BAGIAN 9

64 38 66
                                    

         Malam minggu, sama seperti malam-malam biasanya. El dan kedua sahabatnya menghabiskan waktu bersama di Restoran milik Fai. Jika ramai, El dan Ahra turut membantu pekerjaan para karyawan.

Seperti malam ini, El dan Ahra ikut sibuk kesana kemari. Mengeluh? Tentu tidak. El dan Ahra sangat senang membantu Fai. Tidak ada kata pamrih apalagi mengeluh.

"Istirahatlah, ini biar aku yang kerjakan" Kata Fai sambil mengambil alih nampan yang dipegang El.

"Baiklah, terima kasih" El melangkah menuju ruangan Fai untuk beristirahat sejenak.

"Hai El" Sapa Sharga yang entah sejak kapan berada ditempat itu.

El hanya membalas sapaannya dengan lambaian tangan. Entahlah El terlalu lelah hari ini. Bukan hanya fisiknya, tapi fikirannya juga. Penyebabnya tentu saja sang kekasih, Billy.

"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Sharga heran.

"Entahlah, akhir-akhir ini dia terlihat banyak fikiran" Jawab Ahra sendu.

        Ahra yang memang memiliki hati yang begitu peka, menjadi sedih. Ahra dan Fai sangat yakin El menyembunyikan sesuatu. Namun tidak ingin memaksa El untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Sudah jangan bersedih begitu, aku tidak suka kau berwajah seperti itu didepanku, ayo tersenyum" Sharga mencubit pipi chubby Ahra.

       Tidak terlalu keras, hanya sekedar sentuhan agar Ahra tersenyum kembali. Sementara didalam ruangan Fai, El menghela nafas.

"Harusnya aku juga bisa bermesraan seperti itu dengan Billy" Gumam El bermonolog sendiri.

        El mengambil ponselnya. Ingin mengirim pesan pada kekasihnya itu. Namun sebelum niatnya terlaksana, ada pesan masuk dari Billy.

"Hai El, bagaimana kabarmu? Aku sungguh minta ma'af, akhir-akhir ini aku terlalu sibuk, jadi jarang menghubungimu, kuharap kau mengerti"(Billy)

         El kembali menghela nafas setelah membaca pesan yang dikirim Billy. El mulai bosan dengan hubungannya dan Billy yang hanya berjalan ditempat tanpa perubahan. Mungkin karna dia terlalu cepat menerima Billy saat itu.

       Sekarang El benar-benar menyesali keputusannya. Harusnya dia tidak mengambil keputusan terlalu cepat. Harusnya butuh waktu untuk mengenal Billy lebih lama. Mengetahui seperti apa pria itu. Apalagi dengan pekerjaannya yang dikelilingi banyak wanita.

       El terus merutuki kebodohannya. Rasa suka yang hanya sementara itu benar-benar membuatnya menjadi wanita bodoh. Ini bukan pertama kalinya dia menyukai seorang pria. Tapi kenapa dengan Billy, dia tanpa fikir panjang menyetujui keinginan pria itu untuk menjalani hubungan bukan sekedar teman. Seperti yang dikatakan pria itu padanya.

       Ditengah berkecamuknya El dengan segala pemikirannya tentang Billy, Fai masuk. Sahabat El itu mengernyit heran saat memperhatikan El yang tampak berbeda beberapa hari ini.

"Kau ada masalah? Kenapa menyimpannya sendiri? Apa aku dan Ahra tidak cukup dipercaya?" Tanya Fai yang menyandarkan punggungnya dimeja.

"Fai.... Kenapa tiba-tiba kau bertanya begitu?"

"Kau sadar, beberapa hari ini sikapmu aneh, aku dan Ahra mencoba untuk memahaminya dan berusaha untuk tidak mencampuri privasimu, tapi makin lama kami seolah kehilangan sosok El yang dulu, kau berubah El"

       Fai mengeluarkan semua yang dipendamnya selama ini. Lewat kata-katanya, Fai seolah menjelaskan betapa kecewanya dia pada sikap El yang tidak lagi seperti saat pertama kali bertemu wanita itu.

Love For EleanorDonde viven las historias. Descúbrelo ahora