BAGIAN 8

64 51 35
                                    

Huyuuuuuuu Author manis balik lagi nie....

Cuma mau ngasih tau aja, kalo author updatenya agak lama soalnya lagi sibuk heheheheheh

Jadi mohon bersabar ya....

Ok.... Kuy langsung dibaca aja.

🌺🌺🌺

         Hari-hari El berjalan seperti biasa. Hanya beberapa hari saja dia bersedih atas perpisahaannya dengan Billy. Hubungannya dengan Ahra dan Fai, kembali seperti sebelumnya.

        Hari ini dia bertemu dengan CEO perusahaan milik keluarga Pradipta. El banyak tau tentang pebisnis-pebisnis dikota ini. Apapun El tau dan tidak perlu diragukan lagi jika wanita itu mengenal beberapa pengusaha terkenal.

        Sambil menunggu Sharga datang, El memainkan ponselnya. Saling mengirim pesan dengan Ahra dan Fai. Sesekali dia melirik kearah Diaz yang duduk diseberangnya. Pria itu memasang wajah datar.

        El mengerutkan keningnya saat mengingat seseorang yang mirip dengan pria didepannya ini saat dibioskop. El terus menatap Diaz. Memperhatikan gerak-gerik pria itu.

"Benar kan, pria ini ciri-cirinya sama seperti pria di bioskop saat itu" Gumam El dalam hati.

          Sementara Diaz yang sadar diperhatikan El, berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Ekhem... Sebetar lagi, tuan Pradipta akan datang" Kata Diaz.

        El tersadar saat mendengar suara Diaz. El jadi salah tingkah. Tidak lama tuan Pradipta datang. El sempat terpana melihat ketampanan Sharga. El merutuki dirinya sendiri. Tidak seharusnya dia memikirkan pria lain saat hatinya sudah dimiliki Billy.

         Pertemuanpun berlangsung. El yang memang pada dasarnya cepat akrab dengan banyak orang, cukup santai berbicara dengan Sharga dan Diaz. Walau sesekali El merasa kesal dengan wajah datar Diaz.

        El menghembuskan nafas lega setelah pertemuan dengan Sharga dan Diaz telah selesai. El keluar dari perusahaan milik keluarga Pradipta itu dengan menggerutu. Diaz adalah penyebabnya. Sikap dingin Diaz membuat wanita itu kesal.

"Dasar wajah datar, memangnya dia pikir dia itu tampan apa? Wajah biasa saja dibanggakan" Gerutu El sambil berjalan perlahan menyusuri trotoar.

       Tidak lama ponselnya berdering. Seketika rasa kesal El lenyap. Dengan semangat dia menerima panggilan telepon itu.

"Halo Billy? Bagaimana kabarmu? Kapan kau akan berkunjung kesini?" Tanya El beruntun setelah teleponnya terhubung.

"Sabar... Sabar El, sepertinya kau begitu merindukanku"

         Terdengar suara Billy diseberang sana. Tertawa geli mendengar pertanyaan El.

"Aku memang merindukanmu, memangnya kau tidak merindukanku?" El merengut, meski Billy tidak bisa melihat wajah kesalnya.

"Tentu saja aku merindukanmu, sangaaaaaat merindukanmu" Kata Billy berlebihan.

"Benarkah? Kau tidak berbohong?"

"Tentu saja aku tidak berbohong, mana mungkin aku berbohong pada kekasihku sendiri"

"Dasar tukang rayu"

"Terserah kau saja, oya bagaimana kabarmu?"

"Aku? Tentu saja aku baik, aku bahkan lebih bahagia setelah kau pergi" Jawab El dengan nada yang dibuat seceria mungkin.

Love For EleanorWhere stories live. Discover now