang dia lempar tadi.

"Ada keresek tidak, kenapa saya mendengar ucapan kamu tadi jadi pengen muntah?" sindir pak Radhit berpura-pura mual.

Huek!

"Eh, lo berengsek banget sumpah!" teriak Zaina kencang. Namun, semakin dia berteriak semakin dia mengeraskan suara mualnya.

Huek!

Pak Radhit sepertinya senang sekali menggoda Zaina, hingga setiap pertemuan mereka selalu ada pertengkaran.

"Serah, gue enggak peduli! mau lo muntah darah juga gue enggak peduli." Zaina beranjak dari tempatnya berdiri dan berlalu saja melewati pak Radhit.

Tanpa sepengetahuan Zaina pak Radhit terkekeh melihat tingkah lucu Zaina saat sedang marah.

"Kamu mau kemana, katanya masih sakit?" tanya pak Radhit yang masih tak dapat menahan keinginan untuk tertawa melihat tingkah lucu Zaina.

"Toilet! Kenapa mau lihat gue buang hajat?" jawab Zaina yang masih kesal dengan pak Radhit. Entah mengapa setiap dia bertemu dengan dia hatinya selalu dipenuhi amarah.

"Oh, jelas tidak. Melihat kamu buang hajat sama kayak saya lihat Kuda Nil yang ada di kebun binatang sana."Jawab pak Radhit yang semakin membuat Zaina marah terhadapnya.

Zaina hanya melirik tajam kearah pak Radhit tanpa mengatakan apapun dia langsung masuk ke dalam toilet, meninggalkan pak Radhit sendiri di depan pintu.

55 Menit Kemudian...

Sepertinya cukup lama Zaina di dalam toilet, karena saat keluar dia tidak menemukan sosok pak Radhit dimanapun.

"Huft, akhirnya dia pergi juga ... aargh gue bisa tenang tidur lagi." Gumam Zaina senang pada dirinya sendiri.

"Udah selesai? Lama banget di toiletnya, sampai saya selesai main game, baca buku, sampai makanan yang saya pesan juga udah sampai." Ucap pak Radhit di depan televisi, dengan posisi yang paling santai.

Mata Zaina seketika terbelalak melihat penampilan pak Radhit. Rambut yang sedikit basah dan berantakan, dengan tiga kancing baju atas yang sengaja dibuka dan lengan baju yang dilipat sampai ke siku. Membuat Zaina panas dingin dibuatnya, si empu sepertinya cuek saja dengan perubahan sikap Zaina.

"Kamu di dalam buang hajat atau nonton konser K-Pop? Lama banget, sampai saya tinggal ngapa-ngapain belum keluar juga." Ucap pak Radhit sinis, seketika kekaguman Zaina terhadap pak Radhit luntur seketika.

"Suka-suka gue lagi, mau gue nonton konser, bikin konser, main catur, atau ngabisin sepuluh ronde buat nonton tinju, itu semua terserah gue. Dan lo enggak berhak ikut campur." Ucap Zaina ketus kepada pak Radhit.

"Ya udah, terserah kamu saja. Mau makan enggak, tadi saya pesen dua ramen. Satu buat kamu, satu buat saya. Mau?" tanya pak Radhit menawari Zaina makanan, karena dia tahu benar kalau Zaina belum makan apapun sejak dia sampai kesini.

"Gue enggak boleh makan mie, dan ramen itu ada mie nya. Nanti Om Danu marahin gue lagi, lo mau tanggung jawab?" Zaina malu dengan sikapnya tadi pada pak Radhit, makadari itu dia pura-pura menolak tawaran dari pak Radhit.

"Kalau enggak ada yang ngasih tahu beliau, Pak Danu enggak akan tahu. Makanya diem-diem aja, nanti saya tanggung jawab kalau kamu kenapa-kenapa." Pak Radhit menyiapkan makanan yang akan mereka makan sambil tersenyum manis pada Zaina.

Lalu pak Radhit menyerahkan sumpit pada Zaina yang dia terima dengan ragu-ragu. Sepertinya pak Radhit mengetahui apa yang ada di pikiran Zaina.

"Kamu bisa pakai sumpit enggak?"

Zaina tak mengatakan apa-apa, dia hanya melihat pak Radhit dengan malu. Pak Radhit langsung mengambil sumpit yang ada di tangan Zaina mengambil mie tersebut menggunakan ramen dan mengarahkannya ke Zaina.

"Ayo buka mulut, sini saya suapi. Hitung-hitung sebagai tanda maaf saya yang selalu membuat kamu marah." Ucap pak Radhit tulus. Dengan ragu Zaina membuka mulut agar pak Radhit dapat menyuapinya dengan mudah.

Apakah pak Radhit jatuh cinta?

Biarkan waktu yang menjawabnya!

Btw, gimana ceritanya, bagus enggak?

Nat tunggu vote, comment kalian ya

Follow juga. Follback? DM aja

Rahasia Waktu [ Proses Terbit]Where stories live. Discover now