Fai tersenyum melihat betapa bersemangatnya Ahra. Wanita termuda diantara dirinya dan El itu sibuk meletakkan barang-barang bawaannya dibawah meja. Lalu duduk sambil memainkan ponselnya.

"Sejak kapan El tidur disini?" Tanya dia sesaat setelah memperhatikan orang yang menelungkupkan wajahnya dimeja itu adalah El.

"Beberapa menit sebelum kau datang" Jawab Fai sekenanya.

"Ada apa dengannya? Apa ibunya menelepon, memintanya untuk menghadiri peringatan kematian ayahnya lagi?" Tanya Ahra penasaran.

"Kau tau tanpa harus kujawab" Fai beranjak dari duduknya.

"Kau mau kemana?"

"Mengambil makanan, kau pasti lapar kan?"

"Waaaaaaaah baik sekali, terima kasih" Ahra kembali bertingkah seperti anak kecil.

        Sepeninggal Fai, Ahra memperhatikan El. Entah sahabatnya itu benar-benar tidur atau hanya berpura-pura.

"Tidurlah El, mungkin dengan tidur kau akan lebih baik" Kata Ahra sedikit berbisik sambil mengelus rambut kecoklatan milik El.

      El tidak benar-benar tidur. Dia dengar semua yang dikatakan Ahra. Dia mendengar setiap obrolan Ahra dan Fai. Bahkan dia merasakan tangan mungil Ahra yang seperti biasa mengelus rambutnya. Namun dia memilih tetap memejamkan matanya. Hanya itu satu-satunya pelarian yang membuatnya melupakan masalahnya.

🌺🌺🌺

        "Hooooaaaaaaaaaaaaaam" Ahra menguap lebar sambil mengeratkan sweater berwarna pinknya.

        Udara dingin terasa menusuk hingga ketulang. Tempat itu sepi seperti biasa. Hanya ada Ahra, Fai dan El yang baru saja menginjakkan kaki ditempat peristirahatan terakhir para manusia itu. El melangkah lebih dulu setelah menguatkan hatinya.

       Fai dan Ahra mengikutinya dari belakang. Sudah beberapa tahun terakhir, inilah yang ketiganya lakukan. Datang ketempat yang tidak banyak orang ingin mengunjunginya di pagi buta. Bukan karna takut diketahui orang. Tapi lebih pada rasa khusuk dan penghormatan yang begitu mendalam.

"Apa kabar, paman" Sapa Ahra dengan senyum khasnya yang tidak pernah pudar setiap mengunjungi tempat ini.

       Ahra meletakkan bunga krisan putih diatas gundukan dengan nisan bertuliskan nama seseorang yang pernah menjadi cinta pertama sahabatnya, El.

"Ma'af selalu datang pagi-pagi, Ahra harap paman tidak merasa terganggu dan ma'af selalu berisik ya paman, heheheh" Lanjutnya masih dengan keceriaannya. Ahra memejamkan matanya dan mengangkat kedua telapak tangannya sampai dada. Berdo'a sejenak seperti biasa setiap dia kesini. Fai melakukan hal yang sama setelah meletakkan bunga mawar merah disebelah bunga krisan milik Ahra.

       Ahra dan Fai sudah selesai berdo'a dan memilih untuk memberi waktu untuk El berdua dengan sang ayah. Fai memang tidak banyak bicara. Dia cukup berdo'a tanpa harus repot-repot berbasa-basi.

"Kami akan menunggu ditempat biasa" Kata Fai sambil menepuk pundak El.

         Fai dan Ahra melangkah menuju gubuk yang ada didekat pintu masuk pemakaman. Biasanya keduanya memang menunggu El ditempat itu. Mengawasi El dari tempat itu sampai selesai.

Love For EleanorWhere stories live. Discover now