{2} Karyawan Baru

138 23 31
                                    

Kafe itu sangat lengang, belum ada satu pun pengunjung karena memang baru sepuluh menit lalu dibuka. Hanya ada seorang cowok jangkung sedang membelakangi meja bar, ia berdendang kecil sambil menata gelas-gelas di rak kayu, badannya yang bongsor ikut bergerak ke kanan dan ke kiri. Enjoy sekali tampaknya, bikin Maya menatap iri, mengingat hari-harinya sebulan ini begitu berat sampai ia lupa bahwa di ponselnya masih ada aplikasi pemutar musik. Baru beberapa hari yang lalu dirinya kembali aktif memantau media sosial dan menonton serial drama korea.

Kembali memperhatikan cowok itu, Maya yakin dia karyawan di kafe ini, terlihat jelas dari tubuhnya yang dibalut denim pants dan polo shirt berwarna putih dilengkapi apron. Maya menghampirinya dengan pelan, takut kehadirannya mengganggu kegiatan cowok tersebut.

"Permisi," sapa Maya. Cowok itu masih tetap di posisinya. Maya memanggilnya sekali lagi dengan sedikit menaikkan volume suaranya, tapi tetap tak ada respons. Ia pun mencondongkan badannya agar lebih dekat dengan cowok itu. Maya curiga pasti ada sesuatu dengan si cowok jangkung sampai tak mendengar panggilannya, dan ia benar. Percuma memanggil-manggil, ternyata si cowok karyawan itu sedang asyik mendengarkan musik dari earphone-nya.

Maya tak sabar, dengan satu pukulan cukup keras, ia mengeplak pundak cowok itu. "Mas!" panggilnya.

"Eh, setan! Setan!" cowok itu berteriak kaget dan refleks membalikkan badan. Untung gelas yang dipegangnya masih selamat.

Maya juga sama kagetnya, kakinya mundur tanpa dipandu. Gadis itu membeku di tempat karena tak menyangka atas reaksi cowok di depannya yang cukup heboh.

"Ma-maaf, Mas. Saya bukan setan dan nggak bermaksud ngagetin Mas," ucap Maya setelah sadar dari kekagetannya.

Cowok itu buru-buru melepas earphone dari kedua telinganya. "Duh, maaf ya, Kak. Saya emang suka begitu kalau kaget. Refleks," balas cowok itu dengan tak enak hati.

"Nggak apa-apa, Mas. Santai aja." Maya mengembuskan napas lega, tapi jantungnya masih berdegup tak karuan.

"Kakak mau pesan apa?" tanya si Jangkung dengan ceria seolah tadi tak terjadi apa-apa. "Ada nasi goreng kimchi, punya kami yang terfavorit. Atau Kakak mau yang ringan buat sarapan, kami recommend outmeal. Ada beberapa varian, loh. Untuk minumannya, Kakak bisa cek sendiri di menu. Atau mau coba teh mint, biar lebih segar dan bersemangat?" Cowok itu mulai berpromosi panjang lebar tanpa memberi Maya kesempatan untuk menyela. Padahal tadi ia sudah membuka mulut untuk menjawab, tapi kata-katanya ditelan kembali.

"Kami juga ada bonus, loh. Karena Kakak pelanggan pertama yang datang hari ini, pesan apa saja akan kami kasih bonus sepotong brownies cokelat, biar hari Kakak bisa terlewati dengan ringan dan manis." Cowok itu mengakhiri promosinya dengan pose yang manis, semanis kalimatnya.

Maya tercengang. Demi apa, pagi-pagi begini ia disambut oleh makhluk ganteng yang tampangnya tampak kalem, ternyata sekali nyerocos, dua-tiga pulau terlampaui. Maya berpikir, gila juga sih kalau tiap ada pelanggan ia harus bicara sepanjang itu dalam sekali tarikan napas. Bisa-bisa bibirnya copot.

"Mas, sebelumnya saya minta maaf. Saya ke sini nggak mau pesan makan atau minum," jawab Maya pelan dan tenang.

Cowok itu menatap bingung, "Terus Kakak mau pesan apa? Masa mau pesan saya? Meskipun jomblo, saya nggak dijual bebas loh, Kak." Jawaban cowok itu membuat Maya mendelik. Tanpa memedulikan ekspresi wajah Maya, ia mencondongkan badannya ke arah Maya dan setengah berbisik, "Tapi, kalau Kakak maksa, chat pribadi aja, ya. Jangan sampai bos saya tahu."

Maya merinding. Ia yang tadinya sudah merasa santai, malah gemetaran. Mau kabur, tapi kakinya terpaku di lantai, susah bergerak.

"Buyung! Iseng lagi lo, ya?" Sebuah suara muncul dari bagian belakang kafe. Seorang perempuan muda cepat-cepat menghampiri mereka. "Lo apain Kakak ini?"

DILEMAYA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang