Bab 6 Hari pertunangan

3.1K 657 121
                                    

Assalamu'alaikum, akhirnya bisa update lagiiii...

Entah kenapa seneng aja bisa update, semoga kalian suka bab ini.

Happy Reading 💗💗

Perihal jodoh Allah yang ngatur, manusia hanya bisa menghayal, berharap, dan berdo'a.

Terlanjur Cinta

Sudah hampir tiga menit Zhira menatap pantulan dirinya di cermin, pikirannya tiada henti bertanya, apa kekurangan dalam dirinya hingga Alvin tega mencampakkan seorang Zhira begitu saja?

Kata Papa, Zhira itu cantik meski di luar sana banyak yang lebih cantik, kata Bunda, Zhira itu baik meski seringkali ngusilin orang-orang terdekat, kata adik-adiknya, Zhira itu penyayang meski sering di hina sebagai makhluk termalas di muka bumi oleh si kembar. Tapi, kata Alvin Zhira lebih dari itu, Zhira laksana bulan di tengah kegelapan. Bullshit, nyatanya semua itu cuma gombalan belaka.

"Sekarang aku tahu gimana caranya ngikhlasin kamu, Alvin." Zhira bermonolog sendiri sembari menatap diri di cermin.

Zhira akui sempat hampir depresi memikirkan bahwa lelaki itu lebih memilih sahabat Zhira sendiri, ia sempat merasa kalah. Tapi, kehidupan harus terus berjalan bukan?
Ia akan buktikan bahwa ia baik-baik saja tanpa mantan sahabat ataupun mantan kekasihnya itu.

Zhira akan datang ke pertunangan mereka, dengan kejutan yang tidak akan pernah lelaki itu lupakan.

Zhira meraih ponselnya, mengetikan sesuatu di sana.

[Ghaza, lo udah siap, kan?]

[Jemput gue sekarang]

Gadis itu melempar ponselnya ke atas tempat tidur, nomor Ghaza sedang tidak on. Chatnya tetap centang satu abu hingga lima menit ia menunggu.

"Ekhmm!"

Zhira kontan menoleh ketika deheman seorang lelaki menggema di kamarnya —Arman—sang Papa masuk dan menatap wajah cantik anaknya untuk beberapa saat sebelum mendaratkan ciuman di kening putrinya.

"Kenapa sedih, hm?" tanya Arman. "Kan sekarang pertunangan kedua sahabat kamu." Arman berpura-pura tidak tahu. Padahal dia sendiri penyebab kandasnya hubungan sang putri.

Zhira yang mendengar itu langsung tersenyum, senyum palsu lebih tepatnya. "Gak papa, Pa. Cuma sedih aja, kan habis ini aku yang jomblo duluan."

Arman terkekeh lalu menarik tubuh Zhira dalam pelukannya. Percayalah, sebenarnya Arman ikut sedih melihat Putri sulungnya ini patah hati diam-diam, tapi dia harus tahan untuk masa depan Zhira. Arman yakin, Ghaza merupakan lelaki yang tepat untuk Zhira tidak hanya dari sifat, namun juga materi.

Ghaza memang urakan, namun masalah ibadah tidak bisa diragukan. Sebab sudah beberapa kali pemuda itu mengingatkan dirinya agar tidak meninggalkan sholat hanya demi mengejar dunia yang fana. Ghaza tidak hanya rajin ibadah, tapi juga pandai mengelola perusahaan Papanya.

Pernah beberapa kali lelaki itu membantu memenangkan tender untuknya.

"Memangnya kenapa kamu jomblo duluan dari mereka? Yang penting bentar lagi kamu lepas masa lajang terlebih dulu, 'kan?" Arman mengingatkan.

Zhira tersenyum ketir, sebenarnya ia terpaksa melakukan ini. Semalam setelah berpikir panjang akhirnya ia memutuskan menemui Papanya di ruang kerja, dengan segala kebimbangan dan perasaan kacau, ia meminta pada Papa Arman agar perjodohannya dengan Ghaza dipercepat. Dia tidak rela Alvin dan Sesil bahagia di atas penderitaannya. Jadi, dia harus menikah duluan.

Terlanjur Cinta Where stories live. Discover now