D U A P U L U H L I M A

ابدأ من البداية
                                    

"Terserah, Ayo ikutin!!" Titah Vino membuat Raffa terpojok.

Netra nya menatap ke arah Pram, meminta bantuan. Namun Pram tidak mengerti, Pram hanya mengangguk sebagai respons. Sial!

"Papi lucika lulus-lulus mengalili kebodohan."

"Bhahahahahahahahahahahaha!! Mengakak anjirrr!!" tawa Vino lepas begitu mendengar ucapan Raffa, ia tidak peduli dengan semua pasang mata yang menatapnya dengan tajam.

Vino mengusap sudut matanya yang berair karena tertawa, ia benar-benar receh, begini saja ia sudah tertawa seperti orang bodoh.

"Yang kek gini nih langka, wajib banget dimusnahin." Ungkap Vino setelah tawanya reda.

"Dek!" Tegur Eland, tangan nya menyenggol lengan Vino yang masih cekikikan kek anak kunti.

Rasya langsung menatap Vino dengan tajam, begitu juga dengan Bara. Sedangkan Raina dan juga Raels yang mendengar perkataan Vino sedikit terkejut, untungnya hanya candaan, jika tidak Raina sendiri yang akan menjewer telinga kanan milik Vino.

"Marah?" Tanya Vino menatap ke arah Raffa yang memandang nya dengan tajam, namun terlihat lucu. Benar-benar lucu, saking lucunya Vino ingin menenggelamkannya di rawa-rawa.

"Enggak." Jawab Raffa dengan anggukan mantap.

"Marah apa enggak?! Pake ngangguk lagi!" Balas Vino ngegas, tidak ada takutnya sedikit pun. Padahal para lelaki keluarga Miller menatapnya dengan tajam karena bicara tidak sopan kepada si bungsu.

"Kalo Laffa malah pasti Bang Vino nangis, kasian, mana masih muda."

Revan dan juga Rio langsung terbahak begitu mendengar balasan Raffa, keduanya menatap Vino dengan tatapan mengejek. Sedangkan anggota keluarga yang lain hanya tersenyum tipis, berbeda dengan Rere yang sudah terlelap dengan tenang di sofa panjang.

"Boleh juga lu cil, Kupu-kupu makan buaya, Hiyahiyahiya!!"

"Si dugong punya anak, emang bisa, ngab?" Balas Raven.

"Iya nih, gimana ceritanya kupu-kupu bisa makan buaya?" Tanya Rio.

"Mungkin buaya nya dipotong-potong dulu, Bang." Jawab Raffa.

"Emang kupu-kupu punya parang?" Tanya Vino, bingung juga dia tuh.

Raffa menggeleng menjawab pertanyaan Vino, mana ia tahu ia kan bukan kupu-kupu.

"Emak gue masak ikan, lanjutkan!!" Raels langsung melotot ke arah Rico yang berbicara.

"Peace bunda, ehe." Rico memilih damai, tidak sanggup ditatap seperti itu oleh sang Bunda.

"Beli pesawat di warung Bu Yaya, sabi-sabi lah ya." sahut Bara tiba-tiba, keadaan langsung menjadi hening. Tidak lucu sama sekali, Bara mengatakannya dengan datar, sangat sangat datar.

"Wahhh kemajuan pesat bagi seorang Bara, dikit lagi bisa lucu, yuk bisa yuk." Ungkap Revan dengan senyum jengkel menatap Bara.

"Kalo nggak lucu, kita bantu ketawa." Balas Rio, Bara hanya diam, tidak menanggapi perkataan sepupunya itu.

Raffa tertawa pelan menatap Bara yang merasa terpojok, ia ingin menimbrung percakapan mereka, namun tidak tahu harus mulai darimana.

"El." panggil Rangga, tatapan nya meng-kode Eland untuk mengikuti langkahnya.

"Disini dulu, Abang keluar sebentar." Pamit Eland pada Vino.

"Yoi bro, jangan lupa oleh-olehnya."

"Abang di ruangan sebelah, nggak kemana-mana."

"Iya Bang iya, sana gih. Hush hush hush!!" usir Vino.

Eland mengusak rambut hitam milik Vino sebelum bangkit dari duduknya, ia mengikuti langkah Rangga dan juga Regan.

Sedangkan Arnold, Pras, Pram dan juga Marcell langsung menuju ruangan yang ada disebelah ruang rawat Raffa. Tentu saja untuk membahas bisnis masing-masing.

Raina dan juga Raels sudah duduk manis di sofa, kedua wanita paruh baya tersebut memilih undur diri agar tidak menggangu percakapan anak muda.

Sedangkan Bara, Revan, Raven, Rico, Rio, Rasya dan juga bocah tengil Vino masih berada di samping brankar Raffa. Raffa yang bersandar pada sandaran brankar masih setia tertawa ringan mendengar celotehan aneh dari bibir Vino.

"Laffa masih penasalan, emang kupu-kupu bisa makan buaya, Bang?" Tanya Raffa pada Vino.

"Ya bisa lah, Buaya nya diblender dulu." Jawab Vino ngawur.

"Kucing tetangga namanya Lolo, ngadi-ngadi lo!!" Sahut Revan.

Vino langsung terdiam, otak nya tiba-tiba ngeblank, tidak bisa membalas perkataan Revan.

"Bang Vino, Ayo jawab!!" Tuntut Raffa yang melihat Vino terdiam, Rasya yang ada di sebelahnya tidak pernah mengalihkan tatapannya dari Raffa. Sesekali menciumi setiap inci wajah menggemaskan Raffa yang kembali aktif seperti sebelumnya.

"Bentar, otak gue yang jenius ini tiba-tiba pengen seblak."

"Lahhh, hubungan nya apa?" Bingung Rio.

"Ya nggak ada, sama-sama jomblo."

"Bang Vino, Ayo bikin tutolial."

"Tutorial apa? Gue jagonya!" Pongah Vino membanggakan dirinya.

"Bagaimana cala supaya tololnya tellihat natulal."

Semua yang ada disana tertawa mendengar perkataan Raffa, kecuali Vino yang langsung cengo setelah mendengarnya.

"Ngadi-ngadi ni bocil, jantungnya keep halal buat disentil."

"Lain kali kalo darah gue rendah, gue ketemu lo aja, darah gue langsung naik keknya." Sindir Vino yang membuat Raffa tertawa puas, begitu juga dengan mereka yang ada disana langsung terbahak mendengar ucapan Vino.

"Gue sleding lo cil!!"

"Sayul pale, sayu tomat, i don't cale bodo amat."

"Astagaaa!"

"Naga!"

"Bonar!"

"Bhaks!"

"Bhahahahahahahahahahaha!!!"

* * *

Scane diatas nggak bakal ada di cerita Vino.

Iya garing.

See, u, luv.

ARRAFFA | Selesai |حيث تعيش القصص. اكتشف الآن