13. Beneran Gak Suci

48 31 127
                                    

---

Gak pengen berkata kasar dulu. Terkaget-kaget nih jantung. Ish! Siapa sih?! Harus banget bikin aku muter mikir panjang. Ini dimana?

Disekitarku hanya ada warna biru, ungu dan merah. Ini seperti mimpi yang pernah aku datangi. Lagi? Bertemu dengan lelaki gilak ini?

Yang udah ngambil..., dahlah. Ikhlaskan saja.

"Kamu yang masukin aku kesini?" seloroh mulutku yang gak tau akibat.

Aku tersentak. Berbeda dengan keadaan di ruangan ini, lelaki—Pencabut nyawa itu selalu memakai pakaian serba hitam.

Kayak mau melayat aja, bwang.

"Weh!" Dalam satu kedip dia udah pindah didepan aku. Sante, woi! Jaga jarak dikit, lah. Wajah dia emang tampan, tapi gak perlu sedeket ini buat ngejelasin kan? Gak ada semeter nih.

"Kamu sudah tahu banyak." Dia bersuara!

Kebingungan nih otak. Mencerna, aku mengerutkan kening. "Tahu putih apa kuning?" Eh, apa tahu yang berkasta itu?

Dia mendelik, "Mau makan tahu, kah?"

Bener-bener saat itu aku udah kelewat bodoh atau polos, ya? Padahal suasana lagi genting.

"Diam." Aish, gak asik banget.

"Nama lo siapa sih?" Sok galak padahal sebenarnya ketar ketir.

"Lucu." HAH?

Cup

Bajingan gak tau malu! Woi lari ada Pencabut nyawa cabul!

Plak!

Woi amsying, sorry dikit kelepasan. Bukan bermaksud menantang gimana, tapi aku ketakutan setengah mati. Kenapa dimana-mana ada orang mesum, sih?

Bikin gak niat hidup aja.

Aku buka mata sedikit demi sedikit, mengintip ekspresi si Mesum itu. Gawat! Dia ngeraba bibirnya sendiri.

Ih, serem. Sekte Pencabut nyawa kayak gini ada di mana-mana, ya?

"Kamu lucu." Aku langsung melotot gak bisa komentar apapun lagi.

Dia gila, ya? Tadi itu mulutnya aku tampar keras banget, loh. Lucu darimananya?

Lucu ngeliat aku gemeteran tadi? Pantatmu!

"Keluar! Aku mau ketemu nenek!" Aku gak boong, aku ketakutan sekarang.

Liat aja, matanya gak sante banget natap wajah aku. Tau aku cantik banget, secantik bidadari surga, tapi gak gini juga. Dia langsung narik tangan aku buat masuk kepelukan dia.

Aku nangis gemeteran. Gak tau kenapa, aku ketakutan. Aku jadi inget cara Argas taik itu memperkosa aku yang polos nan malang ini.

"Le—Lepas..," lirihku berusaha lari dari lelaki gila ini.

Ternyata semua cowok mesum. Satu hal yang aku tangkap di hidup ini mengenai cowok. Ah, cowok sama lelaki itu sama, ya.

Dia meluk aku erat banget. Walau pelukannya terkesan memaksa, tapi hangatnya pelukan ini gak ada tandingannya. Lama kelamaan terasa sangat nyaman.

Sebenarnya ada apa ini? Kenapa aku bisa ada didalam mimpi padahal sebelumnya aku hanya ingin menemui nenek. Di ruangan ini sangat luas dan tidak ada yang menarik disini.

Eh, apa jangan-jangan ini Dunia lain? Atau mungkin bayi Bumi? Woah! Ternyata gak menarik gini.

"Maaf, aku terlalu kasar, ya?" Dia bersuara mirip buatan darat banget.

TABELARDOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz