Ingatan yang Menyakitkan

96 42 166
                                    

"Meskipun lo bilang gue bukan penyebab ibu gue meninggal, tapi sikap ayah gue menunjukkan kalau gue emang pembunuh ibu gue sendiri."

Zaina Anastasha. J

"Ibu! Ibu jangan ninggalin aku! Aku janji,  aku janji, aku janji bakal jadi anak baik yang  ibu ingin!" teriak si gadis, saat tahu maksud dari sikap keluarga maupun tetangganya itu.

Para tetangga yang tidak tega melihat si gadis, berinisiatif untuk membawa gadis itu menjauh dari ibunya untuk menenangkan diri.

"Lepasin! Aku mau ikut ibu, aku enggak mau disini!" teriak si gadis kecil yang memberontak saat mereka ingin menjauhkan dia dari ibunya.

"Sayang...." suara lirih yang datang entah dari mana membuat si gadis berhenti memberontak. Dalam seketika dia baru saja tersadar kalau seseorang yang memegangi tubuhnya itu sudah tidak ada. Dan ruangan yang tadinya penuh dengan orang yang melayat kini sepi menyisakan si gadis sendirian di sana.

Si gadis kecil ketakutan, saat tahu kalau dia ditinggalkan di dalam sebuah ruangan. Terlebih lagi ruangan itu sangatlah gelap, tanpa adanya cahaya sama sekali.

"Ayah! Oma! Kakek! Kalian dimana?" teriak si gadis kecil, tetapi hasilnya nihil. Tidak peduli seberapa keras teriakannya, tetap saja tidak ada satupun yang menjawabnya.

"Ayah, oma, kakek. Kalian kemana? Aku takut, jangan ninggalin aku sendiri disini," ucap si gadis kecil lirih. Dia sangat takut dengan ruangan gelap, karena dia selalu berasumsi bahwa di dalam ruangan gelap ada mahluk mengerikan yang selalu mengintainya dari sudut mana aja.

Meski ketakutan, si gadis kecil tetap mencari keluarganya dengan langkah pelan. Tiba-tiba dia terjatuh karena merasa sudah tersandung sesuatu, dan si gadis kecil kembali menangis karena merasakan sakit di lutut kanannya.

"Udah sayang, jangan nangis lagi ya! Anak ibu kan kuat, iya kan?" ucap seseorang yang suaranya sangat  gadis itu kenal, tanpa sadar dia sudah mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat ibunya yang sedang berlutut di hadapannya dengan dress putih bermotif bunga kesukaannya.

"Ibu! Aku rindu ibu, kenapa ibu tega ninggalin aku kayak gini?!" teriak si gadis kecil yang memeluk ibunya erat sambil menangis sesenggukan.

"Zaina beneran rindu sama, Ibu?" tanya ibunya kepada si gadis kecil. Tanpa melepaskan pelukannya, si gadis menganggukkan kepalanya dan kembali menangis.

"Zaina beneran sayang sama, Ibu?" tanya ibunya lagi dan hanya dibalas anggukan oleh gadis  itu.

"Kalau kamu beneran rindu sama ibu, kenapa waktu ibu telepon mau ajak kamu pulang, kamunya enggak mau? Dan kalau kamu beneran sayang sama ibu, kenapa kamu enggak pernah nurut sama nasihat, ibu? Harusnya kamu seneng dong kalau ibu enggak ada! Enggak ada yang ngomel-ngomelin kamu, enggak ada yang marahin kamu, enggak ada yang ngelarang kamu ini itu!" Kata ibunya kepada si gadis kecil, sambil melepaskan diri dari pelukan anaknya. Si gadis yang masih menangis menggelengkan kepalanya keras sambil memandangi wajah ibunya yang cantik namun pucat. Ia sangat menyesal dengan perbuatannya selama ini, hingga membuat ibunya mengakhiri hidup gara-gara sudah tidak kuat mengurus dirinya.

"Ak.... aku minta maaf, Bu! Aku sadar kalau selama ini aku enggak pernah nurut sama ibu, selalu nyusahin ibu, hingga ibu memilih untuk bunuh diri. Tapi, izinin aku ikut, karena aku enggak mau disini. Aku mau ikut ibu." Ucap gadis itu kepada ibunya dengan wajah yang memelas. Melihat itu ibunya berlutut di depan putrinya dan memegangi kedua pundak anaknya.

"Kalau kamu beneran menyesal dengan segala perbuatan kamu, perbaiki sikap kamu, jadi anak yang baik ya! Maaf, ibu enggak bisa bawa kamu karena dunia kita udah berbeda sekarang. Ibu memang kecewa sama kamu, tapi rasa sayang ibu lebih besar daripada rasa kecewa ibu sama kamu. Jangan buat ibu kecewa  lagi ya, sayang!" ucap ibunya dengan penuh kelembutan mengusap rambut lurus si gadis kecil.

"Iya, ibu, aku janji enggak akan bikin ibu kecewa untuk yang kedua kali." Jawab si gadis itu dengan wajah yang bengkak karena terlalu banyak menangis.

Untuk pertama kalinya sejak pertemuan mereka ini, si gadis kecil melihat senyum manis yang selalu ibunya tunjukkan semasa hidupnya. Senyum ibunya begitu manis dengan kedua lesung pipi yang tercetak jelas di wajahnya dan rambut bergelombang berwarna hitam yang terurai indah.

Lalu, mereka berdua berpelukan dengan bahagia, hingga ibunya secara perlahan berubah menjadi abu hitam yang jatuh di pangkuan si gadis. Si gadis kembali menangis dan berteriak memanggil ibunya.

"IBU!"

Teriak si gadis yang terbangun dari tidurnya, ternyata dia bermimpi. Ya, dengan mimpi yang selalu terulang jika si gadis merasa sedih maupun kesepian.

Sudah dua belas tahun setelah kejadian itu, tapi si gadis tak pernah bisa melupakan kejadian dimana ibunya meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya karena sudah tidak kelakuannya sendiri.

Setelah si gadis merenung untuk beberapa saat, dia pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk siap-siap berangkat sekolah.

Kurang lebih tiga puluh menit si gadis mempersiapkan diri, akhirnya selesai juga dan dia langsung berangkat menuju sekolahnya tanpa berpamitan dengan ayahnya terlebih dahulu.

Setelah kematian ibunya, hubungan di gadis dengan ayahnya sudah tidak sedekat dulu. Karena dia sudah sangat kecewa dengan si gadis saat dia mengetahui bahwa istrinya meninggal karena perilaku anak perempuan mereka.

Ayahnya juga sudah menikah lagi dengan seorang perempuan tepat lima tahun Kematian ibunya dan melahirkan anak laki-laki saat usia perkawinan mereka berumur satu tahun, buah cintanya dengan ayahnya.

Untuk ayahnya waktu lima tahun adalah waktu yang cukup untuk melupakan ibunya, hingga dengan mudahnya mendapatkan pengganti. Tapi, untuk si gadis waktu dua belas tahun tidaklah cukup untuk menebus segala dosa yang dia lakukan dulu terhadap ibunya.

Si gadis berjalan keluar rumah, menghampiri motor yang terparkir di depan rumah, dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi.

Kurang lebih lima belas menit, si gadis telah sampai di sekolah dengan wajah masam. Aura yang merupakan sahabat dan teman sebangkunya dan menanyakan keadaan gadis itu.

"Na, lo baik-baik aja kan? Kok kayaknya lo lagi kayak banyak masalah gitu?" tanya Aura pelan kepada orang yang dia panggil Na itu, sambil merapikan rambut yang berada di wajah Zaina agar menyingkir dari wajah cantiknya.

"Enggak tahu, Ra! Semalem gue mimpi ibu gue lagi, dengan mimpi yang sama, selalu tentang itu. Itu ngebuat gue stress, Ra lama-lama," pekik Zaina dengan suara tertahan agar teman-teman sekelas tidak mendengar suaranya.

"Gue tahu kalau lo ngerasa bersalah dengan kejadian yang terjadi sama ibu, lo. Tapi, apa lo enggak pernah mikir kalau ada sesuatu yang 'janggal'?"tanya Aura lirih dengan penekanan di kata 'janggal',Zaina mengerutkan kening kebingungan.

"Maksud lo, kalau kematian ibu gue itu udah 'direncakan', begitu maksud lo?" ucap Zaina yang tidak percaya.

"Iyup, itu maksud gue. Karena enggak mungkin anak usia lima tahun bisa membuat seorang ibu menjadi stress dan memilih untuk mengakhiri hidup karena sudah tidak kuat menghadapi tingkah anaknya lagi. Menurut gue kenakalan anak usia lima tahun wajar-wajar aja, enggak seekstrim kenalan remaja. Apalagi lingkup pertemanan anak usia lima tahun masih sempit, kalau bukan karena kesengajaan pihak lain dari mana lagi?" Jelas Aura panjang lebar, Zaina yang mendengar penjelasan dari Aura menjadi jengah.

"Udah ya, Ra, gue enggak mau denger tentang ini lagi. Meskipun lo bilang gue bukan penyebab ibu gue meninggal, tapi sikap ayah gue menunjukkan kalau gue emang pembunuh ibu gue sendiri. Selama dua belas tahun terakhir enggak pernah ada percakapan yang berarti antara gue sama ayah gue. Karena apa? Karena dia berpikir gue pembunuh dan kalau sampai sekarang dia masih ngurusin gue, itu enggak lebih dari rasa kasihan aja." Jelas Zaina yang sudah tidak dapat membendung air matanya, dan berlari keluar menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.

Hai hai, gimana ceritanya di part ini? Semoga enggak mengecewakan ya.

Baru awal part udah ketemu konflik aja nih, mana udah ada fakta kalau ibunya itu mati bunuh diri dan Zaina adalah pembunuh ibunya sendiri.

Kalian penasaran enggak dengan kelanjutan kisahnya?

Ikuti terus ya cerita ini ya

Rahasia Waktu [ Proses Terbit]Where stories live. Discover now