11 - Curhat Sesi Dua

809 80 0
                                    

Dira terkejut saat mendapati sosok yang terlihat seperti Abdie sedang duduk di kursi. Bahkan kening Dira mengkerut dalam. Takut kalau yang duduk itu jelmaan Abdie. "Kamu manusia asli kan?." Pertanyaan absurd Dira membuat Abdie mengangkat wajahnya.

Sorot mata laki-laki itu sangat tajam menyorot mata Dira yang sedang meragukan keasliannya. "Menurut kamu?." Sindir Abdie.

"Hantu." Jawab Dira polos dan lempeng.

Mata Abdie semakin melotot besar. "Kamu nyari ribut sama saya?."

Oh bener ini Abdie.
Bisa ngambek.

"Ya abisnya kan saya disuruh ke sini malem-malem buat ngasih makan kura-kura. Kirain saya, kamu gak ada disini. Kan ngapain coba kamu nyuruh saya kalau ternyata kamu ada di kantor?. Kan bisa kasih makan sendiri." Berusaha setenang mungkin Dira menjelaskan pada Abdie. Bahkan bahasa yang biasanya 'saya, bapak' Dira ganti menjadi lebih santai. Alasannya sih karena ini bukan jam kantor.

"Saya kesini karena takut kamu gak dateng dan kura-kura kesayangan saya mati." Jelas Abdie sambil membaca berkasnya dengan muka butek dan kusut. Menyedihkan, kesan Dira. "Ya udah, ngapain kamu berdiri di situ?. Kasih makan kura-kura saya, si Euis!." Perintah Abdie tanpa melihat Dira sedikitpun.

Sabar Dira..

Kalau kucing punya sembilan nyawa, Dira punya sembilan lapis kesabaran. Menghadapi Abdie jelas bukan perkara mudah. Dira yang tidak ingin menguras tenaganya untuk hal tidak berguna, memilih untuk mengalah saja memberi makan kura-kura tanpa banyak bicara lagi. "Kamu mau kasih makan si Euis aja niat banget. Pake gaun segala." Ucap Abdie dengan mata yang bulak-balik melihat ke arsip kemudian kepada Dira lagi. "Oh... Jangan-jangan kamu abis dateng ke pertunangan mantan kamu itu ya." Awalnya Abdie bicara dengan cuek, tapi setelah diamnya Dira membuat Abdie kaget. "Serius Dira?."

Tebakan Abdie dengan nada tidak percaya membuat Dira merasa tersinggung. "Iya emang kenapa?."

Abdie geleng-geleng kepala. "Takjub saya sama kamu. Kalau saya jadi kamu ya, menurut saya loh ya. Saya gak akan mau dateng kesana." Sangat dramatis Abdie melepas kaca matanya sambil berdecak kagum. "Kamu mikir gak sih apa yang orang bilang?. Tuh liat mantannya, pasti dibelakang mah nangis tuh. Aduh Dira.. saya kira kamu pinter. Saya kira kamu bakal berubah pikiran." Komentar Abdie bablas, lagi-lagi tanpa sensor atau diperhalus.

Menghela nafasnya panjang, Dira melotot ke arah Abdie. "Ya justru kalau saya gak dateng, nanti mikirnya oh pasti mantannya itu lagi nangis di rumah. Ya mending saya dateng dong." Bela Dira mempertahankan harga dirinya.

"Enggak sih tetep menurut saya. Dari sisi lain pun, emang kamu pikir Beni gak ngerasa sakit hati?. Kamu manfaatin dia supaya ada gandengan baru buat dateng ke kondangan." Dira benci mendengar kalimat yang keluar dari mulut Abdie itu. Benci karena memang benar. Tapi Dira tidak seratus persen memanfaatkan juga. Dira serius tertarik pada Beni. Karena itu, Dira mengelak. "Gak gitu kok. Saya gak sejahat itu."

Abdie menyingkirkan berkasnya kemudian fokus menatap Dira. "Terus?. Kamu suka gak sama dia?. Tertarik gak sama dia?."

Kesal pada Abdie, Dira jadi penasaran dulu ibunya Abdie ngidam apa sampei-sampei anaknya bisa semenyebalkan ini. "Iya, saya.... seneng sama satu, dua sifat Beni. Tapi itu belum cukup dong buat saya bisa simpulin kalau saya suka dia. Kita belum kenal jauh juga." Jujur Dira.

"Tuh Ben, kata lainnya Dira udah mulai suka sama lo."

Bagai tersambar petir, Dira menoleh cepat ke arah pintu yang ada dibelakangnya. Ternyata Beni benar sudah ada dibelakangnya. Dira jadi merasa seperti adegan sinetron. Tapi Dira percaya didunia ini jarang terjadi kejadian seperti di sinetron. Satu hal yang muncul dipikirannya, Dira curiga kalau semua ini memang di sengaja. Tadi saat sudah sampai depan gedung, tiba-tiba Beni bilang kalau dia harus ke toilet dan menyuruh Dira untuk naik lebih dulu. "Kamu sengaja ke toilet dulu terus nyuruh Pak Abdie nanya saya?." Tanya Dira langsung to the point.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dira dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang